Share

Hukum Zanwan

Note : Mulai dari bab ini ... mengandung unsur kekerasan, luka, dan darah! Mohon sikapi dengan bijak, yaa~!

(๑˃̵ ᴗ ˂̵)و

Kalau tidak, tulis komen minimal 30 kata!

( ̄へ  ̄)

»»————>‧✧༺♡♡♡༻✧<————««

Ctash!

Suara cambukan memenuhi ruangan rustic itu, diiringi isak tangis pilu wanita paruh baya di sana; nenek Shaw.

Pagi buta, seorang penduduk memberitahu kakek Shaw yang sedang memotong kayu di belakang rumah bahwa Shaw ditangkap dan dibawa ke dungeon, sedang nenek Shaw tengah memotong sayuran di ranjang kayu dekat pintu. Setelah mengunci pintu, kakek dan nenek bergegas pergi ke dungeon.

Ctash!

"Kenakalan apa lagi yang kau lakukan, hah?" Pria bertubuh tegap melangkah mendekati seorang anak lelaki berusia 11 tahun yang bertelanjang dada. Tetesan darah segar mengalir dari garis-garis luka cambuk di punggungnya.

Ctash!

Suara cambuk terdengar lagi. Pria tegap itu menatap Shaw dengan frustasi dan frustasi. 143 cambukan sudah dilayangkan, tapi anak itu masih enggan membuka mulut. Kepalanya tertunduk lesu, kedua tangannya terlentang diikat rantai. Kedua kakinya terkulai, nyaris jatuh jika ikatan di kedua tangannya kendor.

Ctash!

"Kau keras kepala sekali. Tinggal katakan ke mana tujuan Daniel, maka hukumanmu bisa diringankan." Pria tegap itu menggeram.

Ctash!

Bukan ia tak mengenal Shaw. Malah, diakuinya Shaw adalah anak dengan pendirian teguh. Paling teguh yang pernah ia temui, dan bahkan hal itu menular pada orang lain. Tuan mudanya adalah salah satu dari orang lain itu.

Betapa terkejutnya ia kala mengetahui anak lelaki yang membantu pelarian Daniel adalah Shaw. Sesuatu yang tak pernah ia duga maupun inginkan.

Tatapan optimis dan keberanian Shaw bisa mengguncang Zanwan suatu saat nanti, dan itu adalah sesuatu yang tidak disukai atasannya. Ia bisa melihat jiwa kepemimpinan yang kuat dalam diri Shaw. Bahkan menerima luka untuk orang lain pun anak itu mau. 

Ctash!

Sebenarnya, Shaw memiliki kualitas yang juga diharapkannya ... harapan untuk masa depan Zanwan, seseorang yang bisa membawa Zanwan mengukir sejarah yang lebih baik. Namun dirinya terlalu gengsi untuk menunjukkan ... jabatan sebagai jagabaya dan keluarganya menjadi taruhan jika ia mencoba menjadi pengkhianat.

Ctash!

"Shaw!!" Teriak seseorang dari ambang pintu. Itu tuan muda. Napasnya terengah akibat lari cepat.

Sang tuan muda menghampiri Shaw yang mendongakkan wajah; menatap dengan mata menyipit. Dilihatnya sumber amis darah yang masuk ke penciuman, lalu manik matanya membelalak melihat luka-luka di punggung Shaw.

Air mukanya memerah padam, ia alihkan pada pria tegap itu. Lalu berkata, "Shaw tidak bersalah! Apa yang kau lakukan padanya, Alton??" Lantang suaranya, sesaat menggema menggantikan cetar suara cambuk di ruangan tanpa jendela itu. Kakek dan nenek yang berdiri di samping dekat dinding menatap penuh harap atas kedatangan tuan muda.

"Sebaiknya Anda tidak ikut campur, Tuan muda Bailey," jawab Alton. Berusaha setenang mungkin. "Shaw membantu Daniel Dixon pergi. Dan Anda tahu apa hukuman bagi mereka yang mencoba kabur dari Zanwan. Jadi menyingkirlah, biarkan saya mengurus anak itu," tambahnya.

Zanwan adalah sebuah desa di pulau terpencil yang di kelilingi bukit batu di utara dan timur, dan bukit rumput di barat dan selatan. Lalu hutan lebat mengelilingi di bagian luarnya. Namanya sesuai dengan nama pulaunya.

Desa ini masih kental dengan patriarki, di mana penguasa sebagai hukum tertinggi nan mutlak. Pemimpinnya selama bertahun-tahun dari generasi ke generasi adalah para otoriter berdarah dingin. Hukuman mati menjadi sesuatu yang akrab di telinga penduduknya.

Percobaan melarikan diri sangat dilarang di Zanwan. Karenanya, dibangun pos-pos dan menara di sepanjang jenggala dan pantai untuk mencegah hal tersebut terjadi. Siapapun yang ketahuan melakukan hal itu, akan dihukum 200 cambukan punggung bagi laki-laki berusia 10-17 tahun, dan 500 cambukan punggung bagi laki-laki berusia 18 tahun ke atas. Lalu dikurung di penjara bawah tanah sampai batas waktu yang tidak tentu. Sementara untuk perempuan, akan langsung dikurung penjara, juga dengan batas waktu yang tidak tentu. Kebanyakan dari mereka berakhir dijual sebagai budak.

Raut wajah Bailey mendingin, seiring sorot mata yang menajam dan rahang yang mengeras.

"Lepaskan ikatannya!" Tegas Bailey memberi perintah.

"Tidak sampai Shaw membuka mulut dan menyelesaikan hukumannya." Alton bersikukuh pada pendiriannya. Ia diperintahkan untuk menangani ini, dan ia tidak bisa melepaskannya begitu saja atau nyawanya akan melayang.

"Lepaskan ikatannya, Gregoriz!" Bailey mengulangi ucapannya, pada pria tegap berbadan besar di belakang samping kirinya dan Shaw tanpa mengalihkan pandangan dari Alton.

"Tuan muda, ini adalah perintah ayah Anda. Jadi—" Kata-kata Alton terpotong oleh suara dentingan pedang beradu dengan logam. Bailey menggunakan pedangnya, memotong paksa rantai yang mengikat kedua tangan Shaw pada tiang penyangga di kanan kiri. Sedang tangan bebas Bailey menahan tubuh Shaw yang limbung.

"Kau ingin menentangku, Alton Brooks?" Dingin Bailey berujar. Tatapan tajamnya mengintimidasi siapapun, tak terkecuali Alton.

Seperti panggilannya, Bailey memang masih muda ... bahkan usianya sebaya dengan Shaw. Namun sikapnya yang dingin dan datar tanpa ekspresi memberi kesan tersendiri pada dirinya, memperjelas aura dan kharismanya yang membuat ia semakin disegani oleh orang lain di Zanwan. Ia bahkan digadang kelak akan menjadi pemimpin dengan nama yang lebih besar dari ayahnya dan pemimpin-pemimpin sebelumnya.

"Tidak, Tuan muda," timpal Alton pelan. Mengalihkan pandangan pada Gregoriz. "Buka rantainya," titahnya. Greg dengan cepat mengeluarkan kunci, lalu membuka rantai di kedua pergelangan tangan Shaw yang terkulai dengan hati-hati.

Pengalaman Greg di dungeon kira-kira setebal buku lima ratus lembar. Tidak sebentar, tetapi juga belum begitu lama. Pun ia pernah merasakan panasnya cambuk Zanwan di punggung, untuk kasus lain. Dan 100 cambukan lebih dari cukup untuk membuat kulit terasa pedas jika disentuh ... apa lagi kali ini yang mengalaminya adalah seorang anak berusia 11 tahun. Gemetar atma Greg membayangkannya.

Alton pamit undur diri, melangkah pergi diikuti Greg dan dua orang lainnya. Dalam pijakan pada tangga, pelan sekali Alton menghembuskan napas lega. Dan untuk pertama kalinya, dalam hati Alton bersyukur Bailey bertemu dengan Shaw. Ia yakin, Bailey akan menjadi pemimpin yang lebih baik dari para pendahulunya. Bersama Shaw, menjadi cahaya yang akan mengeluarkan Zanwan dari kegelapan.

Kakek dan nenek Shaw yang menonton sedari tadi bergegas mendekat, memegangi tubuh Shaw sementara Bailey menyarungkan pedangnya.

"Ouh, cucukuu ... huhuhu ...." Melihat keadaan Shaw dari dekat membuat air mata nenek semakin deras berderai; terisak parah.

"Naiklah ke punggungku, Shaw." Bailey berjongkok membelakangi Shaw. Dengan bantuan kakek dan nenek, Shaw menempelkan tubuhnya ke punggung Bailey. Kedua tangannya menjuntai ke depan tubuh sang tuan muda.

"Bertahanlah," ujar Bailey. Berdiri dan berjalan ke keluar. Kakek berjalan lebih dulu; membukakan pintu. Lalu kembali berjalan di belakang Bailey, bersama istrinya yang masih terisak. Tangan ia ulurkan ke punggung istrinya; mengusap-usapnya lembut.

"Shaw ...." lirih nenek berujar. Pelan menarik-narik pakaian bagian depan kakek sembari menatap punggung Shaw yang bersimbah darah.

"Kita akan segera pulang ... Shaw akan segera diobati." Kakek masih terus mengusap lembut punggung istrinya; menyalurkan kekuatan. Berharap istrinya itu akan lebih tabah dan tidak pingsan.

Ruangan bawah tanah ini adalah dungeon Zanwan. Dungeon ini memiliki dua lantai. Bagian lantai atas adalah penjara yang diperuntukkan bagi pelanggaran dan hukuman ringan sampai sedang, sementara di lantai bawah adalah penjara yang diperuntukkan bagi pelanggaran dan hukuman berat. Ada ruangan-ruangan kosong di lantai bawah yang disediakan untuk melangsungkan hukuman sebelum para terhukum memasuki jeruji mereka masing-masing.

'Bertahan, Shaw! Kau berhutang penjelasan padaku. Aku akan menginterogasimu nanti.' Batin Bailey.

Ruangan tempat Shaw mendapatkan hukuman cambuk adalah ruangan paling ujung di lantai bawah. Untuk keluar, harus melewati lorong gelap juga ruangan-ruangan berjeruji besi, berisikan para pelanggar yang tak ada satu pun dari mereka masuk ke sana dalam keadaan tubuh tanpa luka. Lantai ini akan lebih gelap dan pengap di malam hari, karena penerangan hanya dari lentera yang digantung di tepian dinding. Amis anyir darah menguar di mana-mana. Bukan karena lantainya tak pernah dibersihkan ... namun, karena selalu ada yang dihukum hampir setiap harinya.

"Aku baru tahu ... kalau tubuhmu yang sama sekali tidak gemuk itu ... ternyata berat juga."

Bailey membenarkan posisi dan mengeratkan pegangan; mempercepat langkah, agar cepat sampai ke tangga. Muak ingin segera terlepas dari suasana dan hawa yang tidak menyenangkan di lantai bawah. Shaw pun harus segera diobati, karena ia terlihat semakin lunglai ... dan Bailey seperti tidak merasakan Shaw bernapas.

"Malang sekali kau, Nak ...." Lirih suara seorang pria terdengar dari salah satu jeruji.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status