Tapi semua itu hancur berantakan karena kedatangan Riri dalam hidup Mas Anam, Mas Anam yang tadinya menyayangiku melebihi dirinya sendiri setelah menikah dengan Riri Mas Anam jadi rada menjauh dariku. Aku sempat mengutarakan perasaanku pada Mas Anam, dan berkali-kali berusaha mengajak nya untuk berbuat hal yang patut dilakukan suami istri saat aku dan Mas Anak masih sama-sama single, tapi ternyata itu semua tidak mempan, Mas Anam selalu menundukkan pandangannya saat aku memancingnya dengan memakai pakaian yang super seksi. Hingga akhirnya aku bertemu dengan Mas Bagas dan memutuskan untuk menikah dengannya. Sejak saat itu aku semakin membenci Riri. Ternyata Mas Bagas adalah pria brengsek, yah, aku sangat tahu itu, bahkan aku juga sebenarnya tahu jika Mas Bgas yang berusaha menodai seorang gadis calon karyawan di pabrik Riri, tapi aku memang sengaja mau memfitnah Riri jika dialah yang menggoda Mas Bagas dan memfitnah Mas Bagas lalu memasukkannya ke penjara. Niatnya sih, aku ingin memba
"Ah masa sih Mbak Lintang, bukannya Mas Haris sudah menikah lagi sama perempuan lain, bukan Mbak Riri yang sembunyikan, Saya lihat sendiri kok kemarin Mas Haris bawa perempuan lain dan katanya sudah menikah juga" seloroh Bu Erni tetangga rumah Mbak Fitri. Sialan memang Bu Erni ini, bisa merusak dramaku. "Duh, ibu ini jangan mau dikibulin, itu hanya trik untuk menutupi kebusukan mereka.""Maksudnya Mbak Lintang? " tanya Bu Erni lagi. "Ya maksud saya itu memang udah rencana Riri dan Haris, jadi Haris itu pura-pura bawa perempuan lain, biar apa? Biar nama Riri gak jelek, secara kan sekarang Riri udah banyak duit, apa sih yang gak bisa dilakukan dengan uang? " "Ah masa sih? Tapi aku gak percaya sama Mbak Lintang, secara Mbak Lintang ini kan gak pernah akur sama Mbak Riri. Bisa saja malah Mbak Lintang yang memfitnah Mbak Riri kan. ""E e e e, enak saja, main tuduh, ada bukti kalau saya memfitnah Riri? ""Yasudah kalau gitu buktikan kalau memang Mbak Riri seperti apa yang k
"Aku? Membuat kamu malu? Iyuh, hello, emangnya situ siapa, artis bukan, tokoh besar juga bukan, lah yang datang ke rumahku bawa pasukan kayak gini siapa? Segala bawa poster dikira kalian mau demo? " "Iya nih, Mbak Riri, padahal sudah saya kasih tau kalau Lintang pasti fitnah Mbak Riri, secara Lintang nih kan gak pernah suka sama Mbak Riri, tapi dasarnya si Lintang aja, ipar gak ada akhlak," timpal Bu Erni. "Diam kamu Bu Erni! Dan kau Riri cepat cabut laporanmu tentang suamiku atau kalau tidak! ""Kalau tidak apa! Kau pikir aku takut dengan ancamanmu? Lagian yang melaporkan suamimu bukan aku melainkan si korban dari kebejatan suamimu! ""Alah, aku gak percaya. ""Terserah, kamu kira aku peduli, dan kau Bu Ida, jangn merasa tenang dulu, selama ini aku diam selalu kau hina dan caci, taPi tidak kali ini, lihat saja sebentar lagi akan ada yang menjemputmu untuk menginap di hotel prodeo, Aku sudah merekam keributan ini sedari tadi, jadi bersiaplah kalian mendekam di penjara karena telah m
Apa? Jadi Ibunya Lintang merusak rumahtangga orang tua kandung Mas Anam? Jadi ini alasan Mas Anam dan Lintang tak pernah akrab sedari dulu? Pantas saja Lintang seolah membenciku dan Zahra, padahal aku tak tahu apa salahku padanya, ternyata di dalam hati Lintang memang sudah ditanamkan kebencian sejak dulu oleh Ibunya."Ingat Lintang aku tak akan tinggal diam dengan perbuatanmu yang sudah sangat merugikan nama baik istriku, bahkan kau pasti tau kan saat ini Riri akan dengan mudah menjebloskanmu ke penjara, dan kau Bu Ida, persiapkan dirimu dari sekarang, karena sebentar lagi akan ada yang menjemputmu, aku tak terima istriku kau injak harga dirinya, " desis Mas Anam sembari menatap tajam Bu Ida dan juga Lintang. Saat Mas Anam menggenggam tanganku dan kami berdua akan masuk kedalam rumah tiba-tiba saja ada yang memegang kakiku, aku cukup terkejut karena ternyata Bu Ida yang memegang kakiku sembari bersimpuh di hadapan para tetangga. "Maafkan aku Ri, aku mengaku salah, aku telah ikutan
"Cuma pria kere yang bilang istrinya boros," ucap Tiwi dengan sinis. "Kamu menghina aku kere? Lalu uang dan fasilitas yang kamu pakai selama ini itu dari mana? " "Alah, itu kan uang juga punya si Riri ""Enak aja, orangtua aku udah ngasuh si Riri, jadi sah-sah ja dong kalua orang tua aku mengambil uang punya Riri, anggap saja itu bayaran untuk keluargaku karena udah ngasuh dia. ""Eh, Mas, aku punya ide,""Ide apa? ""Ide aku tuh.., " belum sempat Tiwi melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba suara pintu rumah Tio ada yang mengetuk. "Mas, Mas tio! " "Ya tunggu sebentar, " Tio pun melangkahkan kakinya untuk membukakan pintu, dan ternyata yang datang bertamu adalah Meri, adik Tio. "Meri? Tumben kesini? Ada apa? ""Kasihlah aku masuk dulu, Mas. ""Hmm, masuklah. " Meri melangkah masuk ke dalam rumah Tio, lalu mendaratkan tubuhnya ke sofa yang ada diruang tamu. "Jadi, ada apa kamu kesini? Gak biasanya? " tnya Tio tanpa basa-basi lagi. "Aku mau pinjam uang dong, Mas. ""Haduh, baru aja Mas
"Polisi? Untuk apa polisi menangkapmu? Apa kamu melakukan kesalahan? Coba cerita sama Bapak, biar Babak cari jalan keluarnya. ""Bapak serius mau bantu cari jalan keluar? ""Insyaallah, Ibu kan istri Bapak, gak mungkin Bapak diam saja lihat Ibu kayak begini. "Bu Ida pun menuruti ucapan suaminya, ia menceritakan semuanya dan tak ada yang ia tutupi satupun, setelah selesai menceritakan wajah Bu Ida terlihat sendu."Ya Allah, Bu, kenapa Ibu fitnah orang begitu? Itu udah keterlaluan, Bu, pantas saja kalau Riri dan suaminya marah, mungkin kalau Bapak di posisi Anam juga akan melakukan hal yang sama sebagai bentuk perlindungan pada istri.""Lalu gimana dong, Pak, semua sudah terlanjur terjadi, ini semua karena Lintang. ""Bukan Lintang yang salah, tapi kamu, kenapa kamu gak pernah bisa menjaga lisanmu, sudah Bapak peringatkan berkali-kali, untuk ngerem mulutmu yang julid itu, sekarang benar kan jadinya, mulutmu harimaumu, karena mulut Ibu yang gak Ibu jaga akhirnya berba
"Siapa, Mas? " "Bu Ida dan suaminya. " "Untuk apa mereka kesini? " "Entah, Mas juga tidak tahu, sebaiknya kita temui saja mereka dulu, baru ditanyakan apa tujuan mereka kemari. " Akhirnya aku mengikuti apa yang Mas Anam katakan, hingga aku pun sampai di ruang tamu, dan benar saja disana sudah ada Bu ida dan juga suaminya. Tapi ada yang berbeda dari Bu Ida kali ini, jika biasanya Bu Ida berpenampilan dengan lipstik merah menyala maka tidak dengan malam ini, wajahnya polos tanpa sapuan make up apapun. "Bu Ida, Pak Handoko? " "Eh, Mbak Riri, maaf malam-malam begini mengganggu istirahat kalian," ucap Pak Handoko berbasa-basi. "Ah, tak apa, ngomong-ngomong ada perlu apa kemari? Tidak biasanya? " ucapku tanpa berbasa-basi. "Bu, ayo ngomong, " ucap Pak Handoko lirih pada Bu Ida, tapi masih bisa kudengar. "Emm, Ri, anu, sa, saya mau minta maaf sama kamu, saya akui saya sudah sangat banyak salah sama kamu, selama ini saya selalu menghina dan memfitnah kamu, tapi demi Allah kali ini s
Pagi hari ini terasa sangat berbeda, ada rasa kelegaan hinggap di hati, apalagi kalau bukan soal Bu Ida sudah selesai urusannya. Memang benar jika kita memaafkan kesalahan orang maka hati kita itu akan terasa damai. Aku beranjak dari tempat tidurku, kuedarkan pandanganku lantas mencari Mas Anam. "Kemana Mas Anam, sepagi ini sudah tidak ada di sampingku, " gumamku lirih, memang semenjak kehamilanku ini, aku menjadi sangat manja dan selalu menginginkan Mas Anam ada disampingku saat bangun tidur, aroma tubuhnya seakan menjadi candu untukku. Kuputuskan untuk beranjak dari kasur dan mencari Mas Anam di luar kamar. "Mas Anam! Mas! " ucapku sedikit mengeraskan suara untuk memanggilnya hingga aku mendengar suara jawaban darinya. "Ya, Dek! Mas di dapur! " teriak Mas Anam dari arah dapur. Kupercepat langkahku untuk menyusul Mas Anam di dapur, dan saat itu juga aku melihat pemandangan yang sangat menawan menurutku, Mas Anam dengan celemek sembari satu tangannya memegang wajan dan satunya la