"Apa kamu gak mau gitu memberikan dukungan moril sama aku?" ucapku sembari tersenyum penuh arti. Aliyah yang seolah mengerti maksudku pun turut tersenyum serta. Ah, sungguh indah ciptaanMU Tuhan. Beruntungnya aku memiliki istri sepertinya.
"Tadi 'kan sudah diberi dukungan moril."
"Itu 'kan moril pada umumnya. Kalau yang aku maksud moril yang jalur khusus, ah masa Bunda gak paham maksud Ayah sih?"
"Hahaha, kamu ada-ada sih, Yah, udah kayak kendaraan saja ada jalur khususnya," ucap Aliyah sembari tergelak memperlihatkan lesung pipinya yang membuat tambah manis wajah istriku itu.
Tiba-tiba saja ada yang berdesir dalam dada ini. Ah, aku jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya pada istriku sendiri. Akhirnya aku dan Aliyah pun memadu kasih dalam balutan hubungan halal ini.
Pov Aliyah
Aku mengusap keringat di dahi mas Amar, suamiku. Kami baru
"Ini sarapannya, Yah, kalian juga cepat dimakan sarapannya, ini sudah jam enam lebih lima belas menit sebentar lagi masuk sekolah nanti telat," ucapku pada mas Amar dan ketiga anakku yang masing-masing sudah duduk di kursi makan.Tiba-tiba saja papa dan Kartika datang. Tampak sekali kalau mereka baru bangun tidur. Hal itu bisa terlihat dari wajah papa dan Kartika yang terlihat kusut serta papa yang masih menggunakan piyama dan Kartika yang masih menggunakan daster sebatas lutut.Astaghfirullah … bukankah mas Amar kemarin suda mewanti-wanti Kartika untuk memakai baju lebih sopan jika ingin tinggal di sini? Tapi lihatlah penampilan dia saat ini, daster yang dikenakannya selain hanya sebatas di atas lutut juga tidak memiliki lengan dengan bentuk kerah yang rendah ke arah dada."Wah, udah pada sarapan aja, kok gak bangunin kita?" ucap papa membuka percakapan sembari sesekali ngelap iler di sudut bibi
"Kau pikir kau siapa mau menyamakan posisimu dengan suami dan anak-anakku? Apa perlu kuingatkan lagi kalau posisimu dan Papamu itu di sini hanya menumpang? Jadi, sadarlah diri sedikit karena tidak selamanya seorang tuan rumah itu harus welcome pada tamunya," desisku sembari menatap tajam wajah Kartika yang memuakkan itu."Kalau aku tidak mau lalu kau mau apa?" tantang Tika yang juga membalas tatapan mataku tajam."Dengan senang hati aku akan mempersilahkanmu dan Papamu untuk angkat kaki dari rumahku ini," ucapku penuh penekanan. Perlu Kartika ketahui jika seorang Aliyah tidak pernah main-main dalam perkataannya."Memangnya ini rumahmu? Ini rumah Mas Amar, Mas Amar itu kakakku, jadi aku dan Papa juga berhak dong tinggal di sini."
"Sudahlah Kartika. Kita baru satu hari di sini. Bersabar saja dulu. Setelah nanti kita laksanakan rencana kita dan berhasil maka kita akan tendang mereka semua dari sini, lagian bukankah kamu tertarik sama Amar waktu papa kasih lihat ftonya padamu? Apa kamu gak mau menyingkirkan Aliyah dari kehidupan Amar?" ucap papa yang membutku sedikit terbellak. Rupanya ada bibit pelakor kecil dalam rumah tanggakuYah, meskipun aku sudah menduganya hanya saja aku tidak sangka jika keluargaku akan dihinggapi benalu seperti mereka. Bergegas kumatikan mode rekam di ponselku. Kurasa ini semua sudah cukup sedikit bukti. Nanti akan kucari tahu apa rencana mereka tentang ini.***"Assalamualaikum!"Suara Mas Amar terdengar dari balik pintu. Be
KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWANBab 1"Bu Ida tolong beli telornya dua biji, sama tepung terigu seperempat saja," ucapku saat berbelanja di warungnya. "Beli apa ngutang nih!" sentak Bu Ida dengan ketus padaku. "Emm, ngutang, Bu," ucapku sembari menggigit bibirku untuk menguatkan diri. Bukannya aku tak tahu jika aku berhutang pada Bu Ida akan mendapatkan lontaran teramat pedas dari mulutnya yang tajam, tapi aku tak bisa berbuat apa pun karena cuma warung Bu Ida yang bisa dihutangi. "Orang kok hobi bener ngutang, hutang lima puluh ribu yang dibayar baru lima ribu. Eh, udah ambil hutang lagi, kalau bukan karena dulu Ibu kamu pernah menolong aku, gak sudi aku ngutangin kamu, Ri!" sentak bu Ida ketus padaku. "Maaf, Bu, saya belum gajian, dan lagi, Mas Anam belum kirim uang, nanti kalau sudah gajian atau Mas Amar kirim uang saya lunasi, Bu. ""Alah, kayak uang yang dikirim suamimu cukup aja, Ri,m. Sejauh ini juga uang kiriman suamimu itu tidak mencukupi kan? Jngankan u
KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWANbab 2"Riri! Riri! Keluar kamu! Dasar wanita su*dal! " Ucapan seseorang dengan suara lantang dan gedoran di pintu membuatku terlonjak bahkan tersedak nasi yang sedang ku kunyah. Bergegas aku meneguk air putih yang ada di dalam gelas untuk menghilangkan rasa sakit di tenggorokan yang tersedak."Riri! Cepat keluar kamu! Dasar wanita penggoda si*lan, keluar kamu! " Lagi, suara teriakan dan umpatan dari luar terdengar hingga ke dalam. Sebelum aku memutuskan untuk melihat siapa gerangan di luar sana, aku menyuruh Zahra untuk diam di tempat dan tidak boleh keluar dari rumah. Aku takut kalau anakku melihat hal yang tidak layak nanti, karena jujur saja perasaanku memang tidak enak mendengar suara keributan di luar sana. Tergopoh-gopoh aku menghampiri pintu depan dan membukanya, kulihat Mbak Fitri sudah berkacak pinggang , napasnya tersengal-sengal dengan mata melotot lebar ke arahku, "Dasar wanita sundal! Pakai pelet apa kamu mempengaruh
SI MISKIN YANG MENDADAK KAYA(KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN) bab 3"Tapi Ri...."Ooo bagus ya kalian, sekarang sudah berani secara terang-terangan ketemuan disini!" Tiba-tiba saja sebuah suara yang lantang dan cempreng membuat tanganku yang tengah memegang lembaran uang sontak melepaskan uang itu lantaran terkejut. Kupalingkan wajah melihat siapakah orang dengan suara cemprengnya itu."Mbak Meri, " ucapku lirih sembari terbelalak melihat Mbak Meri sudah berdiri di hadapanku. Mbak Meri adalah Kakak perempuanku yang nomor dua, sedangkan Kakak sulungku laki-laki bernama Mas Tio. "Jadi benar apa yang dikatakan orang tentangmu kalau kamu ada main sama laki beristri. ""Mbak, jangan salah paham, itu semua gak benar, demi Allah aku gak seperti itu, Mbak. ""Iya, Mbak, kami gak melakukan apa pun dan tidak memiliki hubungan apa pun," sanggah Mas Haris. "Halah, gak usah ngelak, kalau gak ada hubungan ngapain kalian tadi pegang-pegangan tangan?""Bukan begitu, Mbak, ini aku c
KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWANBAB 4"Terimakasih ya Cit, hanya kamu yang mau berteman Lima bulan telah berlalu semenjak aku berbicara dengan Citra tentang akan dibangunnya sebuah pabrik gula di desaku. Dan kini aku sudah mengenakan seragam kerja juga membawa berkas lamaran yang akan aku berikan pada pihak pabrik, ya. Akhirnya aku memutuskan untuk melamar kerja di pabrik yang baru saja selesai di bangun tersebut, karena entah kenapa selama dua bulan terakhir ini Mas Anam tidak mengirim uang untukku, ditambah lagi komunikasi kami juga sudah jarang terjadi, jika biasanya setiap seminggu dua atau tiga kali Mas Anam menelponku, tapi belakangan ini, dia jarang menghubungiku, dan aku tidak tahu entah apa sebabnya. Oleh sebab itu aku harus ekstra kerja keras, karena penghasilan dari aku menjadi buruh cuci di rumah Bu Ajeng saja tidak cukup. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut melamar pekerjaan di pabrik itu, karena kata Citra uang gaji di sana terbilang besar bagiku
"Iya Cit, aku akan selalu sabar menanti kabar dari suamiku, karena hanya dia belahan jiwaku yang saat ini ku punya selain Zahra tentunya. " Tanpa terasa cairan asin mengalir deras ke pipiku, betapa hati ini teramat merindu seorang pria yang sudah menjadi imamku itu. Citra menenangkanku dengan cara mengelus bahuku yang sedikit berguncang. "Ri, ini bau apaan?" tanya Citra sembari menggerakkan cuping hidungnya, aku pun juga mengikuti gerakan yang dilakukan oleh Citra, seketika itu juga mataku membulat, dan benar saja ternyata tempe yang sedang aku goreng sudah gosong. "Ya ampun Citra, masakanku gosong!" pekikku dan bergegas mematikan kompor yang masih menyala. Citra yang melihat aku mengangkat tempe gagal tersebut bukannya membantu justru menertawakanku dengan kencang. "Ya ampun Ri, kita keasikan ngobrol dan baper-baperan, masakan mu jadi gosong tuh," ujar Citra masih dengan tawanya yang seperti senang di atas derita orang. "Issh ini semua gara-gara kamu, jadi gosong masak