Share

Bab. 87

“Sebaiknya kita pisah saja, Mas!” Bu Mutia tak kuasa menahan sakit. embun yang sedari tadi menumpuk di kedua pelu[uk mata indahnya, akhirnya tumpah dan berderai tanpa bisa ia cegah.

Bu Mutia terisak pilu, sementara pak Cipto mengeratkan pelukan dengan isakan yang ia tahan. Usia mereka bukan sudah tak muda, tapi mengapa cobaan masih datang terus apakah ada harta tak halal dalam rumah tangga mereka, apakah bu Mutia sebenarnya yang menjadi penghalang antara pak Cipto dan perempuan itu.

Benak bu Mutia kecewa luar biasa.

Apa arti perjalanan ibadah umroh yang mereka laksanakan beberapa bulan lalu, bila dosa kembali diulang oleh lelakinya ini.

“Jangan, Sayang. Mas mohon ampun.” Pak Cipto terisak. Bukan hanya karna merasa bersalah telah menyakiti hati wanintanya kembali, tapi juga jarna dosa zina yang ia ulangi lagi.

“Allah, ya Rabb,” lirih suara bu Mutia mengadukan semuanya pada oemilik hidup ini. harusnya di usia sekarang mereka tak lagi memikirkan nafsu duniawi. Harusnya sekarang mereka le
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status