Share

Bab 7

Bab 7

Kedatangan emak

"Waalaikumsalam," Aku segera membuka pintu depan yang dari tadi aku tutup rapat. Karena dibelakang aku sedang sibuk mencuci piring.

Alangkah terkejutnya aku, melihat sosok Emak berdiri di ambang pintu, tersenyum menatapku. Entah mengapa motor yang mereka kendarai tidak terdengar olehku.

Ada rasa bahagia, karena mendapat kejutan dari Emak. Dia datang tiba-tiba tanpa memberitahuku sebelumnya.

"Emak … Kok gak telpon dulu. Kan nanti bisa di jemput sama Mas Wawan." Sambil ku mencium takzim, punggung tangan Emak.

"Buat kejutan." Emak selalu tersenyum ketika berbicara padaku. 

"Masuk, Lek!" Aku memanggil Lek Agung yang telah mengantar Emak ke Wonogiri.

Dia sedang duduk di kursi teras rumah, sambil menghisap rokok.

"Iya, Nan, nganter Emakmu itu. Katanya kangen sama cucunya." jawabnya singkat.

"Iya, terima kasih ya, Lek! Sudah repot-repot mengantar Emak kesini. Hawa lagi tidur." 

Segera aku menyuruh, Emak untuk beristirahat. Namun Emak menolaknya. Segera ku buatkan Emak dan juga Lek Agung, teh panas. Dan juga tak lupa membawa beberapa cemilan.

Kali ini aku bingung harus bicara dengan ibu mertua. 

Meminta izin untuk Emak menginap di sini.

Aku segera mengirim pesan kepada Mas Wawan.

Ada rasa bahagia bercampur bingung, bagaimana nanti aku bicara kepada ibu mertua.

Ah, biarkan saja. Toh Emak kesini membawa banyak beras dan juga oleh-oleh, pasti ibu mertua ku tak akan mempermasalahkan ini.

Tak berapa lama Lek Agung berpamitan pulang.

"Nan, aku pulang ya? Besok emak biar diantar suamimu!"

"Iya, Lek. Makasih ya!" Kuucapkan terima kasih karena sudah bersedia mengantar emak ke Wonogiri.

Aku segera beberes rumah setelah jam menunjukan jam empat sore. Menyapu dan juga mencuci piring. Sambil aku memasak air untuk termos yang sudah habis isinya.

Emak dengan sumringahnya menggendong Hawa di teras depan rumah. Tak berapa lama, ibu mertuaku pulang dari rumah tetangga setelah selesai membantu masak. Dia mendapati Emak di teras. Ada rasa canggung antara mereka, namun Emak tetap saja menyapa dengan sopan dan ramah. Seolah tidak tahu yang sebenarnya perlakuan ibu mertuaku terhadapku.

Setelah saling berbicara di depan, ibu mertua masuk kedalam rumah. Melihat sekarung beras dan banyak oleh-oleh lainnya. Segera aku menyusul dan meminta izin padanya, agar Emak tinggal di sini.

"Bu, Emak mau menginap di sini. Boleh? Besok biar diantar Mas Wawan pulang," Bicaraku sangat berhati-hati.

"Boleh," Singkat dan tak menanyakan hal lain.

Tapi ya sudahlah, yang penting aku sudah meminta izin padanya.

Tak selang berapa lama, Mas Wawan pulang dari kerja tak lupa mencium takzim tangan ibu. Saling menyapa dan bertanya soal kabar masing-masing. Ada guratan rindu di balik senyum Emak dengan anak-anaknya.

Bapak mertuaku ternyata sudah pulang juga, dia duduk di kursi teras. Segera aku ambilkan segelas teh untuknya.

Tapi disaat aku menyerahkan teh kepada bapak mertuaku. Ibu mertuaku keluar dengan membawa tas di tangannya.

"Pak, ayo antar Ibu ke rumah Bude! Sekarang!" Dengan nada kasar ibu menyuruh bapak mertuaku mengantarnya.

"Mau ngapain kesana bawa tas segala?" Bapak mertuaku seraya melihat tas yang dibawa istrinya.

"Mau nginep di sana, di rumah sempit, banyak orang. Gak tahu apa bukan rumahnya, seenaknya bawa keluarganya tinggal di sini! Memangnya dia siapa?" 

Deg,

Perkataan ibu tadi terlalu kasar aku dengar.

Aku melihat mata ibu sudah berkaca-kaca.

Dengan gemetar dan sedikit memaksakan, aku bicara menjawab ibu.

"Bukannya tadi ibu mengizinkan, Emak tinggal di sini? Lagian Emak ke sini juga dia membawa beras banyak untuk kita masak dan makan sama-sama. Bawa oleh-oleh banyak, untuk bapak dan ibu juga. Tapi kenapa anda bicara seperti itu di hadapan Emak saya? Anda tidak menghargai orang tua saya!" Tangan ini gemetar mengepal emosi yang tak beraturan.

"Sudah … sudah!" Emak menarik tanganku dan membawaku masuk kedalam rumah bersamanya.

Agar tidak terjadi keributan yang lebih besar lagi.

Aku meneteskan air mata dan juga Emak. Dia memelukku, sambil mengusap air mataku yang selalu saja mengalir tanpa henti.

"Emak pikir, kamu tidak pernah pulang. Kalau kamu di sini sudah hidup bahagia, tapi ternyata air mata selalu jatuh setiap saat. Seharusnya tadi Emak gak maksa untuk di antar ke sini. Emak seharusnya bilang sama kamu terlebih dahulu. Maafin Emak ya, Nanda!" Ibu terus mendekapku.

Tak begitu lama Mas Wawan masuk ke dalam kamar. Dia duduk di pinggir kasur melihat Hawa yang terlelap. Setelah digendong Emak tadi.

"Mas, kamu dengarkan ibumu bicara seperti itu? Kenapa kamu diem, ini Emak yang begitu baik sama kita diperlakukan begitu sama ibu kamu. Kamu hanya diam saja, laki-laki macam apa kamu?" Aku kecewa dibuatnya, setelah melihat Mas Wawan hanya diam tak berbuat apa-apa.

"Aku harus bagaimana? Dia ibuku, walaupun dia seperti itu dia orang yang telah melahirkanku. Tidak mungkin aku melawannya!"

"Aku tidak menyuruhmu melawannya, aku memintamu untuk sedikit memberi nasehat pada ibumu. Agar perlakuannya terhadap keluarga ku tidak seperti itu. Kamu ingat? Saat semua keluarga besarku kesini untuk menjenguk Hawa, ibumu malah pergi entah kemana? Begitu tak sukanya dia padaku dan juga keluarga ku?" Emosiku tak tertahankan.

Tangan Emak memegang tanganku begitu erat. Dia tak menginginkan aku untuk berbicara lagi.

Mas Wawan mengacak-acak rambutnya dengan kasar dan pergi meninggalkan aku dan Emak.

"Bener apa yang dikatakan suamimu. Sabar, kamu jangan mudah terpancing emosi. Kamu harus sabar, demi hawa! Kalau kamu mencintai anaknya, kamu juga harus menerima ibunya! Apapun itu sifatnya, dia tetap orang tua suamimu!" Ibu memberi nasehat padaku.

"Tapi, Mak. Dia kelewatan, dia terlalu kasar bicara seperti itu di depan Emak!"

"Sudah, jangan kau ambil pusing. Emak, tidak papa," ucap Emak sembari memasukan pakaian ke dalam tas.

"Emak mau kemana?" Sembari menatap wajah keriput itu.

"Emak, akan pulang. Emak akan menyuruh Wawan untuk mengantar Emak."

"Tapi Mak, ini sudah sore!"

" Gak papa, sebentar aku cari Wawan dulu!"

Entah apa yang Emak bicarakan di depan dengan Mas Wawan. Yang terlihat Mas Wawan segera masuk ke kamar dan mengambil dompet dan juga tas milik Emak.

"Emak pengen diantar pulang sekarang, uang kamu aku pinjem dulu. Buat ngasih ke Emak."

Tak ada jawaban dariku, aku hanya menyerahkan tiga lembar uang seratus ribu kepadanya. Segera ia masukan ke dalam tas.

Aku keluar bersama Hawa, karena tadi dia terbangun.

Emak memakai kaos kaki dan juga membenahi kerudungnya, tak lupa jaket langsung ia kenakan. Karena pulang ke Klaten membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Dengan mengendarai sepeda motor.

Emak tak berpamitan dengan ibu maupun bapak mertuaku. Karena mereka sudah tidak ada lagi, setelah kudengar motor meninggalkan rumah setelah aku pergi ke kamar tadi. Mungkin sudah pergi ke tempat Bude.

Kulambaikan tangan, dan melepas kepergian Emak. Ada rasa kecewa dan marah dalam hati.

Tak berapa lama ibu dan bapak mertua pulang. Jam di dinding menunjukan pukul tujuh malam.

"Lho, Emak mana?" Bapak mertuaku datang ke kamarku mencari Emakmu 

"Pulang, diantar Mas Wawan!" 

"Ibumu memang kelewatan dia, tadi sudah aku beri nasehat, kamu jangan khawatir. Jangan terlalu memikirkan ibumu! Yang penting kamu jaga Hawa, nanti kalau sudah punya rejeki. Bisa bangun rumah sendiri, di sebelah rumah bapak ini,"

Beruntungnya aku, mempunyai bapak mertua yang bijaksana. Dia selalu menjadi penengah di saat ibu mertuaku dan aku salah paham. Berbeda dengan suamiku, dia tak ingin terlibat masalah. Karena ibu mertuaku itu terlalu pemarah dan juga suka membuka aib keluarganya sendiri.

***

Semenjak kejadian itu, aku tak lagi ramah dengan ibu mertuaku. Aku selalu diam, jika dia bertanya terlebih dahulu barulah aku menjawab.

Aku sedang menggendong Hawa di bawah pohon rindang depan rumah.

Tetangga ku kebetulan lewat ingin pergi mencari rumput, dia berhenti menyapa Hawa dan juga diriku. 

"Hawa, cantik kenapa kamu? Gerah ya?" Dicubit pelan pipi Hawa yang gembul.

"Iya, Bude. Mau kemana Bude?" tanya ku pada Bude Rina.

"Ini mau cari rumput! Nanda, Bude mau ngomong sama kamu, tapi kamu jangan marah ya?"

"Ngomong aja Bude, gak papa,"

"Apa kamu …."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status