Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 18PoV Teguh."Kenapa kamu menjadi orang yang tidak berhati seperti ini, Teguh? Kamu mau membunuh Ibumu yang sudah bertaruh nyawa untuk melahirkanmu, setan apa yang sudah masuk ke dalam hatimu?" Ibu berkata dengan pelan, air matanya deras turun membasahi pipinya.Waktu aku berpisah dengan Suci atau sewaktu Ibu mengetahui aku sudah menikah lagi, Ibu sama sekali tidak merasa sedih atau pun menangis. Apa Ibu benar-benar terluka sekarang? Karena sudah percaya dengan ucapan Marni."Puas kamu Teguh? Karena sudah berhasil membuat Ibu menangis!" kata Azka menudingku."Sudah, jangan kotori tanganmu untuk memukulnya." Ibu mencegah saat Azka sudah mulai menarik kerah bajuku.Hatiku mendadak sakit melihat Ibuku yang belum berhenti menangis. Marni sudah membuat Ibu percaya dengan tuduhan yang di lontarkannya padaku."Ibu, percaya sama Teguh, Marni itu sudah berbohong dan mem-fitnah Teguh," ucapku sambil bersimpuh dikaki Ibu."Menjauhlah Teguh!"
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 19PoV Author.Jam tujuh pagi, Teguh sudah tiba di halaman rumah ibunya.Beberapa hari ini, Teguh tidak datang ke rumah ibunya, sebab, masih merasa kecewa dengan jawaban Suci yang sudah tidak mencintainya lagi.Hari ini, adalah hari bahagia bagi mantan istrinya itu, Teguh terpaksa harus hadir. Sebab, Bu Sukma yang meminta.Teguh masuk ke dalam rumah yang sudah banyak keluarga yang datang. Sebagian keluarga besar dari Bu Sukma datang dan menginap di rumahnya.Teguh menuju ke arah Bu Sukma yang sedang memangku cucunya. "Suci ke mana, Bu?" tanya Teguh. Karena tidak melihat keberadaan wanita yang sudah memberinya satu anak itu."Ini 'kan hari pernikahan Suci dan Azka, jadi Suci lagi didandani, itu saja pake nanya!" Bukan Bu Sukma yang menjawab, tapi adik dari ibunya yang menjawabnya dengan ketus.Tantenya itu selalu berkata ketus setelah mengetahui tentang pernikahan keduanya dengan Marni. Semua keluarga menjadi kompak memusuhinya."Ak
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 20PoV Azka."Selamat, Azka! Jangan pakai pengaman ya, biar langsung jadi," celetuk temanku sambil menepuk pundakku. Dia memang suka bergurau tapi tidak tahu tempatnya, malu sekali kalau harus membahas tentang itu."Jangan keras-keras ngomongnya," ucapku, Suci yang mendengarnya langsung tersipu malu."Selamat, ya, ternyata ... istrimu mantan kakak iparmu, kok bisa?""Stok pera-wan sudah habis, di gondol setan belang!" sahut Fahara teman satu angkatan, dia perempuan yang suka berkumpul dengan teman laki-laki."Ha-ha-ha...." Semua tertawa mendengar ucapan Fahara."Janda itu lebih menggoda, tapi ingat! Tidak semua janda yang menggoda, kalau seperti istrinya Azka ini, ya jelas sangat menggoda, ha-ha-ha...." Lagi, temanku langsung tertawa keras saat salah satu temanku menyelesaikan ucapannya.Aku memandang Suci dengan perasaan tidak enak hati. Jangan sampai ucapan mereka membuatnya tersinggung."Maaf ya teman-teman, silakan nikmati makan
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 21PoV Suci."Sini peluk." Mas Azka berucap dengan mata yang masih terpejam. Dia tersadar saat ranjang bergoyang ketika aku bergerak.Jam dua malam. Kamar hotel berbintang ini sangat dingin. Aku menarik selimut untuk menutupi seluruh badanku, sejuk terasa menyerap ke tulang. Aku ingin mematikan AC namun remotnya entah pergi ke mana.Lalu. Pria yang berjambang tipis itu menepuk sebelah lengan supaya aku berbaring di atas lengannya. Aku beringsut dan berbaring menghadap ke arahnya. "Gimana tidurnya, nyenyak?" tanyanya sambil mengulas senyum di bibir tipisnya itu."Huum, nyenyak sekali," jawabku.Malam ini, putraku sama sekali tidak berjaga malam. Tidurnya nyenyak sejak jam sembilan malam. Hanya terbangun saat aku ingin memberikannya asi."Anak kita pengertian, ya? Tahu saja kalau Ibu dan Ayahnya mau hihi," ucap Mas Azka.Mas Azka meringis, saat aku mendaratkan cubitan di pinggangnya. Lalu sedikit membulatkan mataku untuk menatapnya.
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 22"Masak apa Suci? Baunya enak sekali, bikin Tante lapar mencium baunya.""Masak cumi asam manis Tante, Ibu minta dibuatin, kepengen katanya.""Baguslah, Tante senang mendengarnya, Tante minta dikit ya cuminya." Tante Erni menyendok nasi dan mengambil lauk yang masih berada di dalam wajan."Banyak itu Tante, ambil aja lagi, sengaja masak lebih biar semua bisa makan siang sekalian," kataku."Ambilkan Ibu makan juga Er, ngiler liat cuminya." Aku mengambil piring untuk Ibu makan dan Eyang. Aku bersyukur sebab Ibu sudah mau meminta makan, itu artinya Ibu sudah mulai sembuh."Apa itu, Sari?" tanyaku, saat melihat Sari memasukkan sesuatu ke dalam plastik hitam yang dibawanya dari dalam kamar Ibu mertua."Itu ... Tadi Nyonya muntah lagi.""Muntah lagi?" "Iya, dan Nyonya bilang tidak mau makan karena selera untuk makannya jadi hilang," jelas Sari, aku langsung berlari menuju kamar Ibu mertua.Ibu mertua tampak lesu, terbaring lemas sambi
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU BAB 1"Jelita!" Suara seseorang memanggil namaku dari arah luar toko perlengkapan pakaian bayi.Aku memicingkan mata, melihat empat orang yang sedang berjalan semakin mendekat ke arahku.'Duh, malas sekali berhadapan dengan mereka,' batinku mengeluh."Tante Dira dan ketiga anak-anaknya, kamu pasti kenal dan belum lupa, 'kan?" ucap ibuku."Kenal lah, Bu. Baru juga lima tahun tidak ke Jakarta, mana mungkin Jelita lupa sama saudara-saudara Ibu, yang suka menghina dan mencaci-maki kita," sahutku.Aku baru pulang setelah lima tahun berada di Kota Pekanbaru. Biasanya, ibuku dan adik-adikku lah yang akan mengunjungiku, tentunya dengan ongkos yang kukirimkan untuk mereka datang."Kapan datang?" tanya Zahra, tanpa menanyakan keadaanku terlebih dulu, setidaknya basa-basi ya kan?Sepupuku itu melihatku dengan tatapan yang sulit untuk ku artikan. Kalau tidak salah, tatapannya masih sama seperti waktu Zahra mengataiku anak madesu. ( Masa depan sur
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 2"Memangnya, kalau memilih pakaian bayi harus nikah dan punya bayi dulu? Tidak, 'kan? Ya, pasti tidaklah! Zita saja dulunya punya anak tanpa menikah dan tanpa punya suami, 'kan?" ucapku yang pastinya sangat menohok sekali dihati Tante Dira.Bagaimana tidak? Zita anak bungsu Tante Dira hamil di luar nikah dan pacarnya kabur entah ke mana. Adikku Rindu yang memberitahunya, kalau ibuku tidak pernah memberitahu, karena Ibuku pasti takut menceritakan aib keponakannya. Takut akan terjadi kepada anak gadisnya yang masih tersisa dua yang belum menikah.Plak!Plak!"Awh!" Zita meringis kesakitan saat aku membalas menamparnya detik itu juga. Tamparanku lebih keras dari tamparannya. Aku tidak mau berpikir panjang untuk membalas perbuatannya itu.Plak!Lagi, aku kembali menampar pipinya yang penuh dengan kebencian terhadapku. Karena pipinya itu tidak pernah terlihat manis saat melihat keluargaku bahagia. Pipinya itu pernah terlihat manis saat
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 3"Astagfirullah, ada apa ini? Kenapa bersikap kasar kepada istri saya?" Mas Ridwan berucap seraya memandang sekilas ke arah wanita pemilik toko itu."Saya sudah memperingatkan istrinya. Jangan dipegang-pegang sepatunya, nanti rusak! Ini harganya mahal, tahu tidak ini harganya berapa? Harganya empat ratus ribu, mana mungkin kalian bisa menggantikannya kalau rusak!" jawabnya ketus, matanya mengerling sinis melihat kebawah dan keatas."Saya akan membayar dua kali lipat bila sepatu yang dipegang istri saya rusak! Tapi, tolong! Bersikap sopan lah pada istri saya, lagi pula tidak sepantasnya memperlakukan pengunjung seperti itu, mampu atau tidak mampunya membeli, sebagai pemilik atau penjaga toko harus lah bersikap dengan baik dan sopan." Mas Ridwan berkata dengan tegas."Di sini tidak melayani pengunjung yang hanya pegang-pegang dan tanya-tanya, ujung-ujungnya tidak jadi beli setelah tahu harganya!" hardiknya."Siapa pemilik toko ini?"