“Jangan membenci siang yang terik karena di sore hari langit menunjukkan pesona senja yang indah.”***Pagi ini, Yumna sekeluarga baru saja pulang dari makam Syahdu. Itu semua atas permintaan Fatimah dan sudah menjadi aktivitas rutin untuk mereka terutama makamnya berada tidak jauh dari makam almarhum ayah.Yumna sempat menitikkan air mata saat menyentuh nisan bertuliskan nama ayahnya. Secepat itu luka datang memeluk hatinya yang memang sudah rapuh. Yumna menamainya tahun kesedihan karena terlalu banyak menghabiskan air mata.Gadis itu menghela napas sambil terus melangkah masuk rumah. Pada hari jumat, biasanya Gus Hanan memang meliburkan murid-muridnya, jadi memiliki waktu untuk keluarga."Abah, kita jalan-jalan, yuk!""Ke mana?""Motor-motoran ke mana saja. Fatimah bosan kalau di rumah terus, jadinya gak beda sama tinggal di pondok."Gus Hanan tersenyum. Tentu saja lelaki itu akan menuruti apa pun keinginan keponakan satu-satunya. Dia segera menemui Yumna yang baru saja berganti pak
"Sudah sepekan kamu ke sini untuk ngebujuk aku. Kamu pikir aku gak capek?!" Suara Yumna mulai meninggi.Dia juga manusia biasa yang terkadang sulit menahan amarah apalagi jika sabar dan ikhlas sedang tidak bersamanya. Cybele yang mendengar hanya menatap jengkel."Mbak, kan aku sudah ngomong baik-baik selama ini, ngasih kamu waktu. Hasilnya, Mbak gak ada nyampein perasaan aku ke Ustadz Hanan, kan?"Wuih, keren sekali calon pelakor zaman sekarang. Tidak bisa mendekati lelaki yang menjadi target, malah mendatangi istrinya langsung. Yumna tidak habis pikir dengan tingkah laku Cybele. Apa dia tidak punya rasa malu?Yumna menghela napas setelah tadi terlalu sibuk memijit kening. Dia berusaha tersenyum di depan Cybele. "Aku sudah nyampein ke Gus Hanan tentang perasaan kamu. Kalau ditolak mau bagaimana lagi? Kamu pikir aku gak kena marahnya?"Gadis di hadapannya sangat berbeda dengan Syahdu. Baik dari segi penampilan, sikap bahkan tutur kata. Dulu, Yumna memberi izin untuk gadis itu karena ta
Acaranya nanti malam sehingga mereka sudah pada sibuk. Acara tabligh akbar yang dihadiri langsung oleh ulama dari Hadhromaut, Yaman. Yumna bahagia, air matanya menetes membasahi pipi karena kerinduan pada kota kecil itu.Kaki Yumna terus melangkah menikmati indahnya suasana di pesantren. Kenapa dia tidak masuk ke penjara suci itu dulu alasannya masih belum bisa Yumna ingat dengan jelas."Umi, nanti malam kita tidur bareng ya?""Nggak, nanti umi maunya tidur sendiri."Fatimah hanya tertawa karena tahu kalau perempuan yang dianggap umi itu sedang bercanda. Dia kembali menarik tangan Yumna membawanya pada seorang santri ndalem yang sedang sibuk mencatat di sebuah buku kecil."Kang, sibuk nggak?""Maaf, Kang. Kami permisi!" seru Yumna membuat Kang Santri itu sedikit bingung.Meskipun pertanyaan Fatimah terdengar serius, tetapi Yumna bisa tahu kalau gadis kecilnya ingin mengganggu orang yang sibuk lagi. Mereka kembali menyusuri jalan sampai bertemu dengan Gus Qabil.Yumna jadi salah tingka
Acara tabligh Akbar selesai pukul dua malam dan Yumna langsung masuk kamar untuk tidur karena kepalanya lumayan sakit. Perutnya juga terasa sedikit nyeri sehingga malas untuk banyak bergerak.Seja magrib tadi dia ikut turun tangan membantu para santri, makanya sedikit merasa lelah. Baru saja ingin memejamkan mata ketika Gus Hanan muncul di balik pintu."Kamu capek, Dek?""Lumayan, Mas. Kenapa?" Yumna langsung bangun dan bersandar pada kepala ranjang. Kantuknya sudah hilang, dia berusaha untuk tersenyum pada suami yang minta dipijat.Yumna tiba-tiba memeluk suaminya dari belakang sambil menitikkan air mata. Gus Hanan yang menyadari langsung membalik badan menghadap istrinya. Dia membawa Yumna bersandar pada dada bidang itu."Kenapa, Dek? Ada masalah?""Mas, aku gak mau kalau kamu nikah lagi. Entah itu dengan siapa, dan apapun alasannya. Mas, aku emang gak menyesal kamu pernah menikah sama Syahdu karena itulah pilihanku, tetapi untuk Cybele aku gak bisa, Mas.""Emang Cybele bikin masala
Pukul empat sore Yumna menemui Cybele di pelataran masjid karena kebetulan hari ini tidak ada jadwal pengajian. Dia sengaja meminta gadis itu untuk bertemu karena mau menjalankan misi yang sudah diatur oleh Amel.Mereka semua akan menjalankan tugasnya masing-masing. Yumna, Gus Hanan, Mas Dika dan Amel sementara Kevin memantau di belakang bersama seorang lainnya yang Amel rahasiakan."Mbak? Ada kabar baik nih kayaknya?" sapa Cybele begitu Yumna tiba dengan senyum yang merekar indah."Iya, ada kabar baik dong. Kamu mau tahu, kan?" Yumna menarik napas panjang. "Aku sudah setuju kalau kamu akan menikah dengan Gus Hanan.""Terus, Mbak?""Gus Hanan nggak marah waktu aku bujuk siang tadi buat nikahin kamu. Katanya gini, 'oke, mas akan memikirkannya lagi. Kamu harus dekat dulu sama Cybele. Selain kamu, harus akrab ke Mas Dika dan Amel. Kalau dia berhasil, maka mas akan memberi peluang itu.' .... Gimana, senang gak?""Senang banget aku, Mbak. Akhirnya ada ustadz yang mau memberi kesempatan itu
Malam yang indah bagi Mas Dika karena saat ini dia sedang mengerjai Cybele. Sejak tadi gadis itu terus bertanya tentang Gus Hanan dan Yumna, apakah hubungannya seharmonis yang dia lihat atau tidak.Mas Dika menjawab jujur kalau mereka berdua tidak pernah bertengkar hebat. Cybele langsung mengirim emotikon menangis mengaku sedikit harapan kalau memang keduanya selalu akur."Gak apa-apa, kamu kan cantik. Bahkan kalau mas lihat kamu jauh lebih cantik daripada Yumna," bohong Mas Dika lewat pesan suara.Semua orang yang dekat dengannya tahu kalau di mata Mas Dika, setelah ibu, tidak ada yang jauh lebih cantik dari Yumna. Sekalipun itu Amel yang pernah bertahta dalam hatinya.Cybele memang cantik, tetapi tidak mengalahkan Yumna. Siapa sangka, gadis itu malah salah tingkah dan mengirim stiker malu-malu. Wajahnya pasti bersemu merah mendapat pujian dari lelaki yang menjadi ipar gebetannya."Menurut Mas Dika, apa aku pantas jadi istri Gus Hanan? Secara dari cerita Mas itu mereka terlalu saling
Jam delapan pagi, tersisa Amel dan Yumna yang duduk di dalam rumah sambil menikmati cemilan. Ibu satu anak itu belum pulang karena Ozil malah ketiduran satu jam yang lalu. Amel juga tidak tega membangunkannya."Mel, kok aku tiba-tiba keingat Syahdu, ya?""Keingat gimana maksudnya?""Ya dia itu baik sebenarnya, Mel. Dia sering ngebantu ibu masak, atau full gantiin aku mengurus rumah. Kalau disuruh ini dan itu dia mau, terus anaknya sopan banget lagi.""Terus karena Syahdu baik, kamu langsung lupa sama dia yang jadi penyebab keguguran kamu? Kalau aja hari itu kamu gak sibuk ngurus rumah, nyuci segala macam, kamu hak bakal kelelahan. Kalau aja hari itu dia gak masuk kamar, lalu kamu pergi ke warung, pasti gak bakal ketemu sama Bu Wenda. Nyatanya, apa yang dia lakukan?"Yumna mengangguk. "Betul, dia juga yang bilang ke Bu Wenda kalau aku bakal dicerai sama mas Hanan. Cuman dia itu kan tertekan sama Bu Wenda. Kamu gak bakal lupa kalau dia yang nolongin aku sampai kehilangan nyawanya sendir
"Kamu harus memikirkan masa depan kamu sendiri, kebahagiaanmu dengan keluarga juga harus mengurangi beban orang tua. Jangan lemah terus! Kalau kamu masih lemah, aku gak bakal bantu kamu lagi!" tegas Amel ketika melihat Yumna menangis."Kamu harus kuat. Sudah berapa banyak mulut yang mengataimu bodoh? Kalau boleh jujur, sebenarnya aku kesal sama kamu karena terlalu lemah jadi perempuan. Kamu harus tegas, Yum! Kalau tidak bisa membalas hinaan itu, paling tidak bela diri lah!" tambah Amel lagi.Yumna menghapus jejak di pipinya. "Apa itu bukan menjadi bodoh?""Tidak. Justru sekarang kamu itu bodoh, Yum! Bangkit dong dan tunjukan sama Bu Wenda dan semua orang kalau kamu tidak bisa diinjak-injak. Gak selamanya kita diam ketika dihina, gak selamanya kita diam ketika difitnah!"Amel memegang kedua tangan sahabatnya. Dia sudah memikirkan itu semalaman karena merasa kesal dengan Yumna. Bagaimana bisa dia tahan dihujat bertahun-tahun? Bahkan anak kecil pun akan menertawakannya.Lemah. Itu yang a