Abimana berlalu menuju ruang Direktur Utama. Keinginannya untuk mengetahui pemilik pantulan cantik di cermin ia urungkan hanya untuk menerima telpon dari istrinya, Karin. Abimana tau konsekuensinya kalau telat menjawab panggilan istri cantiknya itu. Apalagi belakangan ini sikap Karin sedikit berubah."Ada apa, Sayang?" suara Abimana dibuat selembut mungkin ketika berbicara dengan Karin. "Mas, pulang kerja tolong belikan aku pecel lele di warteg ya!" Karin bernada memohon. Memang itu kenyataannya, saat ini Karin merasa ingin sekali makan pecel lele."Pecel lele? Kamu nggak lagi ngigau kan?" Abimana merasa heran dengan permintaan istrinya. Setahu Abimana, Karin sangat anti dengan makanan rendahan seperti itu. Sejak berpacaran dengannya, selera Karin berubah 360 derajat, termasuk selera makanan."Nggak kok, Mas! Aku lagi pingin banget makan pecel lele anget, jangan lupa pedes ya!" lagi-lagi permintaan Karin membuat Abimana makin heran. Pedas bukan selera Karin yang dikenalnya."Mas, kok
"Itu pasti mobil Mas Abi," Karin bergegas menuju pintu untuk menyambut suaminya pulang kerja. Senyum manis dengan deretan gigi putih bersih menghias wajah cantik Karin tatkala melihat Abimana memasuki rumah."Mas nggak lupa kan sama pesanan aku?" lengan Karin bergelayut manja pada tangan kekar Abimana."Buat kamu mas nggak akan lupa, Sayang," Abimana mencium pucuk kepala Karin. Menghirup aroma shampo yang semerbak dari rambut panjangnya yang bergelombang."Makasih, Mas!" Karin mengecup pipi Abimana sebelum mengambil piring untuk menuangkan pecel lele."Mas nggak diajak makan nih?" gurau Abimana mendapati Karin tengah asyik menikmati pecel lele tanpa menunggunya di meja makan. Padahal biasanya Karin menemani Abimana ganti baju lalu menggandengnya menuju meja makan untuk makan bersama. Namun kali ini, Karin hanya terfokus pada makanan yang ada di depannya."Maaf, Mas! Aku sangat lapar dari tadi," ucap Karin dengan mulut penuh. Ia menyiapkan makanan untuk Abimana sebelum kemudian kembali
Hoekkkk,Karin memuntahkan semua yang telah dia makan. Bahkan ketika dirinya merasa lemas tak bertenaga, mual yang dirasakannya tak juga hilang. Setengah menyeret kaki sendiri, Karin berjalan menuju kamarnya.Tangan Karin gemetar hebat ketika mencoba mengambil air hangat dari dispenser di dalam kamar. "Semoga air hangat ini membuat perutku bersahabat kembali," gumam Karin. Sayangnya hanya sebentar saja air hangat itu membantu dirinya, lima belas menit kemudian rasa mual itu kembali terasa."Karin dimana?" Abimana yang terjaga meraba samping tubuhnya. Ia membuka mata menyadari Karin nggak ada di sebelahnya."Karin sayang! Kamu dimana?" Abimana mengedarkan pandangan. Sepi hanya gemericik air yang terdengar dari kamar mandi."Tunggu dulu, kenapa seperti suara orang muntah? Apa Karin sakit?" Abimana turun dari ranjang mengetuk pintu kamar mandi."Karin! Buka pintunya!" Abimana menggedor kamar mandi karena nggak ada jawaban."Mas dobrak pintunya, ya!" Abimana kembali berteriak karena te
"Aku tidak akan membiarkanmu sedih karena anak ini, Nona!" Narendra mengikis jarak antara mereka berdua dan menggenggam kedua tangan Karin erat.Karin memejamkan kedua matanya saat hembusan nafas Narendra terasa menjalar hangat ke lehernya. Ia mulai merasakan perasaan aneh seperti semalam."Tenang, Karin! Jangan terbawa perasaan. Kamu harus secepatnya pergi dari sini!" gumam Karin sangat pelan."Sebagai bentuk tanggungjawab aku, mulai sekarang aku akan ikut memantau kesehatan kamu, Nona!" Narendra berbisik di telinga Karin yang sukses membuat Karin meremang."Tolong menjauh dariku! Aku kesulitan bernafas!" Karin memohon dengan mata yang sayu kepada Narendra. Ia pun mulai merasa nyaman dengan aku kamu kepada Narendra."Tapi matamu berkata lain, Nona!" Narendra mengukung Karin dengan kedua tangannya. Bibirnya yang hampir menempel dengan bibir Karin menghembuskan nafas beraroma mint yang membuat Karin susah payah menelan salivanya."Tolong, biarkan aku pulang! Aku nggak akan meminta pert
"Apakah kamu sudah menyiapkan materi terbaik untuk presentasi nanti?" Manager pemasaran dan penjualan mendekati Aisyah untuk melihat sejauh mana persiapan presentasi karyawan barunya setelah kemarin menyelesaikan laporan administrasi pemasaran dengan sangat baik."Sudah, Pak!" Aisyah berdiri tanda hormat sambil tersenyum."Bagus! Bersiaplah sebentar lagi kita akan melakukan meeting, tolong berikan yang terbaik untuk departemen kita!" Manager pemasaran masih nampak ragu dengan kemampuan Aisyah. Apalagi mengingat Aisyah adalah karyawan barunya di perusahaan ini."Tenang saja, Pak! Aku jamin Claudia pasti bisa melakukan tugasnya dengan baik!" Bu Niken menepuk pundak Aisyah. Sementara Aisyah hanya tersenyum simpul sambil membereskan berkas yang sudah di siapkan sebelumnya sebagai materi nanti."Sebaiknya kita keruang meeting sekarang! Lima menit lagi meeting nya dimulai!" Bu Niken mengajak Aisyah menuju ruang meeting dengan manager pemasaran di depan mereka.Aisyah menatap ruangan demi ru
"Rendra! Booking meja di Megamall resto untuk nanti sore!" Mahesa Bagaskara memberi perintah kepada Rendra."Bos mau makan dengan siapa? Kalo nggak ada teman, asisten mu ini sangat siap kalo di ajak serta!" kekeh Rendra yang dibalas suara gebrakan tangan Mahesa di meja."Pantes belum laku! Galaknya nggak ketulungan!" Rendra mengejek Mahesa lalu segera mematikan sambungan telpon. Rendra nggak mau suara bariton Mahesa berubah akibat memaki dirinya di telpon.Dengan cepat Rendra melakukan reservasi kepada pihak Megamall resto.Sementara Mahesa tersenyum sendiri di ruangannya. Kala memeriksa minicam yang dipasang di departemen pemasaran.Dirinya merasa senang melihat Aisyah berhasil mengambil hati rekan setimnya. Bahkan berhasil melakukan presentasi terbaik hari ini."Tunggu! Kenapa wanita ini mengaku sebagai Claudia? Harusnya ia mengatakan identitas sebenarnya dan menempati ruangan direktur utama?" Mahesa baru menyadari kalau Aisyah tengah menyamar dengan menjadi karyawan di perusahaan
"Keren Claudia! Baru seminggu masuk kerja udah bisa bawa kita dapet bonus, guys!" Nuri si paling heboh menggoyangkan badan Aisyah yang tengah bersiap di belakang kemudi."Lebih keren lagi kita bisa ngerasain duduk di mobil mewah kek gini! Duh mimpi apa gue semalam? Udah dapat bonus, dapat makan gratis, pake mobil mewah lagi!" Nuri terus nyerocos diikuti teriakan dari beberapa teman dari belakang."Berisik tau! Tuh lihat karyawan lain pada ngeliatin kita!" Aisyah tersenyum kepada rekan setimnya. Ia melajukan mobilnya mengikuti mobil manager pemasaran dan Bu Niken."Claudia, ajakin kita ke rumah Lo dong! Secara mobil Lo aja udah keren begini, gimana dengan rumahnya? Pasti kek istana di sinetron-sinetron bucin itu!" rekan yang lain dibelakang ikut nimbrung."Rumah gue kecil, ini cuma mobil sewaan doang!" Aisyah tersenyum sambil tetap fokus ke jalanan."Nggak mungkin lah.. mana cukup gaji kita buat sewa mobil mewah kek gini, ya kan teman-teman?" Nuri kembali nyerocos. Kayaknya gatal aja
"Pelayan! Juice jeruk satu!" Mahesa mengangkat tinggi tangannya memberi kode pelayan yang tengah sibuk menata minuman dan dessert di meja Aisyah dan kawan-kawan."Baik, Pak! Ada tambahan lagi?" pelayan itu berdiri disamping Mahesa."Juice jeruk aja! Jangan terlalu manis!" Mahesa menutup buku menu yang dipegangnya. Matanya kembali fokus mengamati keseruan Aisyah dan yang lainnya makan bersama."Aisyah, wanita yang beda!" Mahesa tersenyum dengan tatapan tak lepas dari wajah cantik Aisyah. Menatap Aisyah merupakan candu baru baginya saat ini. Entah secara langsung atau hanya di video, Mahesa akan selalu menyempatkan waktu menatap Aisyah. Apalagi disaat mood dirinya sedang buruk.***"Bro, bahan ice koffie habis! Sedangkan CEO Abimana Group menginginkan ice koffie sekarang!" peracik minuman panik saat menyadari bubuk kopi untuk membuat ice koffie habis tak bersisa."Tunggu! Bukankah itu ice koffie?" perlahan ia mendekati gelas ice koffie yang tergeletak di meja dekat kulkas besar di area