Share

05. Pergi

Liam memutuskan bersiap untuk menghadiri jumpa pers tanpa memikirkan Alesya. Teringat belum sarapan, Liam hendak makan pagi namun meja dapur terlihat bersih sekali, tak ada makanan.

Liam berjalan menuju kamar Alesya, ruangan itu juga tertata rapi. Tak ada tanda tanda jika Alesya di kamar. "Ale, dimana kamu?"

"Ale?!"

"Alesya!"

Liam berteriak mencari Alesya hingga menggema namun istana itu nampak sepi tak berpenghuni. Liam menyerah, memutuskan pergi ke Perusahaan.

"Selamat datang Tuan Liam. Kami sudah menunggu Anda," ucap Master Ceremony saat Liam tiba di Perusahaan. "Silahkan duduk Tuan Liam. Mari kita mulai jumpa persnya."

Banyak sekali reporter, mereka melakukan siaran live dan semua saluran televisi meliput acara tersebut.

"Baiklah mari kita berikan pada Nyonya Bella selaku istri Tuan Liam untuk mengklarifikasi berita tentang donor sumsum tulang belakang yang diberikan pada Tuan Liam," jelas MC.

Salah satu Reporter mulai bertanya, "apakah berita ini benar Nyonya Bella?"

"Jika benar, mengapa berita ini baru terungkap sekarang?" tanya Reporter lain.

"Mengapa Anda menghilang selama tiga tahun ini?" tambah Reporter ketiga.

"Bukankah ini Jumpa pers mengenai sakitnya Tuan Liam? Lalu mengapa Nyonya Alesya, istri kedua Tuan Liam tidak hadir?"

"Tenang, tenang. Semua pertanyaan sudah di tampung dan Nyonya Bella akan menjawab semuanya tanpa terkecuali. nyonya Bella silahkan!"

Bella sangat gugup saat ini, tangannya sedikit gemetar dan Liam melihatnya. Namun Liam sama sekali acuh, duduk menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

Bella berusaha tenang dan fokus menjawab semuanya tanpa kesalahan sedikitpun. Dia harus terlihat anggun, berkelas dan pintar jadi pertanyaan konyol itu tak bisa menggoyahkan impiannya.

Ekhem.

"Ya, benar sekali. Akulah orang yang mendonorkan sumsum tulang belakang pada Suamiku, Liam."

Semua reporter saling berbisik menilai Bella, ada yang setuju dan ada yang mencemooh dirinya.

"Mengenai masalah ini baru terungkap, aku juga tak mengerti. Namun satu hal yang pasti, saat itu suamiku baru menjabat CEO jadi kami khawatir jika berita ini mencuat akan berpengaruh pada perusahaan jadi kami merahasiakannya."

Reporter kembali berbisik. Bella melihat tatapan para reporter, tatapan penuh kekecewaan karena berita sebesar ini sengaja di rahasiakan.

"Mengenai aku menghilang selama tiga tahun ini, itu tidak benar. Aku sedang menjalani masa pemulihan dan sempat terjadi masalah pada tubuhku. Hal itu merupakan efek samping dari donor sumsum ini. Aku memutuskan fokus pada penyembuhanku dan kembali saat aku sehat."

Tak sedikit reporter yang mengangguk paham. Jika saling mengaitkan kejadian ini, jawaban Bella memang ada benarnya.

"Jawaban untuk pertanyaan terakhir. Alesya adalah adikku. Dia merebut Liam dariku tiga tahun lalu. Dia jelas tahu Liam suamiku tapi dia mau saja menerima perjodohan menjadi istri kedua Liam, lelaki yang masih sah menjadi suamiku."

Liam melotot tak percaya atas jawaban Bella tentang Alesya. Tangannya mengepal erat. Tak dapat dipungkiri jika Liam merasa marah saat Alesya diberlakukan tak adil oleh Bella.

Liam juga masih sakit hati pada Bella. Pengkhianatan yang dilakukan tak termaafkan namun keadaan memaksa Liam untuk mengikuti alur permainan Bella.

"Baiklah mari kita meminta tanggapan dari Tuan Liam."

Pernyataan MC membuat Liam mengalihkan pandangan pada reporter, berpikir sejenak dan menjawab tegas, "Ake menjalani operasi sumsung tulang belakang dan berhasil selamat dari maut terlepas siapapun pendonornya. Aku harap setelah ini tak ada lagi berita tentang diriku dan keluargaku."

Prok prok prok.

Tanggapan Liam mendapat aplaus dari seluruh reporter tapi tidak untuk seseorang yang menonton siaran langsung ini.

Sementara itu di sebuah kedai kopi, Alesya tengah menatap sebuah berita yang ditayangkan di televisi kedai tersebut.

Alesya tersenyum getir melihat dan mendengar berita jumpa pers yang berlangsung.

"Kamu sungguh bodoh Ale," gumam Alesya.

Dia benar benar menyesali dirinya yang begitu naif.

Jika Liam ingin membuka hatinya, sudah pasti dia mengerti dan membalas cinta Alesya namun kenyataannya berbeda.

Dalam kesedihan yang teramat dalam, Alesya meratapi nasibnya yang terpuruk, menyesali keputusan yang telah ia ambil tiga tahun lalu.

Kali ini, keputusannya untuk pergi sangatlah tepat. Dengan begitu Alesya berharap kehidupannya tanpa Liam akan bahagia. Ya, dia akan bahagia dengan caranya sendiri.

Namun mendengar berita barusan, Alesya terus meneteskan air mata. Mengapa dunia terasa begitu kejam?

"Ini," ucap seorang lelaki berpostur tinggi sedikit membungkuk saat menyerahkan saputangan pada Alesya.

"Terima kasih."

Alesya segera melap air mata tanpa memperhatikan siapa pemberi sapu tangan tersebut.

"Sudah mendingan, Ale?" imbuhnya membuat Alesya segera menatap lelaki jangkung di belakangnya.

"Zidan?"

Alesya sungguh tak menyangka bisa bertemu dengan lelaki yang dulu begitu dekat dengannya.

Tiga tahun berlalu sejak terakhir kali Zidan dan Alexa bertemu. Zidan merasa bahagia saat akhirnya dapat bertemu kembali dengan cinta pertamanya.

"Kamu, kenapa kamu ada di sini? Bukankah kamu di Amerika?" tanya Zidan heran.

"Aku sedang berlibur," bohong Alesya, tersenyum manis menutupi kesedihan.

"Oh begitu rupanya. Berlibur kemana? apa ke Menara Eiffel, yang terkenal di kota Paris ini?"

Alesya terdiam dan menunduk sedih. Saat mereka bertatap muka, Zidan melihat bahwa Alexa tampak kacau dan terlihat sedih.

Zidan merasa jika Alesya tak mau membahas mengapa dia menangis jadi Zidan berusaha mengalihkan topik.

"Kamu tahu Alesya, kedai kopi ini milikku, kebetulan sekali kamu ada disini. Aku akan memberimu gratis."

"Terima kasih," jawab Alesya pelan.

Melihat Alesya tak antusias sama sekali membuat Zidan tak mampu menahan lagi, "Ada apa Ale? Katakan padaku apa yang terjadi?"

Alesya diam seribu bahasa.

"CEO Liam dikabarkan kembali rujuk dengan istri pertama yaitu Bella."

Kata-kata dari pembawa berita itu kembali muncul, membuat Zidan akhirnya tahu apa yang terjadi pada Bella.

Suasana hati Zidan yang semula ceria berubah seketika saat mendengar berita acara Televisi di depanya.

"Apa berita itu benar Ale?"

 Alesya mengangguk dan mulai menceritakan masalah dalam rumah tangga dengan suaminya, Liam.

Alesya bercerita bahwa Liam sama sekali tak peduli padanya, membuatnya merasa terabaikan dan tidak dihargai. Selama tiga tahun ini hidupnya terasa sia sia.

"Entahlah Zidan, mungkin aku terlalu bodoh menjadi wanita. Mencintai lelaki yang jelas sekali tak membalas cintaku, bahkan membenciku."

Zidan merasa sedih melihat keadaan Alexa yang begitu rapuh. Ia segera meraih tisu di meja dan menyerahkannya pada Alexa, yang mulai menangis di hadapannya.

"Tenanglah Ale, aku ada disini," ucap Zidan tak tahan melihat Alexa menangis. Mereka duduk di sebuah kedai kopi, berbicara tentang banyak hal.

Sementara itu, sesosok pria berpakaian biasa namun mengenakan kacamata hitam menatap Alesya dan Zidan yang masih saling berbincang.

Ia lalu mengambil gawainya dan berbicara pelan, "Tuan, aku menemukan Nyonya Alesya. Dia bersama seorang lelaki."

"Lelaki katamu?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status