Share

Kamu Selingkuh? Aku Selangkah
Kamu Selingkuh? Aku Selangkah
Author: najmulathif

BAB 1

"Bu, Ayah gak perpanjang sewa kontrakan," ujar Dika sore itu saat baru pulang bekerja. Dika yang merasakan penat seusai bekerja, merebahkan tubuhnya di atas lantai beralaskan karpet tipis.

"Loh, kenapa, Yah? Kan Ibu udah betah di sini," tanya Fara sambil meletakkan segelas kopi hitam untuk sang suami yang baru saja ia buat. Kopi hitam panas itu ia letakkan di samping tembok yang warna catnya baru berubah saat mereka menghuni kontrakan ini.

"Gak kenapa-napa, kok, Bu." Dika enggan mengungkapkan alasan kepindahan mereka.

"Kok, Ayah gak bilang sama Ibu, sih, kalo kita gak bakal perpanjang sewa?" raut kekecewaan terukir jelas di wajah cantik Fara.

"Maaf, ya, Ayah pikir daripada kita ngontrak, lebih baik uangnya untuk biaya pendidikan Reza," papar Dika, lalu menyesap kopi hitamnya.

Fara kini hanya diam tanpa berkomentar. Ia sebenarnya sudah merasa nyaman dan betah tinggal di kontrakan yang sekarang mereka tempati. Namun, Fara juga tak mungkin membantah apa yang telah menjadi keputusan sang suami.

"Nanti kita tinggal di mana, Yah?" tanya Fara kemudian dengan wajah cemberutnya.

"Kalo masa sewa kontrak habis, kita bisa tinggal sama Rita. Malah di sana lebih dekat ke sekolahnya Reza. Iya, 'kan?" Dika berusaha meyakinkan sang istri agar mau menerima rencana kepindahan mereka. Kedua matanya menatap wajah sang istri lembut.

Fara bergeming. Sebenarnya ia masih tak terima jika sang suami mengambil keputusan secara sepihak tanpa meminta pendapatnya terlebih dahulu. "Ayah udah bilang sama Rita?" tanya Fara tanpa menoleh ke arah Dika.

"Udah, mereka malah senang kalau kita tinggal di sana. Nanti Reza sama Nuri jadi bisa ke sekolah bareng," sahut Dika bersemangat.

"Kenapa gak ngontrak rumah lagi aja, sih, Yah?" tanya Fara dengan nada kesal.

"Ayah belum nemu kontrakan yang deket ke sekolahnya Reza, Bu. Jadi untuk sementara waktu, kita tinggal di rumahnya Rita dulu, ya?" bujuk Dika saat melihat raut wajah istrinya yang murung. Namun, Fara belum juga menyetujui niatan suaminya itu.

"Nanti kalo ada kontrakan yang deket ke sekolahnya Reza, terus kamu cocok, kita pindah lagi, ya? Kalo di sini, kejauhan dari sekolahnya Reza. Kasian dia, apalagi pulang sekolahnya jalan kaki. Motor kan dipake Ayah kerja," ujar Dika lagi untuk memperkuat alasan kepindahan mereka.

Fara menghela napas panjang, sebelum akhirnya mengiyakan rencana kepindahan mereka. Dengan penuh keterpaksaan, Fara pun menuruti keinginan sang suami untuk tinggal menumpang untuk sementara di rumah Rita, adik kandung Dika. 

Satu bulan kemudian, Fara dan Dika benar-benar pindah ke rumah Rita. Sebuah mobil bak terbuka kini tengah terparkir di depan kontrakan guna mengangkut barang-barang mereka. Dengan dibantu oleh sang sopir, ia mengangkat seluruh barang-barang ke atas mobil. 

Dika kembali masuk ke dalam, matanya memperhatikan setiap sudut ruangan guna memastikan bahwa tidak ada barang yang tertinggal. Setelah memastikan kontrakan telah kosong tanpa satu pun barang yang tertinggal, ia berkata pada sang istri yang tengah berdiri di teras. "Yuk, Bu, kita berangkat."

"Iya, Yah." Dengan malas, Fara menyahut ajakan suaminya untuk pergi.

"Ibu naik mobil aja, ya, sama Reza. Biar Ayah naik motor sendiri," titah Dika pada istrinya. Wanita itu hanya mengangguk pelan, lalu berjalan menuju mobil seraya menggandeng tangan putranya.

Dika menghela napas panjang melihat sang istri yang nampak sama sekali tidak antusias. Terlihat dari air muka Fara bahwa ia tak senang atas kepindahan mereka ke rumah Rita. 

Sebelum mereka berangkat, Dika berjalan menghampiri supir yang sudah berada di dalam mobil. "Pak, nanti saya jalan duluan, Bapak ikuti aja saya dari belakang, ya." Pesannya pada pak supir. Lelaki itu kemudian naik ke atas motornya, lalu pergi meninggalkan rumah kontrakan mereka disusul oleh mobil bak dari arah belakang.

Sepanjang perjalanan, pandangan mata Fara hanya lurus ke depan. Ia melamun, dan sesekali menghela napas kasar. Wanita itu tengah memikirkan kehidupannya selama tinggal bersama sang ipar. Pasti ia tak akan leluasa untuk bergerak dan juga beraktivitas.

Setelah menempuh perjalanan singkat, mereka akhirnya sampai di kediaman Rita. Baru saja menginjakkan kaki di rumah sang adik ipar, entah mengapa, Fara merasakan sesuatu yang kurang baik. Namun wanita itu menganggap semua itu karena ia belum terbiasa. 

Dika menganggap bahwa jika dengan tinggal bersama adiknya, ia bisa bisa menghemat banyak uang karena tidak perlu membayar uang sewa tiap bulannya. Namun, ia tidak menyadari bahwa keputusannya itu adalah awal dari kehancuran biduk rumah tangganya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status