Share

Part 160. Dipikir Nerima Doang Itu Gampang!

Tiga orang di sana saling menatap. Penuh arti.

Mendapati tak ada sahutan dari lelaki yang memakai rompi kebesarannya itu. Wati kembali bersuara.

"Kenapa diam, Dok? Anak saya bagaimana? Lihat itu! Dia terdiam. Kenapa dia tidak bersuara?"

Emosi Wati benar-benar tidak bisa dikontrol lagi. Tangisnya menjadi, suaranya makin menggelegar.

"Bu, sini ikut saya!" Sang perawat mendekat.

Namun, Wati menjauhkan posisinya.

"Buat apa saya ikut? Kalian di sini belum menjawab apa yang saya tanyakan. Atau kalian ingin mengatakan jika anak saya sudah mati, begitu?" serang Wati.

Bukannya marah ataupun terlihat emosi, sang perawat yang berwajah teduh itupun menggelengkan kepala.

"Pasien masih selamat. Akan tetapi, ada beberapa hal yang ingin disampaikan dokter sama ibu. Mari ikut saya!" ajaknya tak pantang menyerah. Sang perawat itupun memegang kedua bahu Wati, menuntunnya ke dalam sebuah ruangan.

Dengan jantung berdebar tak beraturan serta emosi yang belum terkontrol dengan baik, terlihat dari irama napa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status