Share

4. Kalung Berharga

“Selain menjadi penyemir sepatu, apakah kau juga seorang atlet lari, Gio?” gerutu Burung Hantu itu sambil beralih terbang mendekati kami. Sontak aku dan Evan berteriak dan merapatkan tubuh kami ke tembok, berusaha menjaga jarak dengan makhluk aneh ini.

“Hey hey berhentilah berteriak, apakah kau tidak mau mencoba mendengarkanku dulu?” protesnya, “aku sudah lelah mengejarmu, berilah aku kesempatan untuk bicara!” bentaknya kesal. Aku dan Evan masih ketakutan, bisa kulihat tubuh Evan bergetar hebat. Setelah meneguk ludahku, aku mulai memberanikan diri untuk mendekat ke arah burung hantu.

“Apa....apa itu pelangganmu Gio? Bagaimana dia bisa bicara? Apakah dia anggota kerajaan?” Evan bertanya sembari jemarinya mencengkram tanganku dengan kuat. Dia ketakutan. Tidak bisa dipungkiri, aku juga merasakan hal yang sama.

Kugelengkan pelan kepalaku sebagai jawaban untuknya. Aku tidak tau siapa makhluk aneh ini sebenarnya. Ada kemungkinan ketiga sosok yang mengejarku ini bersekongkol, atau bisa jadi ia memiliki kekuatan magis untuk bisa mengubah wujudnya. Pilihan pertama menjadi opsi terbaik bagiku, sebab hanya keluarga kerajaanlah yang mampu menggunkan sihir, mana mungkin mereka mencariku yang hanya seorang anak laki-laki miskin tukang menyemir sepatu.

“Apa yang sebenarnya kau mau? Kenapa kau masih tetap menggangguku?” kulontarkan pertanyaan kepada makhluk itu dengan suara bergetar, diiringi napas memburu, dan mata yang mulai berkaca, kulanjutkan pertanyaanku padanya, “kau sebenarnya makhluk apa? Bagaimana kau bisa mengenal orang tuaku? Kumohon jangan mengangguku, aku sudah muak dengan semua ini, orang tuaku telah tiada!” Tanpa sadar aku berteriak sebab ketakutan yang membelenggu, membuatku sampai tak bisa mengontrol suara. Bisa kurasakan pipiku mulai basah. Aku menangis.

“Maaf...maaf Gio, aku tidak bermaksud menakutimu.” Burung Hantu itu terlihat panik.

Kudekatkan lagi diriku ke arah Evan, menunggu makhluk menyeramkan ini melanjutkan kalimatnya. “Sebelumnya, maafkan aku karena telah menakutimu, aku tidak bermaksud untuk melakukan itu. Aku berasal dari Eldoria dan tujuanku kemari adalah untuk mencarimu. Kerajaan Eldoria membutuhkanmu di sana, Gio, dan sebenarnya orang tuamu juga ada di sana. Jadi aku mohon kepadamu ikutlah denganku, jika tidak, kota ini, Negeri Cosvan juga bisa hancur. Bahkan orang tuamu juga tidak akan bisa kembali,” jelas Burung Hantu kepada kami.

“Eldoria? Aku baru pertama kali mendengar nama itu, bagaimana mungkin aku dibutuhkan di tempat yang aku bahkan tidak tahu? Dan aku ingatkan kepadamu untuk jangan membawa nama orang tuaku lagi, mereka sudah tiada!” terangku kepadanya di tengah kebingungkan yang melanda.

Sudah tiga tahun sejak orang tuaku berpamitan mengantar pesanan sepatu ke Kerajaan di Utara, berminggu-minggu kunanti kepulangan mereka sendirian. Lama menunggu, yang datang ternyata bukanlah yang kuharapkan. Saat itu, dapat kulihat raut menyedihkan wajah Bibi Mia lengkap dengan mata yang sembab.

Bibi Mia memberitahuku, bahwa ia mendapat kabar orang tuaku menghilang, kereta kuda yang mereka kendarai ditemukan di jalan jauh dari rute menuju Kerajaan di Utara. Mereka berdua menghilang tanpa jejak. Hasil penyelidikan dari petugas keamanan kerajaan adalah mereka telah dirampok. Namun, itu adalah pernyataan aneh bagiku, sebab dalam kereta tersebut tidak ditemukan tanda kekerasan, tidak mungkin orang tuaku hanya pasrah saat terjebak dalam bahaya, aku sangat mengenal mereka. Barang-barang serta kuda di kereta mereka juga masih utuh. Jika benar yang menyerang orang tuaku adalah perampok, sebenarnya apa yang mereka rampok?

Selepas kepergian orang tuaku, aku tidak mau terlalu lama murung di kamar, sejak itu aku telah menganggap mereka tiada dan berusaha bertahan hidup dengan apapun yang kumiliki.

Sering aku diam-diam berharap mereka akan datang mengetuk pintu dan memelukku layaknya yang mereka lakukan tiap pulang dari perjalanan panjang, hingga tidak terasa air mataku luruh begitu saja. Aku sadar, dengan menangis keadaan tidak akan berubah. Orang tuaku menghilang dan aku akan tetap sendirian. Jadi, kuanggap mereka telah tiada untuk memendam rasa sedihku pada kenyataan yang menimpaku.

“Eldoria adalah tempat asalku, tidak semua orang mengetahui negeri itu. Saat ini Eldoria sedang dalam bahaya, sudah tiga tahun Penyihir Heka telah merebut tahta raja kami, ia sangat berambisi pada kekuatan dan kuasa, dan kini Cosvan yang terancam. Penyihir tua itu berencana menguasai negeri kalian. Sebenarnya orang tuamu telah mencoba menggagalkan rencana Heka, tetapi mereka gagal dan berujung dikurung di sana. Jadi aku mohon Gio, bantulah kami,” pinta Burung Hantu dengan putus asa.

Aku hanya diam. Kupikir ini adalah trik yang konyol, bagaimana mungkin aku bisa percaya dengan karangan makhluk aneh yang baru saja kutemui. Tak lama kulihat dia mengeluarkan benda dari balik bulunya. Kilau merah mulai hinggap di mataku. Sejak pertama kali melihatnya aku sudah tahu benda apa itu, itu adalah kalung ibu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status