Binar tak pernah menyangka, pria yang menolongnya di malam penuh badai itu, malah memangsanya sendiri! "Aku pikir, dia seorang pahlawan yang menyelamatkanku dari beberapa preman pemangsa. Tapi ... siapa sangka, dia malah menjadikanku korban mangsanya sendiri! Sampai aku mengandung benih dari pria asing bertampang kaukasoid itu." Malam kelam itu, membawa Binar pada persimpangan hidup, antara harus meminta pertanggungjawaban pada pria yang telah merenggut mahkotanya atau malah membiarkannya. Sebab dia merasa berhutang budi pada istri dari pria tersebut yang begitu baik, sudah menolongnya dari terlunta-lunta di jalanan. Akibat diusir oleh keluarganya karena hamil di luar nikah. Mohon dukungannya. Jangan lupa follow dan like🙏🏻💛
Lihat lebih banyakSudah hampir seminggu, Chelsi bekerja di Group Adipati. Selama seminggu itu pula, Chelsi tak pernah lagi melihat Abimanyu datang ke kantor. Di ruangannya, Chelsi disibukkan dengan file-file yang menggunung, diberikan oleh Revi. "Kerjakan semua ini!""Ini juga!""Semua ini diperintahkan oleh Pak Angkasa. Karena Pak Abi tak datang ke kantor, jadi kamu yang harus meng-handeled pekerjaannya. Bisa 'kan? Kalau nggak bisa, ya mending keluar aja."Setiap hari, Revi masuk ke ruangan Chelsi sambil membawakan gadis itu pekerjaan. Dengan menjual nama Angkasa, Revi memberi perintah sesuka hati. Bahkan, ada beberapa pekerjaan yang harusnya dia kerjakan, tetapi malah menyuruh Chelsi untuk mengerjakannya. Lima hari ini, Chelsi pulang sampai larut malam. Kadang, dia takut sendirian bekerja di kantor. Dia juga takut pulang sendirian. Tapi apa boleh buat, semuanya harus dia lawan demi sesuap nasi. "Heh, mau ke mana?" Revi menahan ketika melihat Chelsi keluar ruangan. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.
Langkah Abimanyu dan Chelsi yang menuju ke luar kantor, terhalang oleh kedatangan Angkasa. Pria dengan setelah jas rapi itu, mengernyit melihat kelakuan abang sepupunya yang makin hari, makin tidak bisa ditolerir. Angkasa segera menahan langkah Abimanyu yang menyeret Chelsi."Minggir!" Tingkah Angkasa membuat Abimanyu geram. Dia melayangkan tatapan tajam pada sang adik sepupu."Lepasin dia!" Angkasa malah mengalihkan pandangan pada pergelangan tangan Chelsi yang digenggaman kuat oleh Abimanyu. "Lepas!" lanjutnya menegaskan."Jangan ikut campur urusanku!" Abimanyu menepis kasar tangan Angkasa yang hendak meraih lengan Chelsi. "Jangan pikir kamu direktur di perusahaan ini, saya akan tunduk padamu?" Tatapan Abimanyu, melayangkan permusuhan.Angkasa menghela napas dalam-dalam. Dia mengamati raut kesakitan yang terpajang di wajah manis Chelsi. Angkasa memang tidak tah
Abimanyu langsung mengayunkan langkah lebarnya dengan cepat bersamaan dengan lengkingan keras suara sang ibu."Abi capek, Mah. Mau istirahat." Sudah di tengah tangga pula anak itu.Sementara Affandi dan Aiman yang mendengar suara Binar yang memekik keras, langsung Affandi menghampiri sang istri."Ada apa?" Affandi tampak cemas.Binar mengentakkan kaki sambil membawa nampan yang dipegangnya di ruang keluarga. Menaruh benda tersebut dengan wajah muram."Ada apa, Nona?" Lagi, Affandi bertanya cemas. Aiman pun ikutan panik dengan pandangan mengarah ke lantai atas, ke pintu kamar Abimanyu."Abi, Bang ... Abimanyu minum lagi!" Ketus, Binar berucap. "Sudah berapa kali aku bilang, jangan minum!"Affandi menghembuskan napas panjang. "Wajarlah, Nona. Kalau Abi nggak minum, ya mati."
Alis melengkung tebal milik gadis berlesung pipi itu, perlahan bergerak-gerak. Kelopak matanya terbuka, dan tampaklah ruangan asing memenuhi indra penglihatan. "Di mana ini?" Chelsi mengedarkan pandangan ke sekeliling sambil bangun. Terutama dia menunduk, mengecek pakaiannya. Sebab saat ini dia sedang terbaring di sebuah ranjang hitam dengan motif garis berwarna gold. Ada dua pintu di ruangan itu. Beberapa lembar map di meja, kursi, juga ... jas kantor yang terpajang. Makin mengernyitlah alis gadis itu. Tak ingin berlama-lama dalam ruangan asing tersebut, Chelsi memutuskan segera bangun. "Aww!" Dia meringis sambil memegang perutnya. Kepala gadis itu pun terasa berputar. "Maag-ku sepertinya benar-benar kambuh," lirihnya sambil mengigit bibir. Perlahan Chelsi melangkah sambil memegang perutnya yang sakit. Pintu di samping kanan dibuka, tenyata itu pintu kamar mandi. Chelsi memutuskan masuk, membasuh wajahnya yang tampak kuyu. "Dasar pria sombong! Baru jadi manajer saja tingkahnya s
Hening menyelimuti pasca ucapan spontan Chelsi tadi. Si gadis membekap mulutnya dengan kedua telapak tangan. Sementara Abimanyu menatap intens gadis lancang itu. Melihat tatapan intens Abimanyu ternyata lumayan mengerikan, Chelsi memutar otak. "Susah untuk dilupain maksudnya, Pak," ralat Chelsi seraya tersenyum lebar, memamerkan lesung pipinya yang tampak manis. "Kamu pikir berhasil?" ejek Abimanyu tetap memberikan tatapan intens pada gadis itu. Membuat senyum Chelsi memudar. "Bilang saja kalau mau langsung ditendang keluar dari kantor ini ...." "Sungguh, maaf, Pak. Tolong jangan pecat saya, Pak. Saya sangat butuh pekerjaan ini," mohonnya. "Saya akan pastikan, Anda tidak akan kecewa dengan hasil kerjaku!" Abimanyu menangkap api semangat di mata gadis itu. Dia menyeringai, ingin memadamkan api semangat di mata tersebut. Dan yang memadamkannya, harus gadis itu sendiri. "Baiklah, karena saya lagi berbaik hat
Dua puluh lima tahun kemudian .... Abimanyu dan Angkasa tumbuh menjadi pria yang gagah dan tampan, dengan garis wajah hampir serupa. Mereka pintar, disegani, dan digilai para gadis. Setelah menyelesaikan pendidikannya, kedua pria tersebut bekerja di perusahaan besar si kakek---Adipati Group. Tuan Adipati sekarang telah tiada, digantikan oleh sang putra Aiman yang menjabat sebagai CEO. Menemani langkah-langkah usaha sang putra, sekaligus meng-handel perusahaannya sendiri dibantu oleh sang istri--Syeira. Sementara Affandi, tetap memilih mengabadikan hidupnya melayani masyarakat sebagai tenaga medis kesehatan. **Di sebuah perusahaan ternama di kota J, seorang gadis dengan rok span selutut mengayunkan langkah, setengah berlari memasuki gedung kantor. Sayang, rok span yang membelit sepasang paha mungilnya, membuat si gadis kesusahan mengambil langkah lebar. "Aduh, bagaimana ini, aku takut terlambat." Hari ini pertama kalinya dia masuk kerja setelah berurusan pelik dengan HRD dan bers
Bantal dilempar oleh Binar ketika Affandi menggodanya dengan kalimat cemburu. Tawa renyah memenuhi ruangan kamar mereka, dengan Affandi yang terus menghindari lemparan bantal dari istrinya. Panas sudah kini wajah wanita beranak satu itu ketika digoda oleh Affandi dan ... mengingat kejadian di bandara tadi. Wanita dengan blouse silver dan rok span sepaha itu tampak mengayunkan langkah, setengah berlari menuju Affandi. "Ada keperluan apa?" Binar yang mengenakan baju tunik biru muda, langsung berdiri tegak di depan Affandi. Menghalangi petugas medis itu dari tatapan centil si wanita. Binar melayangkan tatapan tak bersahabat. "Dia suamiku. Kalau ada urusan penting, baiknya saya juga mengetahuinya." Tegas Binar berucap. Mata wanita berbaju blouse itu menatap Affandi yang berada di belakang Binar. "Aku kangen banget sama Affandi. Pengen peluukk!" pekiknya girang. Binar menatap tajam wanita centil di hadapannya. "Kamu dengar nggak sih, dia
Dalam kondisi menutup mata dengan kedua lengan yang menyilang di wajah, tubuh Binar ditubruk. Membuat tubuh mungil itu terpental dua langkah, kepalanya menghantam aspal, tetapi dia tak merasakan sakit sedikit pun. "Arh ...." Terdengar erangan, tetapi bukan keluar dari mulut Binar. "Kamu nggak apa-apa?"Perlahan, wanita itu membuka mata. Dan mendapati seorang pria berkemeja hitam bangkit dan mengejar mobil merah yang hendak menabrak Binar tadi. Si pengendara mobil yang sibuk memerhatikan Binar selamat, jadi hilang konsentrasi saat mengemudi. Tanpa sadar, depan mobilnya malah menabrak tiang lampu. Kecelakaan tragis pun terjadi. Keramaian tercipta usai kecelakaan itu. Warga berbondong-bondong datang, melihat kondisi seseorang yang berada dalam mobil. Binar pun bangkit berdiri dengan tatapan nanar pada keramaian di depan sana. Dan pandangannya terpaku pada seorang pria yang mengenakan kemeja hitam yang menolongnya tadi. Sontak mata bulat wanita itu berkaca-kaca. "Bantu keluarkan. Sebe
Pintu kayu setinggi dua meter itu dibuka, menampilkan wajah Binar yang memekik senang ketika melihat wajah sang ibu. Namun, ketika muncul wajah sang adik di belakang punggung ibunya, wajah Binar berubah datar. Video yang menampilkan adegan panas itu berkelabat di pikiran Binar. Adegan di mana si wanita mengalungkan tangan di leher Affandi, dengan sang pria menenggelamkan kepala di ceruk leher si wanita tersebut. Binar memang tak melihat pasti wajah wanita itu, dikarenkan wajah si wanita yang tertoleh ke samping. Tapi pakaian yang dikenakan sama persis dengan yang dipakai Ningsih di dalam foto ketika mereka di klub malam bersama Affandi. "Binar! Astaga, kamu datang, Nak!" Suara girang Warsih membuyarkan pikiran Binar. Dia tersenyum kikuk, lalu menatap Ningsih yang sedang melemparkan senyuman lebar untuknya. Binar teringat saat mereka masih berada dalam atap yang sama dulu, adiknya--Ningsih itu selalu iri dengan apa yang Binar miliki. Mungkinkah sekarang Nings
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.