"Yohan!" panggil Jasmine dari kejauhan. Yohan yang mendengar namanya dipanggil lantas memutar kepalanya ke arah sumber suara. Jasmine, gadis yang sedari tadi membuntuti dirinya datang dengan segelas minuman ditangannya. Yohan memijat kepalanya pelan, bagaimana bisa dia melupakan minuman pesanannya.
"Yohan, aku membawa cocktail yang kamu pesan!" ujar Jasmine saat berada beberapa langkah di depan Yohan. Yohan memasang ekspresi wajah aneh, sedangkan sekretarisnya—Devan— menahan tawa saat melihat raut wajah orang yang dilayaninya."Hm, taruh!" seru Yohan matanya menatap meja di depannya. Jasmine yang mengerti maksud dari arah tatapan Yohan lantas menuruti seruan Yohan, menaruh minumannya di atas meja. Lalu, tanpa persetujuan dari Yohan terlebih dahulu Jasmine mendudukan pantatnya pada Sebuah kursi tepat di sebelah kiri Yohan.Jasmine diam tak berbicara satu patah katapun saat Yohan dan Devan memandangnya aneh. Ia tidak memperdulikan tatapan mereka berdua, gadis itu malah memandangi setiap lekuk wajah Yohan, sungguh pahatan yang sangat sempurna! tanpa sadar tangan Jasmine mendekat. Namun, sesaat sebelum tangannya sampai pada wajah pria itu, tepisan kasar terlebih dahulu oleh Yohan. Membuatnya mendesah kesakitan."Bukankah kau sudah tahu bahwa aku memiliki mysophobia, jangan menyentuhku secara sembarangan!" ujar Yohan dengan dingin. Jantung Jasmine bergemuruh, sudah berapa kali dihari istimewanya ini dia menerima cercaan kasar dari orang yang dicintainya?Namun, amarah itu luruh seketika saat melihat Yohan menegak habis minuman yang dibawanya. "Sudah malam, sebaiknya kau tidur, aku akan ke kamarku!" ucap Yohan lalu berjalan melalui Jasmine.Senyum Jasmine merekah, bukan karena ucapan selamat tidur dari Yohan, tapi karena Yohan meminum cocktail yang telah di campurnya obat perangsang hingga tandas. Malam ini, ia pastikan Yohan menjadi miliknya seutuhnya.•••Yohan berjalan kearah koridor, saat setelah ia berpisah dengan Devan tubuhnya mulai merasa aneh. Panas di tubuhnya naik secara tiba-tiba, jelas ini bukan demam.Masih berusaha mengendalikan dirinya, ia berusaha meraih pintu kamar. Devan mengatakan bahwa kamar yang telah disiapkan secara khusus untuknya memiliki ukiran lotus berwarna hitam dengan pintu yang berwarna emas.Dengan kondisi pikirannya yang semakin kacau, ia melihat sebuah pintu berukiran lotus berwarna emas, Yohan telah lupa apa yang dikatakan oleh. Devan karena kondisinya. Tanpa memperdulikan kemungkinan salah kamar, ia langsung masuk. Sekarang ia yakin bahwa ini kamarnya karena pintu sama sekali tidak dikunci.Wangi bunga matahari masuk kedalam indra penciumannya saat ia memasuki pintu, segera ia menguncinya. Panas tubuhnya semakin naik, segara ia mencari remote kontrol pendingin ruangan, menurunkan suhunya hingga berada di titik 10°c. Ia berharap itu dapat membantu meredakan panasnya walau sedikit.Saat pikirannya semakin kalut, telinganya secara samar mendengar suara gemercik air serta suara senandung gadis. Apakah itu Jasmine? sungguh permainan yang konyol, jadi ia yang menyebabkan semua ini?•••Thea baru saja menyelesaikan ritual mandinya, masih dengan handuk yang melilit tubuhnya Thea dengan santai meninggalkan kamar mandi, tanpa memakai pakaian dalam. Walau ia merasa suhu ruangan semakin dingin, Thea sama sekali tidak curiga.Gadis itu berjalan ke arah lemari tanpa memperhatikan isi kamar yang yang telah dihuni oleh orang asing yang tidak ia kenal. Saat akan mengambil sebuah pakaian, tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang, Thea sontak terlonjak kaget dari tempatnya.Thea membalikan badan, tangannya bersiap akan menampar orang yang dengan kurang ajar memeluk dirinya. Namun, itu semua hanyalah angan-angan saat dengan santainya orang tadi menggenggam pergelangan tangan Thea."Tidak perlu memberontak, jalang!" suara berat itu menyapu pendengaran Thea. "Bukankah ini atas keinginanmu sendiri?" lanjut suara itu lagi, kini wajah pria itu sudah berada sangat dengan dengan wajahnya, dengan sekuat tenaga Thea berusaha memberontak. Walau Thea tahu bahwa itu sia-sia, tenaga orang yang mengurungnya lebih besar."Lepaskan saya, mengapa kau masuk ke dalam ruangan saya, bahkan saya tidak mengenalmu!" bentak Thea setengah berteriak. Ia takut akan apa yang menimpa dirinya selanjutnya. Kekehan kecil terdengar dari arah pria yang mengurungnya.Mata Thea membulat, emosi memuncak pada kepalanya. Thea mengangkat kakinya, berencana menendang bagian vital Yohan, namun tentu saja Yohan terlebih dahulu menyadari apa yang akan dilakukan oleh Thea, sekali lagi kekehan kecil terdengar, dengan kasarnya Yohan membanting tubuh Thea ke kasur.Suara Thea tercekat, ia ingin berteriak. Namun tak ada sedikitpun suara yang dapat keluar. Seluruh tubuhnya gemetaran saat melihat Yohan membuka kancing kemejanya satu persatu.Satu-satunya hal yang bisa Thea lakukan hanyalah menangis. Air mata mulai menetes dari matanya, isakan tangis terdengar. Yohan mengukung tubuh Thea di bawahnya, "Diam jalang!" bisik Yohan tepat di samping telinga Thea. Secara kasar Yohan mengambil ciuman pertama milik Thea.Rasa sakit yang ia rasakan pertama kali membuatnya berteriak ngilu, dingin ruangan tak mengurungkan aksi Yohan.Pria itu malah semakin gencar, berusaha menghilangkan panas di tubuhnya. Semalaman penuh tangisan ngilu Thea terdengar, namun Yohan seakan tuli.Malam itu merupakan malam yang membuat Thea merasa bahwa dirinya menjijikan. Thea tau ini bukanlah salahnya, tapi ia berharap bahwa ia tak lupa mengunci pintu tadi.Pagi harinya, Thea bangun dengan keadaan tidak memakai sehelai benang pun, bagian bawahnya terasa sakit, banyak bekas ciuman pada tubuhnya. Thea turun dari ranjang, kemudian berjalan perlahan ke arah toilet disebelah kanan ruangan. Air mata terus bercucuran dari matanya, hal yang mampu ia lakukan saat ini hanyalah memandangi dirinya yang penuh akan ciuman di depan cermin. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri.Perlahan Thea mengoleskan foundation pada bagian tubuhnya yang memiliki bekas kemerahan dari pria yang tidak dikenalnya. Thea memegangi perutnya, sekali lagi air mata menetes di pipinya.Thea takut, sangat takut … ini adalah masa suburnya.Saat Thea keluar kamar mandi, dirinya mendapati pria yang telah menidurinya tertidur nyaman tergelung dalam selimut. Mata Thea memicing, menatap benci pada pria yang telah melakukan hal yang tidak senonoh kepadanya, ingin sekali dia membunuh pria yang tengah lelap dalam tidurnya itu.Thea ingat, pria itu adalah orang yang sama yang bertengkar d
Cahaya matahari menembus gorden, seorang pria mengerjapkan mata perlahan, Yohan baru saja terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Sebenernya sudah lama saat dia terakhir kali bisa tertidur dengan nyenyak. Mata Yohan membulat sempurna saat mengingat kejadian semalam, buru-buru dia berbalik, matanya semakin melebar kala melihat tempat tidur yang kosong. Segera ia menyingkapkan selimut. Bercak darah terlihat membuat umpatan kasar keluar dari bibirnya, "Sial Aku memerawani anak orang!" geramnya lalu tangannya meraih ponsel yang terletak di meja.[Telepon tersambung]"Halo … selamat pagi Tuan, apa ada yang Anda butuhkan," ucap seseorang di seberang, asistennya. Suara pria itu terdengar parau, Yohan yakin pria itu baru terbangun dari tidurnya."Cari tahu, semalam aku tidur dengan siapa!" perintah Yohan, lalu mematikan sambungan telepon tanpa mendengar ucapan dari asistennya terlebih dahulu. Umpatan kasar terus keluar dari bibirnya, segera ia berjalan kearah kamar mandi membersihkan tubuhnya
"Katakan namamu!" perintah Yohan saat telah duduk di hadapan pria yang bersama Jasmine semalam. "Thomas," ucap pria yang hanya mengenakan jubah mandi dengan suara yang sangat lirih, hampir tak terdengar oleh orang lain di ruangan itu.Yohan menatap seluruh pria yang duduk di depannya intens, tinggi badan yang hampir setara dengannya dengan punggung lebar seperti telah menjalani latihan fisik selama bertahun-tahun serta fitur wajah yang indah dengan warna kulit kecoklatan pantas membuat Jasmine tertarik."Apakah kalian mabuk saat melakukannya semalam?" Yohan memandang sinis sepasang manusia di hadapannya. Jasmine bahkan tak mampu mengangkat wajahnya, dengan jujur dia menggeleng, "A-aku tidak mabuk, tapi d-dia aku tak yakin," ucapnya dengan tergagap, ibu jari tangan kirinya menunjuk ke arah Thomas.Jasmine sangat mengetahui tabiat Yohan saat sedang marah, ia selalu mendengar itu dari pelayan dari keluarga Radcliffe, jadi meski seluruh tubuhnya gemetaran karena takut Jasmine lebih memili
Beberapa kali ketukan pintu terdengar, membuat tidur Thea terganggu, dengan paksa gadis itu untuk membuka matanya. Matanya menangkap ke arah jam yang ada di dinding. Ternyata sudah cukup siang saat ini. Waktu menunjukkan pukul 10.00Pintu terbuka menampilkan seorang wanita yang memakai seragam pelayan, "Ya ada apa?" tanya Thea saat melihat wanita dihadapannya, "Layanan kamar Nona, apa Anda butuh sesuatu?" tanya pelayan itu.Thea menggeleng dan membiarkan pelayan masuk untuk membereskan kamarnya, perlahan kaki gadis itu melangkah menuju kamar mandi, meninggalkan pelayan yang memiliki tugas untuk membereskan ruangannya.Thea baru saja mengirim email pengunduran diri dari kantor kakeknya beberapa saat lalu, dia ingin memulai kehidupan baru setelah pergi dari rumah busuk tempat dirinya tumbuh. Rencana hari ini Thea ingin mencari pekerjaan baru yang tidak mencolok sama sekali, seperti pekerja part time di sebuah cafe, mungkin.Yah pikirkan saja hal itu nanti.•••Cuaca yang cukup terik tid
"Karena aku menyukaimu," Tentu saja ucapan itu tidak benar-benar keluar dari bibir Thomas, hal itu tertelan jauh ke dalam hatinya. Ia bahkan tak memiliki niat untuk mengakui perasaannya setelah beberapa tahun lalu ditolak dengan mentah oleh Thea.Thomas, merupakan pria yang posesif kepada Thea. Tak membiarkan sama sekali seorang lelaki untuk mendekati gadis itu. Seorang lelaki brengsek, hanya itu yang mampu menggambarkan Thomas. Setelah ditolak dengan mentah oleh Thea, pria itu bergaul dengan banyak gadis, menebar benihnya kepada setiap wanita yang ia temui.Thea memijit kepalanya saat tak terdengar jawaban dari Thomas setelah beberapa waktu berlalu. "Kau tak akan mengatakannya?" tanya Thea. Thomas berdalih, "Kamu kan sahabatku," ucapnya.•••Setelah mengobrol agak lama dengan sahabat masa kecilnya, kini Thea tengah berjalan kaki menuju halte terdekat. Rintik hujan mulai turun membasahi bumi pada sore hari ini, tak sedikit pula pejalan kaki yang ikut meneduh dengan Thea di halte bus.
Panas begitu terasa menyengat dipermukaan kulit, beberapa anak berlarian di taman kota. Seorang gadis tengah duduk di kursi taman dengan beberapa belanjaan yang berada di sampingnya. "Thomas kau sangat lama!" sungut Thea kala melihat seorang berstatus sahabatnya keluar dari dalam mobil berwarna biru gelap."Maaf ada beberapa pekerjaan mendesak yang harusku urus," ucap pria itu sembari berjalan mendekat ke arah Thea, "Hanya ini?" tanyanya tatkala melihat jumlah barang belanjaan yang Thea taruh di sisi kiri tubuhnya."Ya, aku hanya membeli beberapa kebutuhan pokok, terlalu malas bagiku untuk berkeliling mall," jawab Thea lalu berjalan pergi meninggalkan Thomas yang menenteng belanjaannya, Thomas menggeleng pelan, "Kau pikir aku pelayanmu!" erangnya sembari memasukan beberapa belanjaan Thea ke dalam bagasi mobilnya."Ada lagi yang kau butuhkan?" tanya Thomas saat setelah ia baru duduk diatas jok mobil, ia memakai seat belt tanpa menolehkan kepalanya ke arah Thea, "Tidak ada, mari pulang.
Pintu diketuk membuat dua orang yang masih berdiam diri sepanjang waktu tadi menoleh "Masuk!" perintah Thomas singkat, tak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka. Dari belakang pintu muncul seorang pria dengan pakaian barista yang melekat ditubuhnya.Ruangan kembali hening setelah barista tadi menyelesaikan pekerjaannya. Meninggalkan dua orang manusia yang masih terdiam dengan Thomas yang memandangi Thea, "Jika kau terus memandangiku seperti itu maka kepalaku akan berlubang!" sarkas Thea sembari meletakan minumannya kembali di atas meja. Thomas menyunggingkan senyumnya kala mendengar ucapan Thea, membuat bulu kuduk gadis itu meremang. "Mendekat kemari!" perintah Thomas lembut namun dengan penekanan di akhir kalimatnya. Thea yang sudah pasrah akan takdirnya hanya menurut dan bergeser mendekat ke arah teman kecilnya, "Berhenti menunduk dan lihat wajahku!" nada ucapan Thomas terdengar ketus, lalu tangan kekar pria itu meraih pergelangan gadis yang telah menemani masa pertumbuhannya
Sudah terhitung satu Minggu sejak Thea tinggal di hotel. Hari ini gadis dengan rambut sepinggang itu tengah merapikan barang barang yang akan dia bawa pindah ke tempat tinggal barunya, "Jangan lupa untuk mengemas itu Thomas," ujar Thea sembari menunjuk meja di samping ranjang dan berlalu pergi ke toilet. Lelaki itu hanya menurut dan langsung mengemas barang yang ditunjuk oleh Thea.Saat dia sedang mengemas beberapa perabotan ide jahil muncul di kepalanya, "Hei, bagaimana dengan celana dalammu?" teriak Thomas dengan kekehan kecilnya, berniat menggoda Thea."Aku akan mengemasnya sendiri! jangan sekali-kali kau berniat untuk menyentuhnya, kecuali jika kau sudah siap kehilangan nyawamu saat ini!" teriak Thea dari dalam toilet. Thomas lantas tertawa mengejek, kemudian berjalan menuju sofa, pria berusia 25 tahun itu duduk santai dengan memainkan ponselnya hingga tak sadar ada orang yang tengah memperhatikan perilakunya."Apa yang kau lakukan!" kaget Thomas sedikit membentak, jantungnya ber