Share

Bab 6 - Tantangan (2)

"Baiklah waktunya bergerak!" Daven menyemangati dirinya sendiri untuk bergerak.

Setelah itu Daven mulai berjalan ke arah mayat-mayat goblin yang baru saja ia bunuh dan mulai mengambil semua senjata mereka yang berbahan metal.

Daven mulai melepaskan mata panah dari anak panah dan pegangan kayu dari pisau dagger yang di bawa oleh para goblin.

"Oke, untuk sementara ini sudah cukup."

Daven mulai berdiri dan turun ke lantai 1 namun ia melakukannya dengan hati-hati. Ia membungkuk dan bersembunyi di tempat-tempat yang cukup besar untuk menutupi dirinya.

'Goblin adalah makhluk yang bodoh, jika kau bahkan tidak bisa bersembunyi dengan baik selama dia tidak melihatmu atau mendengar suaramu dengan jelas, mereka tidak akan menyadari keberadaanmu.'

Daven lalu bersiap dengan senjatanya, ia mengeluarkan satu mata panah dan ia siap untuk membunuh para goblin-goblin itu. Daven lalu mengintip ke arah para goblin yang sedang berkeliaran di sekitarnya.

'2 di kiri, 5 di depan, 4 di ujung kiri, dan 1 di paling belakang. Bagus waktunya kita lakukan!'

Daven membuka kepalan tangannya yang menggenggam mata panah itu dan mata panah itu mulai melayang sesuai perkiraannya, Daven mulai menggerakkan mata panah itu ke arah yang berbeda sesuai keinginannya.

'Bagus aku mulai terbiasa, memang cara belajar terbaik adalah dalam situasi hidup dan mati secara langsung, karena tidak ada kesempatan kedua jika aku gagal,' Pikir Daven dengan bangga.

Meski hal itu terdengar buruk namun bagi Daven hal itu adalah hal biasa, ketika ia masih menjadi Leon, ia sering berada dalam situasi antara hidup dan mati yang membuatnya dapat berkembang lebih baik.

'Bagus waktunya untuk membunuh para goblin itu dan menaikkan Magic Powerku!'

[ Anda telah menyelesaikan Quest Tersembunyi, kebangkitan Sang Hunter Terbaik. Magic Power anda meningkat sebanyak 10. ]

Layar dari sistem ungu muncul untuk menunjukkan kalau Daven telah berhasil menyelesaikan misinya dan sekarang kemampuannya bertambah.

[ Quest Tersembunyi telah di perbarui,..... 0/20. ] Pesan baru dari layar sistem yang baru muncul.

'Questnya sama seperti sebelumnya namun jumlahnya di perbanyak, baiklah mari kita lakukan' Daven mulai percaya diri kalau ia bisa mengalahkan para goblin ini.

Daven mulai mengeluarkan dua mata panah lain dan ia mulai mengendalikan keduanya dengan baik.

"Krieek!" Suara goblin lain terdengar setelah menyadari kalau salah satu dari mereka telah terbunuh.

Daven lalu mulai berdiri dan keluar dari tempatnya bersembunyi, para goblin itu langsung menyadari keberadaan Daven dan mulai berlari ke arah Daven.

"Baiklah, waktunya bersenang-senang" kata Daven dengan senyum percaya diri di wajahnya.

Daven melesatkan kedua mata panah lain dan mulai menyerang para goblin dengan tiga mata panah yang ia kendalikan.

Para mata panah itu dengan cepat melesat ke arah para goblin dan membunuh mereka, mengingat kemampuan fisik para goblin itu hanya setara anak-anak usia 8 tahun membuat mereka tidak bisa menghindari mata panah yang melesat ke arah mereka.

Daven mengincar para goblin pemanah yang ada di bagian belakang baru ia mulai menyerang para goblin yang ada di bagian depan setelah ia selesai.

"Krieek!"

"Krieek!"

"Krieek!"

Para goblin yang terkena serangan Daven mulai mengerang kesakitan karena mata Daven yang semakin tumpul tidak bisa menembus tengkorak mereka dan tidak bisa membunuh mereka secara langsung.

'Sudah kuduga, alat milik para goblin memang berkualitas buruk' Kata Daven sambil mencoba untuk mengambil alat lain yang ia simpan di kantongnya.

"Krieek!!" Teriak seekor goblin yang tiba-tiba berada di dekat Daven dan melompat ke arah Daven, meski para goblin lain terbunuh namun ia berhasil mendekat ke arah Daven.

Goblin itu sudah siap dengan pedangnya untuk menebas Daven, ia berteriak dengan keras untuk membalaskan kematian rekannya.

*Clinngg.*

Daven mengeluarkan dua buah pisau dagger untuk menahan serangan goblin itu dan ia menggunakan kekuatannya untuk memukul mundur dan membuat goblin itu terlempar ke belakang.

"Apa kau kira aku sebodoh dirimu? Aku sengaja membiarkanmu begitu saja karena aku perlu membuatmu lengah dan menjadi gegabah," Jelaskan Daven dengan senyum mengejek.

Daven sudah menyadari keberadaan goblin itu namun karena semua senjatanya sudah tidak bisa digunakan, ia mulai membuat celah yang membuat goblin itu berpikir bisa menyerangnya dan di saat itu Daven sudah siap dengan daggernya.

"Krieek!"

Meski tidak memahami apa yang Daven katakan namun melihat senyum mengejek itu membuat goblin itu menjadi marah. Goblin itu dengan marah mulai bersiap untuk menyerang lagi.

"Bagus mari kita lihat siapa yang lebih baik dalam pertarungan jarak dekat," kata Daven dengan senyum seringai di wajahnya.

Daven bersiap dengan dua bilah daggernya sementara goblin itu yang terpancing oleh Daven mulai berlari ke depan untuk menyerang.

*Clinngg.*

Ketika goblin itu sedang berlari ke arahnya, Daven malah menjatuhkan sebilah belati di tangannya dan segera menunjukkan mata panah yang sudah ia siapkan.

"Sayang sekali, karena aku bohong saja."

*Husshh!*

Mata panah itu melesat dengan kencang ke arah goblin itu, goblin itu menyadari tipuan Daven namun tidak sempat untuk mengelak dan mata panah itu menusuknya tepat di jantungnya.

"Aa..kkhh..uu..." Goblin itu mencoba mengucapkan sesuatu dengan sisa-sisa kehidupannya.

"Hah?!" Daven terkejut mendengar kata-kata terakhir dari goblin itu.

"Meski tidak terdengar jelas, aku yakin goblin ini mencoba untuk mengucapkan kata "Aku", bagaimana bisa ia melakukannya? bagaimana bisa goblin menggunakan bahasa manusia?" Pikir Daven kebingungan.

*Husshh!*

Tanpa ia sadar, ketika Daven sedang memikirkan masalah goblin yang sebelumnya, sebuah anak panah melesat kencang ke arahnya.

"!!, Sial!"

Daven merasakan tanda bahaya di sekujur tubuhnya menyadari kalau ada anak panah yang melesat ke arahnya, ia mencoba untuk mengelak namun sepertinya ia tidak sempat.

*Plannkk.*

Dengan mata panahnya, ia membelokkan arah dari anak panah yang mengarah ke arahnya itu, dengan sepersekian detik Daven memikirkannya ia berhasil menyelamatkan nyawanya sendiri.

'Aku tau tubuh ini sangat peka terhadap magic power namun kepekaannya terhadap bahaya juga benar-benar bagus, jika bukan karena tubuh ini bereaksi dengan baik aku tidak akan menyadari serangan anak panah tadi.'

Perhatian Daven tadi teralihkan akibat perkataan terakhir dari goblin tadi yang terus mengganggu dirinya, hingga ia benar-benar tidak menyadari kalau ada anak panah yang melesat ke arahnya.

'Jika bukan karena tubuh ini aku akan mati sekali lagi, tubuh ini benar-benar istimewa, selain peka terhadap magic power namun juga peka terhadap bahaya, bahkan kepekaannya melebihi tubuh lamaku' Pikir Daven.

Daven yang merasa lega karena ia berhasil melewati bahaya, ia lalu menatap ke arah satu goblin yang baru saja memanahnya. Sepertinya goblin itu merupakan bagian dari rombongan yang berbeda dengan goblin-goblin sebelumnya.

Sepertinya benar, para goblin lain mulai muncul dari arah belakang goblin pemanah itu.

"Sekarang aku keluar dari bahaya namun kalian baru saja membuat diri kalian masuk ke dalam bahaya", Kata Daven sambil menatap para goblin itu dengan tajam.

"Kriieekk!!"

Meski para goblin itu tidak mendengar dan tidak mungkin mengerti apa yang Daven katakan namun para goblin itu sepertinya merasakan bahaya dari tatapan Daven.

"Baiklah mari kita mulai Round 3," Daven dengan percaya diri mulai mengeluarkan mata panah miliknya dan bersiap untuk menyerang.

*Buurrssttt!!*

Dengan suara kencang tiba-tiba udara dingin muncul dan membekukan para goblin itu menjadi bongkahan es besar.

"Eh?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status