Share

Bab 8 - Tantangan (4)

"Ggrrr" Suara geraman yang lumayan keras terdengar dari dalam ruangan.

"!!!, Ah, ternyata cuman kucing," Daven yang sempat terkejut menjadi lebih santai setelah mengetahui kalau itu tadi suara kucing.

Daven melihat seekor kucing berukuran agak kecil, seperti baru berumur sekitar satu tahunan, dengan bulu putih indah yang tebal dan mata biru yang berkilauan seperti kristal.

"Anehnya aku dengan jelas mendengar suara langkah kaki yang lebih berat dari pada suara langkah kaki kucing, tapi aku tidak merasakan apapun selain keberadaan kucing ini," Daven berpikir.

Daven tidaklah bodoh, dia dapat mengetahui makhluk seperti apa yang mendekatinya dengan mendengar suara langkah kaki mereka.

"ggrrrrr," Kucing itu mulai menggeram lagi, keberadaan Daven sepertinya memberikan pertanda bahaya kepadanya.

Daven dengan tenang langsung berjongkok dan mencoba untuk mengelus kucing itu dari bawah.

'Kucing adalah hewan yang peka terhadap bahaya karena itu aku harus mengelus dari bawah agar menunjukkan tanda kalau aku tidak berbahaya, begitulah katanya,' Daven mengingat kembali apa yang dikatakan oleh seseorang kepadanya.

"kkhhtt" Kucing itu mulai menunjukkan kesukaannya ketika Daven mengelusnya.

"Baiklah, sampai di sini dulu, aku harus berkumpul dengan yang lainnya," Ucap Daven.

Daven berhenti mengelus kucing itu setelah ia sudah tidak dianggap sebagai bahaya oleh kucing itu. Daven mulai berdiri dan berjalan ke arah luar dari kamar itu.

"kkhhtt!!"

Ketika Daven berjalan kucing itu mulai mengikutinya dan menggosokkan tubuhnya di kaki Daven.

"Meow, meow."

"Aku tidak mengerti tapi aku rasa kau ingin ikut denganku, baiklah ikuti aku jika kau mau," Jawab Daven.

Daven lalu mulai berjalan dan kucing itu terus mengikutinya, ia mengikuti setiap langkah Daven hingga mereka berdua berada di lantai bawah.

"Daven!" Lia yang menyadari keberadaan Daven langsung mendatanginya dengan gembira.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Lia dengan lembut kepada Daven.

"Ah, aku baik-baik saja, bagaimana dengan orang-orang yang ada di lantai bawah?" Tanya Daven dengan heran.

Ketika Daven berada di lantai bawah ia tidak melihat orang-orang lain selain Lia seorang.

"Ah, itu Nona Kayla mengantar mereka namun aku meminta untuk di sini saja menunggumu karena aku khawatir kepadamu" Jawab Lia.

"Apa tidak masalah bagimu untuk menungguku di luar sini ketika masih ada portal merah?" Tanya Daven agak bingung dengan pilihan Lia.

"Tenang saja karena kau pasti akan menolongku, dan Nona Kayla bilang kalau kau punya potensi menjadi hunter yang hebat jadi dia juga percaya kepadamu," Kata Lia dengan senyuman di wajahnya.

"Nona Kayla?" Tanya Daven bingung, ia tidak mengetahui nama itu.

"Apa kau tidak tau siapa Nona Kayla itu? padahal kau tadi bersamanya," Tanya Lia dengan marah kecil kepada Daven.

"Apa dia itu si hunter wanita tadi?" Daven balik bertanya kepada Lia.

"Benar, Nona Kayla adalah hunter yang paling terkenal sekarang, dia adalah hunter rank A namun Abilitynya sekelas dengan hunter rank S," Jawab Lia menjelaskan dengan bangga, meski ia tidak ada kaitannya dengan pencapaian Kayla namun sebagai seorang penggemar wajar ia juga merasa senang.

'Aku tau kemampuannya memang sekelas rank S namun sudah mencapai rank A dalam waktu secepat ini, bisa dikatakan bakat memang berbeda.'

Penilaian rank hunter sendiri ditentukan oleh pencapaian mereka di dalam dungeon, karena meski seseorang memiliki ability yang kuat namun jika ia tidak bisa bertarung dengan baik melawan monster, ia bisa terbunuh kapan saja.

Meski seseorang memiliki super power dan magic power sekelas hunter rank S, mereka harus memulai dari rank f terlebih dahulu ketika mereka mendaftar sebagai hunter.

"Meow, Meow," Suara kucing itu terdengar mengeong di kaki Daven.

Ketika mendengar suara kucing itu perhatian Lia langsung terarah kepada kucing itu, seperti sebuah sistem otomatis.

"Aww, lucunya lihatlah kucing ini," Lia langsung merasa gemas ingin memeluk kucing itu.

"Apa kau sendirian kucing lucu?" Ia langsung berjongkok dan mencoba untuk menggendong kucing itu.

"Gggrrr!!" Kucing itu langsung menggeram merah ketika Lia mencoba untuk mendekatkan tangannya kepadanya.

"Oowwhh," Lia merasa sedih karena kucing itu sepertinya tidak menyukai dirinya.

"Ah, Sepertinya kucing ini agak pemalu, lagi pula dia masih kecil," Kata Daven mencoba untuk menenangkan Lia.

Daven lalu mengambil kucing itu dari tanah dan kucing itu tidak bereaksi apa-apa ketika Daven mengangkat dan menggendongnya.

"Lihat bukan?, biarkan dia mulai terbiasa dulu, nanti kau juga bisa melakukannya," Daven mencoba untuk menyemangati dan menyakinkan Lia agar Lia tidak terlalu sedih.

"Apakah itu kucingmu jadi dia sangat dekat denganmu?" Tanya Lia kepada Daven.

"Tidak, aku baru bertemu dengan kucing ini namun dia mengikutiku terus," Jawab Daven dengan jujur.

Mendengar jawaban Daven Lia malah menjadi jengkel, karena kucing itu menempel kepada Daven namun tidak mau membiarkan ia menggendongnya.

"Tidak adil! bagaimana bisa dia sangat dekat denganmu padahal baru saja bertemu," Kata Lia kesal.

Dari kejauhan terdengar suara langkah kaki dan sosok Kayla terlihat, ia datang kembali lagi untuk menjemput Lia dan Daven.

"Nona Kayla!" Kata Lia gembira kembali setelah melihat Kayla datang kembali.

Ketika Kayla berjalan ia tiba-tiba mempercepat langkahnya dan terus berjalan dengan cepat hingga ia sangat dekat dengan Daven.

"Uhh..." Daven merasa canggung dan gugup ketika Kayla mendekatinya.

"Umm? Nona Kayla?" Tanya Lia heran melihat sikap Kayla.

Ia menunduk sedikit dan menatap kucing itu dari dekat, sepertinya tidak hanya Lia namun Kayla juga menyukai kucing itu.

"Umm, ada apa?" Tanya Daven bingung.

"Ah, Maaf," Jawab Kayla malu.

Ketika menyadari kalau ia sudah berlebihan Kayla langsung mundur dan sedikit memberi jarak, wajahnya sedikit memerah karena malu.

"Apa kau suka dengan kucing?" Tanya Daven.

"Umm.. Iya, tapi aku sangat kikuk jadi aku susah untuk mendekati mereka," Jawab Kayla sedikit malu untuk mengakuinya.

"Apakah kau ingin untuk mengelusnya?" Tanya Daven dengan hangat, ia ingin memberikan Kayla kesempatan untuk mencapai keinginannya.

"Apakah boleh?" Tanya Kayla sedikit bersemangat karena ia sangat ingin melakukannya.

"Tentu saja," Jawab Daven dengan senyuman hangat.

Kayla lalu mencoba untuk mengelus kucing itu, ia mulai mengarahkan tangannya dari atas untuk mengelus kepala kucing itu.

"Ggrrr!!" Kucing itu bereaksi marah ketika tangan Kayla sangat dekat dengannya, kucing itu bahkan mencoba untuk mencakar tangan Kayla.

Kayla langsung menarik tangannya kembali karena ia tidak ingin menakuti kucing itu. Kayla yang awalnya bersemangat mulai kembali sedih karena ia tidak bisa mewujudkan keinginannya untuk mengelus-elus seekor kucing.

"Coba elus dari bawah karena kucing tidak akan mengganggap itu sebagai ancaman," Kata Daven memberi saran.

"Um..." Jawab Kayla sedikit ragu, ia takut akan berakhir sama.

Meski sedikit ragu namun Kayla tetap mencobanya, ia mulai menggerakkan tangannya dengan pelan dari bawah, sedikit demi sedikit.

Tangannya Kayla sudah sangat dekat namun kucing itu tidak marah atau mencoba mencakarnya, Kayla menjadi sangat bersemangat dan juga gugup di waktu yang bersamaan.

*Wuusshh!*

Namun tepat ketika Kayla sudah hampir bisa mengelus kucing itu tiba-tiba Daven melompat kebelakang dan sebuah anak panah melesat di antara mereka.

"Aaaa!" Teriak Lia terkejut ketika ia melihat anak panah itu.

"Krrieeekk!"

Para gerombolan goblin muncul di tengah-tengah mereka dan mencoba untuk menyerang mereka.

"Aku sudah hampir berhasil tapi kalian mengacau!" Kayla yang hampir berhasil merasa prustasi karena gagal dan ia mulai mengeluarkan amarahnya kepada mereka.

"Aku akan menghabisi kalian semua!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status