Share

107. Mahar untuk Puspa

“Puspa, kamu mau mahar apa? Mumpung masih sepuluh hari lagi. Kita masih ada waktu untuk mencari mahar untujk kamu. Mau emas, uang, mukena, mm … maksud saya seperangkat alat solat gitu atau mau apa?” tanya Galih pada Puspa saat mereka baru saja kembali dari toko souvenir. Wadah sabun cair dari bahan akrilik berbentuk botol dan diberi nama pasangan pengantin adalah pilohan mereka berdua, walau tetap saja melalui rekomendasi Bu Gina.

“Pak, kalau mahar pakaian boleh tidak sih? Kalau boleh, saya mau mahar pakaian bagus, unik, dan limited editon. Pokoknya saya gak mau sampai ada orang, tetangga, Dini, ataupun saudara saya yang lain yang bajunya sama dengan saya.” Ucapan Puspa tentu saja membuat Galih tercengang. Mahar baju? Ia baru saja dengar dan sepertinya tidak ada.

“Memangnya kenapa kalau bajunya sama dengan Dini atau saudara kamu yang lain?” tanya Galih masih tidak mengerti. Puspa menghela napas. Sebenarnya ia enggan bercerita tentang masa lalunya dengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status