"Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men
Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel
"Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s
"Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma.""Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?""Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?"***Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal."Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!""Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!""Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru.""Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?""Hahahaha!" Mereka tertawa.Melihat mereka memb
Seorang wanita berambut perak kebiruan yang panjangnya hingga melewati pinggulnya, berdiri di atas panggung yang didirikan di tengah lapangan akademi. Guillotine tertampak jelas oleh mata blue diamondnya. Ia menunjukkan ekspresinya yang dingin. Tatapannya yang datar mengarah pada seorang Pangeran yang bersurai hitam. Tatapan tajam dari iris Red Diamond pria tersebut tidak lepas dari pandangan wanita dingin tersebut padahal terdapat wanita berambut pendek berwarna hijau toska di belakangnya yang melihatnya dengan iba. Gadis yang akan berakhir di guillotine, disuruh mengucapkan ucapan terakhir. Mata birunya masih mengarah pada Pangeran yang berjarak sekitar dua langkah darinya. Tatapan dingin gadis yang bernama Viyuranessa Roseary mulai berubah menjadi lembut. Ia tersenyum lebar."Aku mencintaimu.""Aku berharap atas kebahagiaanmu."Bilah tajam dari guillotine mulai ditarik oleh gravitasi bumi. Viyuranessa Roseary mempertahankan senyumannya dengan perasaan damai disaat ia mulai menutu
"Apa Lady Viyura bersikap aneh hari ini karena putra mahkota akan datang ke mansion ini untuk-?" ucap Klea."Apaan itu?!" tatapanku masih datar, padahal aku sedikit bingung."Pa-nge-ran??""Iya! Yang Mulia Pangeran Agnreandel Leansane Diamondver datang akan datang ke mansion ini untuk mengumumkan pertunangan dengan anda, Lady! Anda sangat menantikan ini dari kemarin-kemarin. Apa karena senangnya hingga lupa?"Aku mencerna ucapan Klea. Lalu, aku terpikirkan tentang peristiwa saat Viyuranessa berumur duabelas tahun.'Ternyata sudah kejadian yang ini, berarti aku saat ini sudah berumur dua belas tahun.'Aku menekan bibir bawahku dengan jari telunjuk. Lalu, mataku yang datar, tiba-tiba terbuka lebar.'Kesampingkan itu dulu, lebih baik aku menemukan keberadaan Azu. Semoga saja... dia merasuki orang itu!'Sebelum aku pergi ke kamar saudari Viyuranessa, Celzurunessi Roseary, aku harus merapikan diriku, mengingat diriku adalah bangsawan. Padahal sebelumnya aku tidak peduli dengan penampilanku.
"Apa kak Yu sudah baik-baik saja?""Ya. Tadi itu mungkin karena ingatan Viyuranessa yang tiba-tiba muncul di kepalaku.""Ingatan?"Aku mengangguk dan mengatakan, "Kemungkinan, kita akan mengingat semua kenangan mereka sebelumnya, Zu!""Oh."Aku dan adikku sedang berjalan melintasi mansion. Kami perlu menjelajahi kawasan ini tentunya untuk mengingat tata letak kediaman yang baru bagi kami. Meskipun, suasana kediaman baru kami ini terasa tidak asing bagi kami."Zu! Hal pertama yang harus kita siapkan itu... Sepertinya, kita memerlukan susu, Zu!" ucapku."Huh!? Untuk apa?" ucap Celzuru yang tentunya terheran. "Kalau untuk membuat susu stroberi, baru aku mau. Tapi, disini tidak ada blender. Kenapa jadi itu hal pertama yang harus disiapkan!?""Susu stroberi, tinggal dikocok manual juga bisa," ucapku. "Dengan susu, kita bisa membuat mentega, krim, keju, dan juga... mozarella. Jadi, kita bisa membuat pizza, spageti, dan... Ya, mengingat dimana kita sekarang, tidak mungkin aku harus memakan s
"Benar rumor katakan, anda sangat cantik. Dan ternyata anda lebih cantik jika terlihat dari dekat!" Pangeran itu melangkah mendekat untuk melihat wajah calon tunangannya lebih dekat. Aku masih merundukkan kepalaku dan berharap hari ini cepat berakhir. Merasa terhiraukan, dengan suara bisikan kecil, Putra Mahkota itu mengatakan kepadaku, "Apakah anda adalah bangsawan? Anda sungguh tidak sopan. Saya tidak pernah melihat bangsawan yang kurang ajar seperti anda. Seorang bangsawan itu selalu diajarkan untuk menegakkan kepalanya dan tersenyum. Apalagi, di hadapannya adalah seorang Putra Mahkota."Setelah mendengar ucapan Pangeran Agnreandel, mataku terbuka lebar karena terkejut. Dahiku mulai mengkerut hingga alisku tertarik mendekati celah kedua mata. Hinaan seperti itu, tidak masalah bagiku.Aku segera memejamkan mataku sebentar untuk mencerna ucapannya. Setelah menerima ucapan hina itu, aku segera mengembalikan wajah santaiku.'Aku harus melawannya! Itu yang kami rencanakan. Jangan menu