Share

Third Story: Pertemuan

"Apa kak Yu sudah baik-baik saja?"

"Ya. Tadi itu mungkin karena ingatan Viyuranessa yang tiba-tiba muncul di kepalaku."

"Ingatan?"

Aku mengangguk dan mengatakan, "Kemungkinan, kita akan mengingat semua kenangan mereka sebelumnya, Zu!"

"Oh."

Aku dan adikku sedang berjalan melintasi mansion. Kami perlu menjelajahi kawasan ini tentunya untuk mengingat tata letak kediaman yang baru bagi kami. Meskipun, suasana kediaman baru kami ini terasa tidak asing bagi kami.

"Zu! Hal pertama yang harus kita siapkan itu... Sepertinya, kita memerlukan susu, Zu!" ucapku.

"Huh!? Untuk apa?" ucap Celzuru yang tentunya terheran. "Kalau untuk membuat susu stroberi, baru aku mau. Tapi, disini tidak ada blender. Kenapa jadi itu hal pertama yang harus disiapkan!?"

"Susu stroberi, tinggal dikocok manual juga bisa," ucapku. "Dengan susu, kita bisa membuat mentega, krim, keju, dan juga... mozarella. Jadi, kita bisa membuat pizza, spageti, dan... Ya, mengingat dimana kita sekarang, tidak mungkin aku harus memakan semua itu. Makanan enak itu penting untuk mood!!! Sihir juga perlu energi! Makanan yang paling utama!"

"Behh... Emangnya, peralatan dan bahannya disini lengkap, kak?"

Kami berhenti di sebuah perpustakaan yang luas dan memenuhi semua rak buku di kedua lantai. Tempatnya berada di lantai tertinggi mansion. Ruangan itu memiliki kaca besar, sehingga cahaya matahari bebas masuk untuk menyinari buku-buku itu.

"Karena itu aku butuh buku-buku ini," ucapku. Aku segera melihat beberapa buku. "Mungkin, aku perlu menulis semua pengetahuan yang ku tahu, sebelum aku lupa."

"Kakak mau membaca semuanya!? Seriusan nih!?" ucap Celzuru.

"Begitulah meski tidak mau, mau bagaimana lagi. Mungkin, aku harus mengetahui tentang sihir terlebih dahulu," aku segera mengambil beberapa buku tentang sihir.

"Kak Yu selalu saja menyelipkan kata mungkin saat mengeluarkan pendapat."

"Karena kita tidak tahu pasti masa depan itu seperti apa, seperti yang ku katakan sebelumnya, hehe."

***

Celzuru sedang meminta ibunda mencarikan guru padanya. Kegiatan berat seperti itu pasti akan ditolaknya. Jadi, aku menyarankannya untuk mengatakan hanya untuk melatih kelincahan dari pada kekuatannya. Ini demi melindungi diri dari bahaya.

Aku berada di dalam kamar dan duduk di kursi dekat jendela sambil membaca buku.

'Setiap orang hanya memiliki satu elemen sihir. Untuk mengaktifkannya, hanya perlu membayangkannya saja. Karena aku memiliki ingatan Viyuranessa sebelumnya meski belum sepenuhnya, aku masih mengingat bagaimana ia telah memperkuat sihirnya.'

Aku menadahkan tanganku ke atas meja. Aku mencoba mengeluarkan listrik dari tangan. Suara sambaran listrik terdengar yang disertai cahaya silau saat listrik itu terlihat.

'Aku hanya perlu membayangkannya. Tetapi, jika membayang yang tidak masuk akal untuk sihir ini, ini tidak akan bekerja. Seperti, ingin membentuk sebuah bunga dengan aliran listrik ini. Kalau dipikir lagi, sihir angin, tanah dan air bisa.'

Aku memperhatikan buku kosong di atas meja. Buku itu aku siapkan untuk ku tulis. Aku mengaktifkan sihir listrik ku pada buku itu hingga aku berhasil membuka buku itu dengan sihir ini.

'Jadi, ini hanya perlu memahami struktur fisiknya bagaimana untuk bisa melakukan hal seperti ini.'

Lalu tanpa menyentuhnya, dengan sihir ini aku merobek selembar kertas dari buku itu. Kemudian, terbentuklah sebuah bunga mawar dari sobekan kertas tersebut. Aku sedikit tersenyum melihat hasil eksperimenku.

'Memangnya seberapa banyak kapasitas sihir ini? Untuk melakukan hal tadi, sepertinya sangat menguras energi. Aku sudah lelah dan apa mungkin karena perlu berpikir keras mengendalikannya?'

"Aku memang sangat perlu makanan lezat..."

Aku menghadap ke jendela. Lalu, aku segera menadah tangan kananku. Perlahan-lahan aku mengumpulkan arus listrik di telapak tanganku hingga terbentuk bola listrik yang kecil. Namun, sihir tersebut terlihat semakin besar sedikit demi sedikit. Kamarku pun tertutup banyak bayangan dikarenakan sinar bola listrik ini lebih silau dari penerang ruangan ini. Namun, sinar listrik itu meredup saat aku melihat sebuah kereta kuda mewah sedang melaju menuju mansion Roseary ini.

'Karena penduduk lebih mengandalkan sihir, perkembangan di dunia ini pun terhambat. Cahaya di ruangan ini saja menggunakan batu yang diisi energi sihir yang kemudian berubah menjadi energi cahaya. Dan tentu harganya mahal sehingga rakyat jelata hanya menggunakan lilin untuk penerangan.'

Aku kembali duduk dan membaca kembali buku yang ku pegang, 'Bagaimana kalau aku coba mencari orang itu?'

"Lady Viyura!" Klea menunjukkan dirinya yang lelah karena ia berlari. "Putra Mahkota sudah tiba, Lady Viyura!" ucapnya dengan bersemangat.

'Untuk apa juga kamu bersemangat seperti itu?' batinku. Aku menatap maid itu dengan tatapanku yang datar. 'Tahu tidak, pangeran itu akan menebasmu, bodoh!'

"Lady?! Bukankah, anda sangat menantikan hari ini. Kenapa anda tidak terlihat senang?" ucap Klea.

"Ya ya! Aku senang!" aku memaksa senyumku hingga terlihat kaku. "Mungkin, aku terlalu gugup saja."

"Uwuh!"

Aku segera berdiri dan menutup buku bersama dengan mataku untuk sejenak berpikir, 'Ya aku juga sedikit gugup karena tidak tahu apa yang harus ku katakan. Aku tidak seperti Zu yang dengan mudahnya bicara dengan orang-orang. Tetapi, aku juga ingin melihat secara langsung pangeran itu!'

***

Pangeran Agnreandel berada di ruangan pertemuan yang telah disiapkan. Di dalam, ia bersama ajudannya, Rennel. Sedangkan diluar ruangan, aku menarik nafas panjang sebelum membuka pintu. Padahal, pangeran sudah lama menyadari keberadaanku di balik pintu.

'Di novel, diriku di cerita itu telah melakukan kesalahan karena tidak sengaja menumpahkan teh di gaunnya sendiri karena gugup. Pangeran menatapnya dingin dan jijik melihat pemandangan itu sehingga ia segera kembali dengan beralasan ada pekerjaan mendadak setelah ia membicarakan pertunangan resmi.'

'Aku harus memberikannya kesan baik kepadanya meski aku tidak tahu bagaimana.'

Aku segera menghembuskan nafas sambil membuka pintu itu. Sosok lelaki berumur empat belas tahun, tertangkap oleh mataku.

'Rambut hitam lurus berkilau dengan iris yang berwarna merah, Red Diamond. Tatapannya tajam. Ia sangat tampan. Tapi, senyuman itu hanya menutupi sifat aslinya. Apa aku bisa melawan Sang Pangeran jenius? Apalagi ia...' batinku saat aku melihat senyuman Pangeran Agnreandel.

Aku melihat tatapan Pangeran itu yang sedang menatap mataku. Namun, aku segera mengalihkan pandangan.

'Aku belum terbiasa menatap mata orang yang baru ku temui. Dan... Ya aku bisa melihat dari tatapannya, tatapan kebencian,' tatapanku turun dan tangan kananku berada di depan dadaku setelah merasakan sedikit gejolak di dadaku.

"Lady!" bisik Klea.

'Yah, aku lupa sapaannya!' batinku. Aku mulai merunduk sambil menurunkan sedikit tubuh. Aku juga mengangkat sedikit gaunku untuk memberikan hormat kepada orang di hadapanku. "Maaf membuat anda menunggu, Yang Mulia Putra Mahkota Pangeran Agnreandel Leansane Diamondver."

Aku berpikir disela sapaan, 'Aku tidak ingat kalau pernah menghafal namanya?! Apa ini adalah ingatannya?'

"Jiwa sekeras berlian akan berkilau! Saya putri pertama duke Roseary, Viyuranessa Roseary."

Pangeran Agnreandel dapat melihat ku menatapnya dengan wajah datar dan ia tidak melihat sedikitpun lengkung bibir ku yang melengkung membentuk huruf U.

"...Saya pangeran pertama kerajaan Diamondver, Agnreandel Leansane Diamonder."

Pangeran itu memperkenalkan dirinya dengan senyuman palsu yang bisa ku lihat dengan jelas. Karena tidak ingin menatap wajah Sang Pangeran, aku segera merunduk dengan tangan kananku yang menggenggam tangan kiriku di depan tubuhku.

'Aku sangat gugup. Tetapi jika dilihat lagi, takdirku ini mungkin akan seperti...'

Aku teringat sesuatu, tetapi aku segera menggelengkan kepalaku untuk menyangkal yang yang ku pikirkan tersebut. 'Tidak, lupakan saja, Yu!'

'Lagipula, aku tidak bisa kembali lagi!'

_____

See U...

- This is My Story -

by: yukimA15

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status