Share

Fifth Story: Nama Panggilan

"Yu!?" gumamku. Aku baru sadar bahwa Pangeran Agnreandel menyebut nama singkatku yang hanya dipanggil saudariku. "Bukankah anda dari tadi memanggil saya dengan nama yang disebutkan adikku tadi? Anda tidak perlu memanggil nama terlalu singkat itu, Yang Mulia! Nama panggilanku itu Viyura."

"Apa saya tidak boleh memanggil anda dengan nama itu? Kalau begitu, panggil saja aku dengan nama yang kamu inginkan!" ucap pangeran Agnreandel.

"Saya tidak keberatan karena itu hanyalah nama. Terserah anda!" ucapku.

"Baiklah, My Lady!" Pangeran Agnreandel segera berdiri. "Saatnya saya kembali."

Aku ikut berdiri, "Terima kasih atas waktu berharga anda, Yang Mulia!"

Bukannya segera keluar, Pangeran Agnreandel malah menghampiri ku yang merupakan tunangannya. Tatapannya tajam dan senyuman kejam khasnya, terukir di wajahnya tampannya. Aku hanya merundukkan kepalaku untuk menghindari tatapan Pangeran Agnreandel.

Aku terkejut saat pangeran menarik tanganku hingga tubuhku tertarik mendekat kepadanya.

"Yang Mulia!!!??" Lalu, aku merasakan sentuhan yang mendorong pinggangku untuk membuat tubuhku tertarik.

"Ekh?!" Aku terkejut dan tubuhku menjadi kaku.

"Panggil aku dengan nama yang singkat yang langsung ada di pikiranmu, Yu! Pikirkan sekarang!" Pangeran Agnreandel memegang daguku dan memaksakan ku menaikkan wajahku hingga aku tidak ada pilihan lain untuk memandangi hal lain kecuali wajah tampan pangeran itu.

'Terlalu dekat!' batinku berteriak. Dan tentu saja posisinya saat ini sangat membuat wajahku merona dengan jantung yang berdebar-debar. "Ba-baiklah, em.. Apa, ya?!"

"Sampai hitungan ketiga. Kalau tidak kamu bisa pikirkan aku akan melakukan apa, satu..." Pangeran Agnreandel semakin mendekatkan wajahnya.

"Huh?! Se se setidaknya beri aku waktu!" Aku mulai panik.

"Dua..."

"Huh?! Aku tidak bisa berpikir secepat itu, bodoh!"

Aku pun semakin berdebar saat ia mendekatkan bibirnya. Sudut bibir pangeran Agnreandel semakin tajam dan jaraknya sekitar lima centimeter dari bibirku.

"Ti..."

"Rean," gumamku dengan suara yang kecil. Aku pun tercengang disaat sadar dengan nama yang barusan ku sebut.

"Bagus," ucap Pangeran Agnreandel dengan wajah kejamnya. Ia segera melepaskan pegangannya hingga aku bisa bernafas lega.

"..."

Lalu, aku terdiam dan terbenam dalam pikiranku. Pangeran Agnreandel pun bertanya-tanya kenapa aku tiba-tiba tidak bergerak setelah itu dan jelas kalau aku terlihat sedang memikirkan hal lain.

Pangeran Agnreandel menyentuh beberapa helai rambutku, lalu ia segera berdiri sehingga telapak tangannya bergesek lembut dengan rambutku. Aku pun kembali tersadar dari lamunan.

"Saya akan menemuimu nanti, Yu!" Sang Pangeran segera berbalik dan melangkah.

'Tidak perlu!' batinku berbicara. 'Padahal, ia baru berumur empatbelas tahun. Tapi, ia dengan mudahnya menggodaku. Pantesan saja kalau Viyuranessa yang sebelumnya rela mati demi pangeran ini. Aku harus lebih berhati-hati dengan perasaan ini!'

***

Langit biru sangat silau terlihat dengan matahari bersinar terang. Saat ini, aku dan adikku sedang berlatih menggunakan pedang di taman. Kami dilatih oleh seorang mantan kesatria yang di sewa oleh orang tua. Rambut kesatria itu sudah beruban dan wajahnya sudah berkerut. Sudah satu Minggu pria paruh baya itu mengajari kami. Saat ini, ia mengajak kami latihan sambil piknik di padang rumput luas yang ada beberapa pohon.

"Kalian berdua sangat hebat karena langsung menyerap semua teknik yang sudah kakek ajari!"

"Kakek Holbet juga sangat hebat dalam mengayunkan pedang! Whus, whus!" ucap adikku.

"Kamu juga Lady Viyuranessa! Kamu sudah bekerja keras!" Kakek itu seperti biasanya, ia sering menatap diriku dengan tatapan yang iba. Lalu, ia tersenyum lebar sambil mengusap ubun-ubunku. "Kamu bahkan bisa mengalahkan kakek dengan taktik cerdasmu!"

"Um! Terima kasih atas pujiannya, kakek Holbet!" Aku sedikit tersenyum. Namun, saat ku lihat tatapan kakek dan merasakan telapak tangannya yang menyentuh ubun-ubunku, aku tahu ia seperti berhati-hati terhadap memperlakukan ku seolah-olah tidak ingin menghancurkan gelas yang rapuh.

"Tetapi, lady Celzurunessi sangat terampil bahkan bisa terbang dengan menggunakan sihir apinya," ucap kakek Holbet.

"Ya, pastinya aku sangat terampil! Tapi, kak Yu yang mengatakan cara melakukannya!"

Adikku mengangkat tangan kanannya lurus ke depan tubuhnya. Ia membentuk jarinya seperti senapan hingga seperti ia ingin menembak.

"Aku bahkan bisa melakukan ini!" Zu mengaktifkan sihirnya dan ia mengumpulkan gumpalan api yang kecil di ujung jari telunjuknya. Lalu, tekanan di bola api kecil itu semakin besar sehingga bentuknya semakin kecil hingga dapat menyerap udara di sekitarnya karena tekanannya. Lalu, ia mengarahkannya ke sebuah pohon besar di samping kakek Holbet.

"Dor!" Celzuru melepaskan bola api itu ke tengah pohon itu. Bola itu bergerak sangat cepat sehingga kakek Holbet tidak dapat melihat lintasannya.

Duar!

Kakek itu tercengang melihat lubang besar di tengah pohon itu. Pohon tersebut mulai tumbang. Kakek Holbet mengucek matanya hingga menampar pipinya sendiri untuk berharap kembali sadar ke kenyataan.

"Itu bukan mimpi, kakek Holbet!" Ucapku dengan ekspresi datar. "Zu! Kamu tidak usah membuat kakek Holbet jantungan! Teknik itu pasti akan mengejutkan orang-orang! Kalau ada yang ada masalah dengan jantungnya itu bahaya, bodoh!"

"Te he'!" Celzuru malah terkekeh.

'Komandan! Apa kamu bisa lihat ini?!' batin kakek Holbet berbicara. Lalu ia memperhatikan sosokku yang sedang menghampiri adikku. 'Anak ini lebih diluar dugaan. Ia memang dibilang jenius. Tapi, ia sangat menakutkan!'

"Jangan khawatir, kakek Holbet! Nanti aku bisa ajari kakek!" ucap Zu sambil tersenyum lebar. "Dan tenang saja, kek! Kekuatan ini tidak akan kami salah gunakan! Ini untuk perlindungan! Dan..."

Celzurunessi Roseary menunjukkan wajahnya yang serius. Ia menancapkan pedang yang ia pegang ke tanah lalu ia menyentuh kedua pinggangnya sendiri dengan menegakkan tubuhnya.

"Apabila ada yang berani melawan keluarga kami bahkan kerajaan ini sendiri, aku tidak akan tinggal diam!" Adikku tersenyum dengan iris pink diamond yang tertampak sempurna.

Kakek Holbet pun tersenyum, "Ya kakek juga harap kerajaan tidak akan menggangu kalian! Dan kalian tahu juga tentang rumor putra mahkota yang sikapnya bisa dikatakan sangat kejam itu. Walaupun kalian mampu melawannya, jangan sampai mengorbankan orang lain!"

"Kakek Holbet memberi nasihat, wah!" Adikku malah memuji nasihat kakek Holbet. "Tapi tenang, kek! Hati Zu ini sangat rapuh hingga tidak akan mampu membunuh orang yang tidak bersalah!"

"He.. masa sih?" ucapku dengan ekspresi datar.

"Iya dong!" Ucap Zu dengan percaya diri. Aku dan kakek Holbet tersenyum.

Setelah itu, kami melakukan aktivitas lain seperti berlatih menari, berkuda dan kemudian berlatih piano hingga bernyanyi. Setelahnya, aku dan adikku menuju ruang pertemuan yang mana tamu akan menunggu kami disana.

Pangeran Agnreandel sering mengunjungi mansion ini hingga melakukan aktivitas bersama kami seperti berkuda, berpiknik hingga pergi mengunjungi suatu tempat. Saat aku bersamanya, selalu saja hormon adrenalinku tiba-tiba meningkat apalagi ia sering sengaja menggodaku. Tetapi, ia juga sering menjaga jarak dan hubungan kami hingga saat aku tersandung dan hampir terjatuh, ia tidak bertindak apapun dan hanya melihat dengan ekspresi yang dingin.

'Aku tidak mengerti jalan pikirannya?!' batinku saat kereta kuda kerajaan meninggalkan mansion ini.

"Sikapnya menggelikan, kapan ia berhenti datang kesini?!" ucap Celzuru dengan raut wajah yang kesal.

"Mungkin beberapa Minggu kedepan," ucapku dengan raut wajah yang murung.

***

Suatu malam hari, aku diam-diam ke luar mansion dengan sebuah jubah yang menutupi rambut dan tubuhku. Saat sudah berhasil mencapai gerbang, aku bergerak secepat kilat.

Saat Klea mengetuk pintu kamarku, ia tidak mendengar ada respon dari dalam.

"Permisi nona!" Klea pun memutuskan memasuki kamarku dengan membuka pintu secara perlahan. Saat tidak ada terlihat sosok ku di dalam kamar, ia pun menepuk jidatnya sendiri. Ia tersenyum kaku dan bergumam, "Nona Viyura pergi diam-diam, lagi!"

Celzuru yang ada di dekat Klea mengatakan, "Lagi?"

"Lady Viyura suka sekali pergi keluar diam-diam! Dan Lady sendiri yang menyuruhku untuk tidak melaporkan kepada Duke tentangnya pergi diam-diam."

"Oh gitu."

"Lady Celzuru sendiri kenapa ingin memanggil Lady Viyura?"

"Mau ngajak ke pesta ulang tahun temanku."

"Nanti saya saja menyampaikannya, Lady Celzuru! Jarang-jarang Lady Viyura pergi ke pesta undangan!"

'Itu karena Celzurunessi yang dulu selalu takut dengan kakaknya sendiri hingga tidak pernah mengajaknya ke pesta undangan. Dan karena itu Viyuranessa tidak pernah datang ke pesta apapun itu dikarenakan ia tidak memiliki teman sebayanya. Viyuranessa selalu diam dan sendiri, bahkan tidak ada yang mendukung dirinya saat terpuruk yang terutama sebagai teman bicara,' batin Celzuru.

_____

See U...

- This is My Story -

by: yukimA15

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status