Share

Turuti Aku

“Dav, sebentar ya aku angkat telpon dulu,” ucapku pada Davina.

“Iya, Bu, silakan.”

Sebenarnya aku merasa tak enak hati karena harus menyela pembicaraan Davina. Namun aku tidak bisa mengabaikan telpon dari Bu Siti. Aku tidak mau menyesal di kemudian hari karena lebih mementingkan pekerjaan daripada putraku sendiri.

Aku berjalan menjauh dari meja menuju ke sudut ruangan. Di sana ada rak tinggi yang sepertinya berisi dokumen-dokumen lama. Aku pun memilih tempat itu supaya percakapanku tidak didengarkan oleh staf yang lain.

“Halo, Bu, maaf saya lama mengangkat telpon. Ada apa dengan Zidan? Apa dia sakit?” tanyaku was-was.

“Justru Ibu yang minta maaf karena mengganggumu, Rista. Zidan sedang rewel.”

Samar-samar kudengar suara tangisan Zidan dari balik telpon.

“Rewel kenapa, Bu?”

“Ibu sedang beli minyak goreng di warung sambil gendong Zidan. Dia nunjuk-nunjuk biskuit cokelat terus nangis. Boleh tidak Ibu membelikannya? Ibu takut kamu marah kalau Zidan jajan sembarangan,” tutur Bu Siti. Nada
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status