"Kenapa Sur?" tanya Bunda penasaran."Asam, Bun!" ucap Surti mengernyip."Surti pikir buah melon, ternyata potongan mangga muda."Mangga muda? Apa jangan-jangan Naya lagi ngidam? batin Bunda berharap. Senyum manisnya tertoreh menatap ke arah pintu kamar yang tertutup rapat itu.Di kamar,Alen menghela nafas panjang. Kedua tangannya menopang di pinggang seraya menatap wanita yang kini menjadi istrinya. Terlihat tertidur pulas dengan posisi tak karu-karuan.Tumben dia sudah tidur? kata batin Alen menatap ke arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya.Perlahan, ia melangkah mendekati naya yang mendekap guling yang selalu menjadi penengah di antara mereka di malam hari."Naya, bangun!" kata Alen mengoyak tubuh naya yang padat berisi itu.Naya menggeliat dan meraih tangan Alen yang menyentuh dirinya.GlekAlen menegak salivanya dengan paksa. Kedua mata indahnya tak mampu berpaling saat telapak tangannya menyentuh buah dada yang di miliki istrinya itu."Jangan pergi, Mas! Biarkan
"Untuk mangga muda ini biar saya yang membayarnya, ya, Kak. Saya berharap, kakak benar-benar lagi ngidam." Perkataan karyawan minimarket saat itu.GlekTegakkan saliva naya mengalir begitu saja.Ngidam? Apa aku ini ...."Spontan, Naya menutup mulut dengan telapak tangannya. Kedua bola matanya terbelalak kaget mengimbangi tegakan saliva yang mengalir begitu saja.Sesaat, ia menunduk. Jari jemari tangannya mulai memegang perutnya yang masih rata.Apa iya ada bayi di rahimku ini? batin Naya mengusap secara perlahan. Tubuhnya meremang, senyumnya tertoreh berharap kabar baik itu terjadi pada dirinya."Aku akan jadi ibu," lirih Naya menatap ke arah perutnya.PrankBunyi pecahan kaca mengejutkan kanaya.Naya ... Naya ...Naya menoleh saat teriakan Alen terdengar begitu memekak telinganya."Iya, Mas!" jawab Naya berlari menghampiri suaminya.CeklekNaya terperangah dan terbelalak kaget melihat tangan kekar suaminya berdarah. Sejenak, kedua matanya mengerling saat melihat vas bunga kesayangann
"Seperti biasanya, Mas! jawab Dhaniel menaikkan alisnya.Naya mengernyit dan bingung dengan kode yang terjadi di antara mereka.Seperti biasanya? Apa maksud mereka? tanya batin naya penasaran.Sesaat, kedua bola Naya mengerling ketika kecupan manis suaminya mendarat tepat di pipi chubby yang ia miliki.Mas Alen! kata batin Naya menoleh ke arah alen."Sudah lihat, kan! Sekarang, pergilah! Sebentar lagi aku akan bersiap bekerja," usir Alen secara halus."Siap, Mas! Kalo begitu saya pulang dulu. Permisi, Mas, Mbak!" kata Dhaniel pergi meninggalkan mereka."Hati-hati!" teriak Naya mengejutkan Alen.Dahi Alen mengeryit. Ia menoleh ke arah istrinya yang begitu perhatian terhadap Dhaniel."Apa yang kamu lakukan?" tanya Alen dengan ketus.Naya menoleh. Wajah tampan yang dimiliki suaminya terlihat sembab dan terlihat menahan amarah yang tertahan."Apa kamu selalu berbuat seperti itu pada semua lelaki yang kamu kenal?" tanya Alen melepas pelukannya.Naya merapatkan bibirnya. Ia tak menyangka j
Sempurna. Kata itulah yang memang sudah tertera di diri Naya.Perlahan, Alen ikut berbaring dan menopang tangan di kepala memandang wanita yang kini menguasai hatinya.Aku tak akan membiarkan orang lain menyentuh apa yang sudah menjadi milikku ini! kata batin Alen bersiap mengecup kening istrinya itu. Tapi, niatnya terhenti saat bunyi telpon miliknya berdering mengganggunya.Alen mendesah sebal. Perlahan, ia mulai bangkit dan mengambil ponsel miliknya yang tergeletak tepat di samping ponsel milik kanaya.Kedua mata Alen mengerling saat opa menghubungi dirinya. Dengan cepat dan tanpa protes sedikitpun, Alen menjawab vidio call dari sang opa."Iya, Opa?" jawab Alen memasang senyum indahnya."Apa kamu ke kantor?" tanya Opa yang terlihat sedang menyeruput kopi."Iya!" jawab Alen."Bagus! Datanglah bersama Kanaya. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan kalian!" ucap Opa mematikan vidio call yang tersambung itu secara tiba-tiba."Seseorang? Siapa?" tanya Alen berpikir.Sesaat,Alen menghel
Pak Hotman dan istrinya saling menatap satu sama lain. Mereka seakan tak percaya dengan apa yang terlontar dari mulut Arga.Yes! Akhirnya mereka termakan dengan kata-kata mutiaraku. Hah, tak sabar melihat mereka merendahkan martabat dan harga diri dari Alen Towsar yang sombong itu! gerutu batin Arga tersenyum.Di depan restoran, Alen membenarkan rambut Naya yang sedikit berantakan. Rambutnya yang panjang ikal menggantung membuat istrinya begitu mempesona. Apalagi memakai dress berwarna hitam selutut, kulit putih mulusnya kian terpancar begitu saja."Sebenarnya siapa yang ingin bertemu dengan kita, Mas. Kenapa opa tak memberitahu kita?" tanya Naya penasaran. Jari jemari tangannya tak berhenti membenarkan jas milik suaminya yang sedikit berantakan."Mana ku tahu! Bersikaplah seperti pasangan pada umumnya. Dan ingat! Jangan pernah mempermalukanku di depan semua orang. Mengerti!" ucap Alen mengingatkan.Naya tersenyum. Perlahan, ia mulai meraih tangan alen dan menggenggamnya dengan erat.
"Tapi, Mas. Jika aku pulang, bagaimana dengan mas Alen? Bukankah tangan mas sedang sakit?" tanya Naya."Jangan khawatir! Kalo aku membutuhkan sesuatu, aku akan minta tolong sekretaris kantor," jawab Alen yang membuat Naya terkejut mendengarnya.Sekertaris? Sekertaris cantik kemarin? batin Naya seakan tak mampu menegak salivanya sendiri."Pulanglah!" perintah Alen membuka pintu mobil untuk istrinya.Alen mengernyit menatap Naya yang sama sekali tak merespon apa yang ia perintahkan.Jentikan tangan Alen membuyarkan lamunan naya seketika."Masuk!" Naya tak bisa menolak. Tanpa banyak buang waktu Naya masuk ke mobil tanpa Alen di sampingnya."Langsung pulang!" pinta Alen terkejut saat Naya meraih tangan dan mencium punggung tangannya."Iya!" jawab Naya mencoba untuk tersenyum.Alen menutup pintu mobil itu secara perlahan. Tatapan matanya tak berhenti menatap ke arah naya yang mulai pergi meninggalkan dirinya.Hari ini, kamu sudah banyak membantuku. Dan aku tak mau kamu lelah mengurusi seg
"Makan rujak dan berkeinginan aneh merupakan ciri-ciri!" tulisnya dalam layar laptopnya.Sesaat, kedua matanya mengerling menatap ciri-ciri keanehan kanaya yang tertera dalam layar laptop miliknya."Orang ngidam? Hamil?" Alis Alen bertaut seketika. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa saat melihat kata-kata yang membuat dirinya seakan tak percaya."Apa iya dia sedang hamil?" tanya Alen merapatkan bibirnya seraya berpikir.Di mall, Naya turut prihatin mendengar cerita tentang perampokan yang terjadi pada Mama Dina."Mama sangat terluka waktu itu. Lihat! Tangan mama sampai seperti ini," ucap mama Dina memperlihatkan lengan miliknya yang tertutup dengan plester."Bahkan kartu kredit milik suami kamu pun raib di bawa perampok itu!""Sabar ya, Ma. Siapa tau dengan kejadian yang menimpa, Tuhan memberikan kita rejeki melimpah tak terduga!" ucap Naya seraya mengusap bahu milik mama tirinya itu. Argh! Malah ceramah lagi!! gumam batin mama Dina mencoba untuk tersenyum.Laura mulai beraksi.
"Apa seserius itu?" tanya Alen mengernyit saat anggukan Diego kepadanya.Jangan-jangan, keinginan aneh yang dilakukan naya karena pengaruh rasa sakitnya ini. Dan bukan karena hamil. Ya Tuhan, padahal aku sangat bermimpi menjadi seorang ayah! gumam Alen menghela nafas panjang."Mas!" Jentikan tangan Diego membuyarkan lamunannya.Alen mengecap bibirnya yang sexy seraya menopangkan kedua tangan di pinggang.Kedua matanya melirik ke arah sopir sekaligus bodyguard yang berdiri tepat di hadapannya."Apa jangan-jangan mbak naya keracunan, ya, Mas?" tanya Diego yang membuat Alen mengernyitkan dahi."Maksud kamu?" "Waktu di mall, saya melihat cewek tadi memasukkan sesuatu ke dalam minuman mbak Naya, Mas. Dan untungnya ada saya, jadi mbak Naya tak sampai meminumnya. Tapi, takutnya, sebelum kedatangan saya, mbak naya memakan sesuatu dari cewek itu," tutur Diego menjelaskan."Cewek itu? Siapa yang kamu maksud?" tanya Alen penasaran."Saya kurang tau, Mas. Yang jelas, mbak Naya memanggil wanita s