Alen berjongkok tepat di pusara sang ayah. Ia berdoa dan memperkenalkan naya dalam hatinya.
Sejenak, Ia melirik ke arah naya yang juga berdoa untuk sang ayah. Wajah cantik dan polosnya membuat alen tak mampu menahan rasa bahagianya itu.
Kenapa aku merasa kalo dia adalah Eila? batin alen berharap.
Om Dhaniel, ini aku Eila. Gadis kecil yang dulu pernah mendapatkan kasih sayangmu yang begitu luar biasa. Hari ini, aku datang bukan menjadi anak dari sahabatmu melainkan menjadi menantu untukmu," kata batin naya menatap ke arah pusara sang mertua.
Sesaat, naya mendongak. Kedua matanya mengernyit melihat tubuh tinggi Alen berdiri di sampingnya.
Lentik indah bulu mata naya tak berhenti mengerjap, tegakan salivanya mengalir dengan paksa saat senyum manis alen tertuju kepadanya.
"Kita pulang?" ucap alen seraya mengulurkan tangannya.
Senyum naya merekah, tangannya mulai meraih tangan kekar yang dimiliki suaminya itu.
"Iya, Mas!" 
Naya ... Naya ... Masih saja kamu bodoh dan gampang untuk di tipu. Argh, aku pastikan mulai sekarang nasib baik akan hilang darimu!" kata batin mama Dina senang bukan main."Ya sudah, kalo begitu naya pulang dulu, ya, Ma. Mas Alen sudah menunggu!" Naya mulai bangkit dari duduknya. "Naya, apa kamu punya sedikit uang?" tanya mama Dina seraya memegang lengan naya.Naya tersenyum tipis. Raut wajahnya yang cantik dan penuh dengan kelembutan, membuat mama Dina begitu yakin kalo anak tirinya itu telah masuk dalam jebakannya."Apa mama perlu uang?" Pertanyaan Naya yang membuat mama Dina senang bukan main. Senyumnya mengembang mengimbangi rasa bahagia yang datang menghampiri wanita paruh baya tersebut."Iya. Bukankah dulu kamu pernah menggunakan uang mama?" tutur mama Dina berusaha mengingatkan naya akan hutangnya di masa kuliah dulu."Uang yang mana, Ma?" tanya Naya belum tau pasti uang yang di gunakannya.Mama Dina tersenyum. Ia sudah mengira kalo anak tirinya itu akan lupa dengan uang yang
Sesampai di apartemen, Naya menghela nafas panjang. Bibirnya melipat seraya menatap ke arah atap-atap plafon yang tersedia di apartemen. "Ya Tuhan, hutangku semakin menumpuk saja. Belum satu miliar lunas, sekarang di tambah dengan uang lima juta plus kartu kredit yang di gunakan mama Dina. Bagaimana bisa aku mengembalikannya?" gumam Naya memiringkan tubuhnya. Sesaat, kedua bola mata Naya mengerling melihat sang suami yang baru saja keluar dari kamar mandi. Tubuh yang sexy dan berotot membuat naya seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap menatapnya.Mas Alen, andai mas Alen menikahiku bukan karena terpaksa. Sudah pasti aku akan berlari memeluk tubuhmu itu! gumam batin Naya tersenyum dan dengan cepat memejamkan kedua matanya saat Alen berbalik ke arahnya.DegDegupan jantung Naya berdetak kencang. Hentakan kaki Alen terdengar jelas berjalan menghampiri.Apa mas Alen ke sini? batin Naya bertanya. Saking penasarannya, ia mengernyip mem
"Kenapa Sur?" tanya Bunda penasaran."Asam, Bun!" ucap Surti mengernyip."Surti pikir buah melon, ternyata potongan mangga muda."Mangga muda? Apa jangan-jangan Naya lagi ngidam? batin Bunda berharap. Senyum manisnya tertoreh menatap ke arah pintu kamar yang tertutup rapat itu.Di kamar,Alen menghela nafas panjang. Kedua tangannya menopang di pinggang seraya menatap wanita yang kini menjadi istrinya. Terlihat tertidur pulas dengan posisi tak karu-karuan.Tumben dia sudah tidur? kata batin Alen menatap ke arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya.Perlahan, ia melangkah mendekati naya yang mendekap guling yang selalu menjadi penengah di antara mereka di malam hari."Naya, bangun!" kata Alen mengoyak tubuh naya yang padat berisi itu.Naya menggeliat dan meraih tangan Alen yang menyentuh dirinya.GlekAlen menegak salivanya dengan paksa. Kedua mata indahnya tak mampu berpaling saat telapak tangannya menyentuh buah dada yang di miliki istrinya itu."Jangan pergi, Mas! Biarkan
"Untuk mangga muda ini biar saya yang membayarnya, ya, Kak. Saya berharap, kakak benar-benar lagi ngidam." Perkataan karyawan minimarket saat itu.GlekTegakkan saliva naya mengalir begitu saja.Ngidam? Apa aku ini ...."Spontan, Naya menutup mulut dengan telapak tangannya. Kedua bola matanya terbelalak kaget mengimbangi tegakan saliva yang mengalir begitu saja.Sesaat, ia menunduk. Jari jemari tangannya mulai memegang perutnya yang masih rata.Apa iya ada bayi di rahimku ini? batin Naya mengusap secara perlahan. Tubuhnya meremang, senyumnya tertoreh berharap kabar baik itu terjadi pada dirinya."Aku akan jadi ibu," lirih Naya menatap ke arah perutnya.PrankBunyi pecahan kaca mengejutkan kanaya.Naya ... Naya ...Naya menoleh saat teriakan Alen terdengar begitu memekak telinganya."Iya, Mas!" jawab Naya berlari menghampiri suaminya.CeklekNaya terperangah dan terbelalak kaget melihat tangan kekar suaminya berdarah. Sejenak, kedua matanya mengerling saat melihat vas bunga kesayangann
"Seperti biasanya, Mas! jawab Dhaniel menaikkan alisnya.Naya mengernyit dan bingung dengan kode yang terjadi di antara mereka.Seperti biasanya? Apa maksud mereka? tanya batin naya penasaran.Sesaat, kedua bola Naya mengerling ketika kecupan manis suaminya mendarat tepat di pipi chubby yang ia miliki.Mas Alen! kata batin Naya menoleh ke arah alen."Sudah lihat, kan! Sekarang, pergilah! Sebentar lagi aku akan bersiap bekerja," usir Alen secara halus."Siap, Mas! Kalo begitu saya pulang dulu. Permisi, Mas, Mbak!" kata Dhaniel pergi meninggalkan mereka."Hati-hati!" teriak Naya mengejutkan Alen.Dahi Alen mengeryit. Ia menoleh ke arah istrinya yang begitu perhatian terhadap Dhaniel."Apa yang kamu lakukan?" tanya Alen dengan ketus.Naya menoleh. Wajah tampan yang dimiliki suaminya terlihat sembab dan terlihat menahan amarah yang tertahan."Apa kamu selalu berbuat seperti itu pada semua lelaki yang kamu kenal?" tanya Alen melepas pelukannya.Naya merapatkan bibirnya. Ia tak menyangka j
Sempurna. Kata itulah yang memang sudah tertera di diri Naya.Perlahan, Alen ikut berbaring dan menopang tangan di kepala memandang wanita yang kini menguasai hatinya.Aku tak akan membiarkan orang lain menyentuh apa yang sudah menjadi milikku ini! kata batin Alen bersiap mengecup kening istrinya itu. Tapi, niatnya terhenti saat bunyi telpon miliknya berdering mengganggunya.Alen mendesah sebal. Perlahan, ia mulai bangkit dan mengambil ponsel miliknya yang tergeletak tepat di samping ponsel milik kanaya.Kedua mata Alen mengerling saat opa menghubungi dirinya. Dengan cepat dan tanpa protes sedikitpun, Alen menjawab vidio call dari sang opa."Iya, Opa?" jawab Alen memasang senyum indahnya."Apa kamu ke kantor?" tanya Opa yang terlihat sedang menyeruput kopi."Iya!" jawab Alen."Bagus! Datanglah bersama Kanaya. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan kalian!" ucap Opa mematikan vidio call yang tersambung itu secara tiba-tiba."Seseorang? Siapa?" tanya Alen berpikir.Sesaat,Alen menghel
Pak Hotman dan istrinya saling menatap satu sama lain. Mereka seakan tak percaya dengan apa yang terlontar dari mulut Arga.Yes! Akhirnya mereka termakan dengan kata-kata mutiaraku. Hah, tak sabar melihat mereka merendahkan martabat dan harga diri dari Alen Towsar yang sombong itu! gerutu batin Arga tersenyum.Di depan restoran, Alen membenarkan rambut Naya yang sedikit berantakan. Rambutnya yang panjang ikal menggantung membuat istrinya begitu mempesona. Apalagi memakai dress berwarna hitam selutut, kulit putih mulusnya kian terpancar begitu saja."Sebenarnya siapa yang ingin bertemu dengan kita, Mas. Kenapa opa tak memberitahu kita?" tanya Naya penasaran. Jari jemari tangannya tak berhenti membenarkan jas milik suaminya yang sedikit berantakan."Mana ku tahu! Bersikaplah seperti pasangan pada umumnya. Dan ingat! Jangan pernah mempermalukanku di depan semua orang. Mengerti!" ucap Alen mengingatkan.Naya tersenyum. Perlahan, ia mulai meraih tangan alen dan menggenggamnya dengan erat.
"Tapi, Mas. Jika aku pulang, bagaimana dengan mas Alen? Bukankah tangan mas sedang sakit?" tanya Naya."Jangan khawatir! Kalo aku membutuhkan sesuatu, aku akan minta tolong sekretaris kantor," jawab Alen yang membuat Naya terkejut mendengarnya.Sekertaris? Sekertaris cantik kemarin? batin Naya seakan tak mampu menegak salivanya sendiri."Pulanglah!" perintah Alen membuka pintu mobil untuk istrinya.Alen mengernyit menatap Naya yang sama sekali tak merespon apa yang ia perintahkan.Jentikan tangan Alen membuyarkan lamunan naya seketika."Masuk!" Naya tak bisa menolak. Tanpa banyak buang waktu Naya masuk ke mobil tanpa Alen di sampingnya."Langsung pulang!" pinta Alen terkejut saat Naya meraih tangan dan mencium punggung tangannya."Iya!" jawab Naya mencoba untuk tersenyum.Alen menutup pintu mobil itu secara perlahan. Tatapan matanya tak berhenti menatap ke arah naya yang mulai pergi meninggalkan dirinya.Hari ini, kamu sudah banyak membantuku. Dan aku tak mau kamu lelah mengurusi seg