Lusanya... Pakaian yang sebelumnya hanya ada di dalam mimpi, kini melekat di tubuhnya. Hari sakral yang tidak berani dia harapkan, akhirnya terjadi di hari ini. Jane menatap dirinya tak percaya di depan cermin besar. Tidak sanggup mengatakan sepatah kata yang ada hanya kebungkaman tak berdaya. Tidak bisa dia ungkapkan bagaimana perasaannya saat ini. Kebahagiaan, haru juga sedih menjadi satu. Melihat dirinya berbalut pakaian pengantin seketika itu dia teringat ibunya. "Ibu, putrimu menikah hari ini. Aku harap kau melihatku dari atas sana dan merasakan kebahagiaan bersamaku," gumamnya. Tak lama kemudian pintu ruangan terbuka, Juan dan Yohan masuk lantas kembali menutupnya. Mereka terpana akan keanggunan wanita yang pernah menempati relung hati masing-masing. Mata Juan mengabut, sedangkan Yohan tersenyum. Mereka berjalan mendekati Jane yang saat itu juga tersenyum. "Cinderella kita sudah siap rupanya," ucap Yohan. "Jane, Kau sangat luar biasa. Apa aku merebutmu dari Re
Sehari setelah pernikahan, Regan dan Jane tidak langsung pulang. Dia menginap di hotel terlebih dulu sebelum akhirnya berangkat untuk berbulan madu ke Hawai. Saat masih belum menikah, Jane pernah berkata kalau dia belum pernah menginjakkan kakinya ke Hawai. Padahal dia ingin sekali pergi berlibur setelah keluar dari Moonlite. Tapi apa daya, tidak ada kesempatan untuk melakukan semua keinginannya. Dia di kekang oleh pekerjaan dan tidak di beri kesempatan sedikit pun untuk merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Tapi kini berbeda, dengan menggunakan pesawat pribadi Regan membawa Jane untuk pergi ke Hawai. Bukan main senangnya Jane saat kedua kakinya menapak Honolulu, tepatnya di pantai Waikiki. "Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang. Waikiki? Tuhan, apa ini mimpi?" Histerisnya. Regan hanya tersenyum lebar saat mendapati Jane berlarian kecil di tepian pantai dengan bertelanjang kaki lalu kemudian kembali lagi untuk memeluknya. "Kau bahagia?" Tanya Regan memastikan
Setelah sekian tahun, Alan Wilson kembali dan mencari keberadaan Jane. Entah apa alasannya namun sejak dia menyerahkan Jane pada Madam saat itu, Dia pergi dan menghilang entah kemana. Bisa di lihat kalau Madam tidak memberitahu apapun tentang Jane karena dia masih mempunyai perjanjian yang tidak bisa di langgar. walaupun Madam tidak pernah menyetujui pernikahan Jane dan Regan, tapi dia masih punya pikiran. Benar apa kata Jane kapan hari. Kalau dia sampai membocorkan perihal identitas Jane, orang kaya seperti Regan bisa saja membayar orang untuk menghabisinya di dalam penjara. Tanpa jejak dan tanpa ada yang tahu. Uang adalah segalanya, bukan? Jadi Madam tidak ingin mengambil resiko. "Sial! Kenapa Alan tiba-tiba muncul? Ingin sekali aku memberitahu Jane, Tapi aku tidak tahu nomor telfonnya. Sipir tidak akan mengijinkanku menggunakan ponselku. Ah brengsek!" Gumam Madam yang saat itu sudah kembali ke dalam sel. . . Di tempat lain yaitu di Moonlite, Alan belum menyerah untuk menca
1 minggu kemudian...Satu minggu sudah berlalu, Regan dan Jane akhirnya kembali ke rumah setelah menghabiskan waktu berbulan madu di Hawai.Saat kembali, tentu saja Juan menyambut keduanya dengan senang. Satu minggu tanpa mereka, rumah itu terasa sepi. Bahkan Juan sering tidur di rumah temannya karena Jane tidak berada di rumah. Walau Jane sudah resmi menikah dengan Regan, Juan tetap menyukai Jane dan berharap kalau Jane masih tetap di rumah itu dan tidak pergi kemana-mana.Meski tahu kalau perasaannya salah, Juan tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya akan berjalan apa adanya sekarang. "Bagaimana liburanmu? Apakah menyenangkan? Wah, Regan sungguh tidak kenal kata lelah. Dia langsung pergi bekerja saat baru sampai di rumah."Jane yang saat itu masih berada di ruang tamu, mengecek satu persatu barangnya dan hanya tersenyum saja."Mau bagaimana lagi. Dia mendapat panggilan mendadak dari kantor."Juan berdecih. Memperhatikan setiap gerak-gerik Jane yang nampak sibuk."Aku juga ingin ke Ha
"Ayah..."Iya. Hanya kata itu yang terlontar dari ke dua belah bibir milik Jane. Tubuhnya membeku, kedua matanya tiba-tiba mengembun, Dia gemetar hebat dan dadanya mendadak terasa sesak seakan oksigen yang di hirupnya menipis.Pria itu. Pria yang tengah berdiri di seberang jalan dekat lampu merah itu benar ayahnya. Walau rambutnya yang hitam kini bercampur dengan uban, walau wajahnya sudah mulai keriput, Jane tidak akan salah mengenali orang. Wajah itu sudah terpatri dalam ingatannya sampai kapan pun.Dia Alan Wilson, orang tua satu-satunya yang ia miliki yang sudah dia anggap mati. Dia adalah iblis di dalam cerita hidup Jane yang sampai kapan pun tidak akan mendapatkan pintu maaf darinya. Yohan mendapati ekspresi Jane yang seperti itu, melihat ke arah jalanan dan termangu. Yohan mengibaskan tangannya tepat di depan Jane. "Jane? Kau baik-baik saja? Wajahmu pucat. Kau sakit?" Jane tidak menjawab. Dengan tubuh yang masih gemetar hebar Jane berdiri. Yohan ikut berdiri dengan wajah keh
Dahi Yohan berkerut."Siapa maksudmu?" "Ayahku. Aku melihat ayahku, Yohan." Yohan terkesiap. Tahu benar dengan siapa orang yang Jane maksud. Walau dia tidak begitu tahu cerita aslinya, tapi Yohan paham kalau pria itulah yang membawa luka terdalam pada hati dan jiwa Jane. "Kau melihatnya dimana? Apakah saat kita makan di cafe tadi?" Jane mengangguk,"Em. Aku langsung mengenalnya walau rambutnya hampir memutih. Wajah itu meskipun sudah menua, tidak akan pernah bisa aku lupakan." "Aku kira dia sudah mati," ucap Yohan. "Orang yang sudah menyematkan luka dan penderitaan ku, memang ku anggap mati. Dia tidak berhak lagi ku panggil ayah. Dia sudah tidak mempunyai tempat di dalam kehidupanku. Apa aku salah jika berkata begitu?" Yohan diam saja. Mau merespon apa jika sudah seperti ini? Ini masalah keluarga yang seharusnya ia tidak boleh ikut campur. Tapi Jane berbeda. Dia bukanlah orang asing. Dia akan melindunginya meskipun itu bukanlah kewajibannya. Jane adalah keluarga. "Setelah sek
"Bisakah kita pindah rumah saja? Aku ingin tinggal di kota lain." Regan mengernyitkan dahi,"Pindah? Kenapa? Kau tidak betah di rumah ini ? Atau Juan dan Yohan membuatmu terganggu?" "Tidak. Mereka sama sekali tidak menggangguku. Ada hal lain yang membuatku harus pindah dari kota ini." Jane tahu kalau Regan pasti merasa sangat bingung dengan ucapannya. Pun, Regan meletakkan tasnya lantas mengajak Jane untuk duduk. "Kita duduk dulu. Mari bicarakan ini dengan baik-baik." Jane menurut saja saat Regan membawanya untuk duduk bersama di tepi ranjang. Regan melepas jas luarnya, lantas melonggarkan dasinya."Sebelum kau bicara, Aku ingin meminta maaf terlebih dulu. Ini soal tadi pagi. Maaf jika aku langsung bekerja sesampainya kita sampai rumah. Sepanjang hari bahkan saat aku metting hari ini, semenitpun aku sangat menyesalinya. Maafkan aku. Kau pasti merasa kesal." Regan adalah pria yang sangat baik. Dia meminta maaf atas kesalahannya yang tidak seberapa. Namun bagi Regan, kesalahan itu
Sesuai rencana, Alice datang ke tempat yang tepat. Kalau bertanya bagaimana bisa Alice menemukan Alan, Dia pergi setelah mendapatkan penghinaan luar biasa yang dilakukan Regan dan Jane saat di rumah Tuan Abraham minggu lalu. Dia sengaja menghilang, bukannya pergi ke negara lain seperti yang di katakan ayahnya saat berada di pernikahan Regan dan Jane.Tercorengnya harga dirinya saat itu, amat sangat membuatnya merasakan dendam yang luar biasa. Pun setelah kembali ke hotel saat itu, dia membayar seorang mata-mata untuk mencari informasi tentang Jane. Siapa yang tidak curiga? Wanita yang tidak tahu dari mana asalnya mendadak muncul di sisi Regan, pria yang dia cintai. Tanpa aba-aba, Regan mendadak mengumumkan hubungan asmaranya serta rencana pernikahan yang baginya lumayan mencurigakan. Semua terjadi begitu cepat. Hanya dengan uang, semua masalah bisa dia selesaikan. Saat dia membayar orang untuk mencari siapa sebenarnya Jane, orang suruhannya mendapatkan sebuah informasi penting kalau