Share

episode 4

Kirana!” ucap seseorang dengan suara baritonnya.

Kirana yang mengenali suara itu langsung menengok dan terkejut, ia melepaskan tangannya yang menjambak rambut Fitri.

“Ma-mas Angga.” Ucap Kiran yang tergagap dan juga ketakutan.

Angga berjalan cepat menghampiri Fitri yang sedang terduduk karena di hempaskan oleh Kiran.

“Jadi seperti ini sikapmu yang sebenarnya terhadap kakak iparmu, Kiran!” Suara Angga menggelegar mengisi seluruh ruangan.

Ada kilatan amarah yang terpancar di wajah tampannya, rahangnya yang mengeras dan lengannya terkepal kuat.

Fitri yang mengetahui jika sang suami sedang berada di puncak emosinya, ia berusaha untuk mengalahkan perhatiannya, agar sang suami bisa tersadar dan tidak hilang kendali.

“Ma—mas, kamu pasti capek kan? Kita ke kamar yuk, kita istirahat atau... Mas mau aku buatkan kopi?” bujuk Fitri yang berusaha untuk menghalau Angga.

“Diam, Fit!” sentak Angga yang membuat Fitri terlonjak, “ Kiran, jawab pertanyaan, Mas!” tambahnya.

“Ma—mas, aku bisa jelasin. Semuanya tidak seperti apa yang Mas kira.” Kilah Kiran yang ketakutan melihat amarah sang Kakak.

“Tolong kamu jelaskan sekarang juga!” titah Angga yang terlihat nafasnya naik turun.

“A—aku... ya, aku tadi itu sedang latihan drama yang di buat sama Dosenku, Kak.” Bohong Kiran.

Mendengar penjelasan dari sang adik yang terdengar ambigu, pria yang menikahi Fitri dua tahun yang lalu itu langsung melirik ke arah sang istri.

Sadar dengan tatapan pria yang ia cintai sedang mengintimidasi, Fitri langsung menerbitkan senyum manisnya, berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

“Jika hanya untuk mempraktikkan sebuah drama yang kamu sebutkan tadi, kenapa mata kakakmu itu terlihat sembab?” ujar Angga yang kini mengusap air mata yang menetes di pipi.

“emm... itu...”

“Itu karena aku terlalu menghayatinya, Mas.” Potong Fitri.

Bukannya jujur, Fitri malah berbohong agar Kiran tidak mendapatkan amukan dari kakaknya.

Bukannya tidak mau mengadukan hal yang sebenarnya namun, Fitri tahu akan konsekuensinya ketika ia berkata jujur.

“Tuh, kan, Mas. Apa aku bilang, kalau kita ini sedang latihan drama.” Tambah Kiran.

“Tapi...”Ucapan Angga terpotong karena Fitri menarik lengannya untuk naik ke atas.

“ayok, Mas. Kita istirahat, kamu pasti capek kan habis perjalanan jauh.” Ajak Fitri.

Merasa ada kesempatan untuk pergi, Kiran pun berjalan cepat dan masuk ke dalam kamarnya.

Sementara Fitri, ia terus menarik lengan suaminya yang kokoh itu.

Setelah sampai di kamar, wanita yang memiliki kulit kuning Langsat itu heran. Kenapa suaminya pulang malam ini, padahal ia mengatakan bahwa penerbangannya besok pagi.

“Mas, kenapa kamu bisa pulang malam ini? Kan kamu bilang bahwa penerbangannya besok pagi?” tanya Fitri yang penasaran.

“Aku Rindu sama kamu.” Jawabnya.

Terlihat ada semburat warna merah di ke dua pipinya, wanita cantik itu tersipu malu di hadapan sang suami yang tiba-tiba menggoda dirinya.

“Maafkan, Mas. Ya?” ujar Angga yang menatap wajah sayu itu.

“Mas kenapa meminta maaf?”

Bukannya menjawab, Angga malah memilih untuk memeluk tubuh kurus istrinya. Ia terisak, rupanya ia menemukan kebohongan yang terpancar dari raut wajah Fitri dan dari sorot mata itu menunjukkan jika istrinya sedang tidak baik-baik saja.

“Mas tau semuanya, Fit. Mas tau,” ujar Angga, “Mas tau, jika Ibu dan Karin sudah berani kasar sama kamu kan?” tambahnya.

Deg!

Wanita cantik itu terkejut, ia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri tentang dari mana suaminya tau jika ibunya sering memerintah walaupun sedang sakit.

“Jawab Mas, Fit!”

“Mas tau dari mana, jika Ibu dan Karin sudah berbuat kasar sama aku?” tanya Fitri yang penasaran.

Angga merogoh ponsel yang ada di sakunya untuk menunjukkan bukti kekerasan yang Fitri alami dari ibu mertuanya dan adik iparnya sendiri.

Rupanya Angga memasang CCTV tanpa sepengetahuan semua orang, di situ terlihat Fitri yang sedang di siksa oleh mama mertuanya dan adik iparnya.

“Kenapa kamu tidak pernah mengadukan semua ini kepada Mas, Sayang. Kenapa?” tanya Angga, “dan kamu malah menutup kelakuan mereka.” Tambahnya.

Bulir bening yang berada di ke dua matanya kini lolos begitu saja, bukan maksud hati untuk menutupi semua kelakuan mereka namun, Fitri s’lalu mendapatkan ancaman dari sang mertua jika dia berusaha untuk mengadukan perbuatannya kepada Angga.

“Aku minta maaf, Mas.” Hanya itu yang bisa ia katakan.

Tidak tahan dengan kesakitan yang istrinya rasakan, pria tampan itu langsung membawa Fitri ke dalam pelukannya dan mereka berdua pun larut dalam tangisnya. Fitri menangis karena senang kalau akhirnya sang suami bisa tau dengan sendirinya, berbeda dengan Angga, ia menangis karena sudah merasa gagal menjadi pelindung untuk istri tercinta.

Setelah ke duanya puas menyalurkan kesedihannya dalam tangisan, kini mereka mencoba untuk mencari solusi supaya bisa keluar dari rumah yang seperti neraka.

“Mas, apa aku boleh minta satu permintaan sama kamu?” ujar Fitri yang mulai mencairkan suasana.

“Apa, Sayang. Dengan senang hati Mas akan menuruti permintaan kamu itu, asalkan kamu bahagia.” Jawab Angga yang tersenyum manis.

“Apa lebih baik kita pindah saja dari sini, gak apa-apa jika kita harus mengontrak Mas,” usul Fitri.

Tanpa pikir panjang Angga langsung mengiyakan ajakan istrinya untuk pindah dari rumah ini, ia s’lalu menuruti keinginan istrinya jika itu bisa membuatnya bahagia, kenapa tidak?

“Beneran kamu mau, Mas?” tanya Fitri yang merasa bahagia, namun seketika kebahagiaan yang ia pancarkan tiba-tiba berubah menjadi sendu ketika mengingat sesuatu.

Angga yang melihat perubahan pada diri istrinya itu langsung bertanya.

“Kamu kenapa, Sayang? Kok, berubah jadi sedih lagi, hm?”

Rupanya wanita yang memiliki iris mata coklat itu takut, jika permintaannya akan di tolak mentah-mentah sama ibu mertuanya yang tidak mengizinkan untuk pindah.

Setiap kali Fitri meminta izin untuk pindah, Bu Dinar pasti menolak dan beralasan jika ia sudah tua dan tidak ada yang akan mengurusnya jika bukan Fitri.

“Ada apa? Bilang sama, Mas.”

“Aku takut, Mas. Jika Ibu tidak mengizinkan kita untuk...”

“Untuk apa?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status