Share

Bab 32

"Aku nggak apa-apa, Mas, Bu, Yah. Anggap saja Mas Fikri saudara jauh yang akan menikah. Ia akan menjemput bahagia bersama pasangan hidupnya kelak. Kita sudah diundang, maka kita wajib datang.

Mendo'akan mereka yang akan menempuh hidup baru tak ada salahnya bukan? Bukankah do'a baik akan kembali pada diri kita sendiri? Insya Allah aku kuat, ikhlas. Jadi tak usah khawatirkan aku."

Kini mereka bertiga melihatku setelah saling pandang beberapa saat. Kulanjutkan lagi bicaraku, nampaknya mereka masih menunggu jawabanku.

"Sudah ya, jangan berdebat lagi. Kita jalani saja yang ada di depan kita. Yang sudah terjadi ya sudah, jadikan pelajaran, jangan diungkit-ungkit lagi. Bikin capek hati dan pikiran. Oke?"

Dan mereka semua setuju. Ibu bahkan memelukku lama sekali.

Aku pamit ke kamar setelah merasa tak ada yang perlu dibahas lagi. Lagipula, entah kenapa terasa capek, padahal di rumah saja seharian. Eh, enggak ding, sempat ke pasar juga sama ibu, se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status