Share

Aku Pernah Percaya Tapi Terluka

Ibu bersandar pada kursi santai di ruang tengah. Kursi kebanggaannya. Yang selalu menemaninya selama aku menjadi menantu. Dia tak berhenti memijat kepalanya yang berdenyut. Memikirkan kelakuan menantu kesayangannya itu.

"Mi..minum bu..." Lia memberikan secangkir teh hangat. Tangannya gemetar saat meletakkan teh itu di atas meja.

Ibu hanya menatapnya sekilas, nampak engan melihat lagi menantunya, ibu membuang wajah ke arah lain. Lia dengan canggung berjalan kembali kebelakang. Jangankan untuk duduk bersama, menyapa ibu sedikit saja sudah membuatnya takut.

Berapa kali kudengar ibu juga membuang nafasnya kasar. " Seratus lima puluh juta Wit. Ibu harus menebus Lia sebanyak itu!" Keluhnya dan aku hanya melihatnya dengan senyuman.

 "Itu perhiasan ibu simpan, ibu sisihkan, untuk masa tua ibu. Tapi justru malah terpakai begitu banyak dalam sekejab!" Dia masih mendengus kesal. Ada nada marah dalam kalimatnya.

Lucu memang,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status