Share

Tangis

"Memangnya Bu Arun punya saudara di Bandung?" Ijah tampak semakin gelisah.

"Aku sudah tidak punya saudara, Mbak. Mereka semua membuangku. Cuma Ayah yang pada akhirnya ikhlas menerima pernikahanku dengan Mas Abhim. Itupun secara diam-diam," ungkap Arunika dengan sorot sendu.

"Sekarang Ayah sudah tiada. Tak ada lagi yang mendukungku." Sebulir air mata lolos di pipi Arunika. Buru-buru dia menyekanya lalu tersenyum dan menoleh kepada Ijah.

"Aku hanya punya Mas Abhim, Mbak," ucap Arunika lirih.

"Bu Arun ...." Ijah dapat merasakan kesedihan itu. Matanya turut berkaca-kaca. Wanita berambut pendek sedikit bergelombang itu memberanikan diri untuk mengusap lembut pundak sang majikan, berharap dapat menenangkannya walaupun sedikit.

"Tapi, sekarang pernikahan kami menjadi seperti ini." Tangis Arunika semakin kencang. Dia terisak sampai bahunya berguncang.

"Bu, sebaiknya menepi dulu. Bahaya kalau berkendara dalam keadaan seperti ini," tutur Ijah. "Apa biar saya yang menyetir?"

Sambil mengusap sudu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status