Share

Bab. 24. Nyaris Ketahuan

Sembari mengatur napas yang sempat berantakan, aku melangkah mendekat ke arah ayah Berlian. Beliau menunjukkan secarik kertas yang tadi sempat membuatku panik. Sekarang bukannya rasa panik itu hilang malah semakin bertambah. Aku berusaha menelan ludah yang mendadak tercekat.

"Makasih, Pak." Sigap aku meraih foto itu lalu memasukkannya dengan cepat ke dalam saku kemeja.

"Foto Berlian?"

"I-iya, Pak." Pura-pura aku mengusap tengkuk, seakan-akan kedinginan oleh angin malam.

"Dulu, Berlian sangat ingin kuliah, tetapi sejak insiden ia terjatuh dan matanya sakit, kondisi tidak memungkinkan sebab harus rutin check up. Foto itu mengingatkan bahwa ia pernah sangat manis dengan bola mata yang berbinar."

Aku yang mendengar itu langsung dihantam rasa bersalah hebat. Aku penyebab kegagalan Berlian meraih cita-citanya.

Ayah Berlian menatap laut lepas sembari mengenang masa remaja puteri satu-satunya. "Sekarang pun jika cuaca sangat panas, bola matanya sering berair dan sedkit gatal."

"Kata dokter wa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status