Share

Part 2 (Obrolan antara Galang dan Ferdy)

"Apalagi sih, Fer? Kenapa? Apa istriku masih kurang cantik? Kamu dengar ya, kalau memang kami memiliki Kecocokan saja mungkin aku tidak akan pernah melepaskan dia. Istri aku tuh cantik," ucap Galang berusaha terus meyakinkan Ferdy.

"Bukan soal itu, Lang. Tapi ini hal gila! Aku baru liat seorang suami rela menawarkan istri sah nya pada sahabatnya sendiri. Ini gila!"

Galang mengalihkan pandangan sejenak.

Ia menarik napas panjang, "Fer. Tolong pahami apa yang aku maksud. Di sini, aku dan azizah itu memang sudah sejak lama tidak ada kecocokan sama sekali. Dia terlalu egois. Nah, kamu tuh orangnya sabar, kalian pasti cocok. Masa iya aku ngasi wanita yang gak sudah pasti gak cocok sama sahabatku? Udahlah, kamu jalani aja dulu. Kalian bisa saling mengenal, pendekatan, kalau sudah cocok kalian baru menikah. Gimana?"

Tidak menjawab.

Ferdy hanya terdiam, mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Galang. Berat memang, bagi Ferdy berada di situasi seperti ini. Mungkin, kalau soal perasaan tidak begitu berat baginya. Karena memang, ada sesuatu yang selama ini sudah dirahasiakan Ferdy dari Galang.

"Hello? Fer?" tanya Galang sembari melambaikan tangan ke dekat wajah Ferdy.

"Ya, ada apa, Lang?"

"Sudah, tidak usah terlalu dipikirkan. Nanti, biar aku saja yang atur semua. Kamu tinggal ikut aja apa yang aku katakan. Gimana?"

"Terserah kamu, deh," jawab Ferdy sembari mengerutkan alis.

Mereka pun langsung menikmati makanan yang sudah terhidang sejak tadi. Terlihat, Galang makan dengan sangat lahapnya. Wajahnya terlihat berbinar, selalu tersenyum. Sementara Ferdy, sampai saat ini masih terlihat gusar atas obrolan mereka kali ini. Baginya, semua ini sebuah hal yang tidak masuk akal sama sekali. Satu sisi, dia memang membutuhkan seorang pendamping atas desakan orang tuanya. Tapi di sisi lain, ia tidak ingin jika kelak ia akan disebut sebagai lelaki perusak rumah tangga orang lain. Apalagi, jika pun memang nanti dia berjodoh dengan isteri Galang. Tetap saja, kelak semua orang pasti tahu jika wanita yang menjadi istrinya adalah mantan istri dari sahabatnya sendiri.

Selesai makan siang yang seluruh tagihannya dibayar oleh Ferdy, mereka pun langsung bergegas kembali ke kegiatan masing-masing.

*********************

19:30.

Galang pun tiba di rumah. Ini bisa dikatakan waktu paling cepat ia kembali ke rumah. Karena biasanya, ia kembali dari kantor hampir tengah malam. Bukannya lembur atau sibuk, tapi memang Galang lebih memilih nongkrong bersama teman-teman kantor dari pada harus pulang ke rumah. Baginya, jika kembali ke rumah lebih cepat justru akan membuatnya lebih cepat bertemu dengan Azizah. Itu adalah hal yang paling ia benci belakangan, karena memang baginya saat ini sudah tidak ada rasa lagi buat istri sahnya itu. Kepulangannya lebih cepat kali ini, adalah bagian dari misinya untuk menjodohkan sang istri.

Setelah memarkirkan mobil.

Galang pun langsung masuk ke dalam rumah. Melihat keadaan ruang tamu kosong, Galang pun langsung bergegas menuju dapur untuk makan malam. Langkahnya sejenak terhenti, karena melihat Azizah juga berada di dapur, membuatkan segelas teh hangat untuknya, "Kenapa tidak salam dulu, kamu muslim 'kan, Mas?" tanya Azizah, sembari mengaduk teh dengan masuk mengenakan mukenah sehabis sholat magrib.

"Apa, sih?! Gak usah terlalu banyak ngatur aku, deh. Aku lapar, kamu masak apa?"

"Itu sudah aku hidangkan di meja, masakan siang tadi. Tapi sudah aku hangatin, kok," jawab Azizah sembari meletakkan teh di atas meja makan.

Galang pun langsung melihat hidangan apa yang sudah disiapkan sang istri. Terlihat ada sayur asem, ikan bakar, serta ayam goreng di atas meja. Melihat itu semua, raut wajahnya pun langsung berubah. "Sudah, kamu aja yang makan ini. Aku mau pesan makanan aja."

"Loh kenapa, Mas? Kan sudah aku masakin?" tanya Azizah.

"Gapapa. Aku kurang selera liat masakan kamu," jawab Galang sembari mengambil handphone memesan makanan online.

Sementara

Azizah hanya menghela napas panjang melihat apa yang dilakukan sang suami saat ini. Ada perasaan sedih, marah, kesal, semua bercampur aduk. Tapi memang, ini bukanlah pertama kalinya Galang bersikap seperti ini padanya. Rasanya, hatinya sudah sedikit membatu akan sikap sang suami saat ini. Baginya, Galang tidak pernah bisa menghargai apa yang sudah berusaha ia berikan. Walaupun ia sudah berusaha untuk mengerti, apa yang diinginkan sang suami itu. Tapi tetap saja, jerih payah yang dia lakukan selalu dianggap sampah oleh sang suami.

Pernah.

Ia sengaja pernah tidak meninggalkan lauk apapun untuk Galang, karena tahu pasti semua akan sia-sia. Tapi apa, ketika Galang pulang larut malam justru Azizah harus menerima semua amukan dan omongan kasar dari sang suami. Lagi dan lagi, selalu melukai hati yang selalu berusaha untuk sabar.

***************************

Azizah pun langsung masuk ke dalam kamar.

Karena tidak ingin, hatinya semakin terluka lagi. Atau mungkin, rasa sabarnya akan hilang dan akan terjadi pertengkaran hebat lagi antara mereka seperti malam-malam yang lalu.

"Kamu mau kemana, Zah?!" tanya Galang dengan tekanan suara sedikit keras.

Azizah menoleh ke arah Galang, yang saat ini ada di belakangnya, "Mau ke kamar, Mas. Sebentar lagi waktu sholat Isha tiba. Kenapa?"

"Sudah, kamu nanti saja ke kamar. Ada yang aku mau omongin sekarang. Kamu duduk," ucap Galang sembari menggeser kursi meja makan yang ada di dekatnya. Kemudian duduk tepat di hadapan Azizah.

Azizah menghela napas panjang.

Entah kenapa, hatinya merasa semakin tidak enak dengan hal ini. Walaupun dia belum tahu apa yang akan dikatakan sang suami padanya. Yang pasti, selama ini apapun yang mereka bicarakan akan selalu berakhir dengan sebuah pertengkaran. "Ada apa lagi, Mas?" tanya Azizah sembari duduk di kursi yang berhadapan dengan Galang. Ya, diantara mereka saat ini ada sebuah meja makan sebagai pembatas. Sudah lama sekali, mereka tidak duduk bersebelahan.

Galang langsung menatap tajam ke Azizah, "Bisa gak, sih? Kamu tuh bicara yang baik?! Aku tuh mau bicara, wajah kamu kaya gak suka gitu?"

"Siapa yang gak suka, Mas? Aku capek, tadi ada rapat di sekolah. Jadi pulangnya agak sore," jelas Azizah, mencari alasan. Nyatanya memang saat ini dia kesal.

"Sekolah lagi, sekolah lagi. Kapan sih kamu akan sadar kalau hasil yang kamu dapatkan menjadi seorang guru SD itu gak seberapa? Kamu itu lulusan S1, universitas terkemuka di Indonesia. Masa sih, kamu cuma mengharapkan gaji dari guru honorer doang? Buat mencukupi kebutuhan kamu sendiri aja gak cukup!"

"Sebentar, Mas. Jadi kamu mengajak aku ngobrol cuma untuk menghina profesi aku? Kalau cuma untuk itu, maaf lebih baik aku kembali ke kamar," bantah Azizah mulai terpancing emosi.

"Stop! Bukan soal itu saja. Tapi ada yang mau aku bicarakan sama kamu."

"Ya sudah, bicara saja. Soal apa?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status