Share

Part 4 (Bertemunya kembali, Azizah dengan Ferdy)

"Apaan, sih? Kamu tiba-tiba bawa Ega? Aku paling gak suka kamu tuh suka curiga sama dia!" Galang mulai terpancing emosi.

Selain itu.

Azizah bertanya tentang hal itu juga bukan tanpa alasan. Justeru dia sadar, jika antar Galang dan Ega yang sudah sejak dulu menjadi asisten pribadinya memiliki suatu hubungan spesial. Walaupun memang, Azizah belum pernah melihat secara langsung dari depan mata kepalanya. Tapi kecurigaan dia sebagai seorang istri mengatakan demikian. Sudah sejak lama, ia merasakan jika hubungan antar suaminya dan Ega bukanlah sekedar hubungan sebatas rekan kerja saja. Tapi memang ada yang lain, pastinya yang lebih spesial.

"Trus, Mas chatan dengan siapa malam-malam begini? Bukankah waktu kerja harusnya sudah habis?" tanya Azizah memperjelas.

"Kamu tuh, ya. Selalu saja beranggapan buruk tentang semua yang aku lakukan. Kamu tahu, aku baru saja nanyain kepada Ferdy siap lowongan pekerjaan itu. Kamu paham?"

"Ferdy? Itu teman kamu yang buka lowongan di kantornya itu?"

"Iya, dia juga lulusan universitas yang sama dengan kamu. Tapi mungkin beda jurusan."

"Lulusan dari Universitas yang sama? Emang dia jurusan apa? Namanya seperti tidak asing."

"Kamu pasti tidak kenal. Ayahnya pengusaha bidang Migas dulunya. Sekarang perusahaan itu dia ambil alih."

Deg!

Entah kenapa, saat mendengar nama dan apa pekerjaan orang tua dari teman Galang itu. Azizah langsung teringat, pada salah satu kakak kelas di kampus yang memang dulu cukup dekat dengannya. Memang, bukan sebuah hubungan spesial. Tapi Ferdy yang Azizah ingat memiliki hubungan melebihi dari sekedar sahabat dengannya. Bahkan bisa dikatakan, mereka memiliki hubungan tanpa status dulunya. Saling punya rasa, tapi tidak pernah ada kata jadian. Sampai akhirnya, waktu memisahkan.

Bagaimana tidak sampai teringat?

Ferdy yang ada dalam ingatan Azizah saat ini, juga memiliki orang tua yang cukup kaya raya dulunya. Pemilik perusahaan Migas, yang namanya cukup terkenal dulu. Bahkan bisa dikatakan, Ferdy yang Azizah kenal dulu adalah salah satu anak orang terkaya yang belajar di Universitas itu. Cuma memang, ia terkena dengan sikapnya yang rada cupu. Banyak sekali gadis-gadis cantik di kampus yang suka padanya. Tapi memang, Ferdy bisa dikatakan sangat sulit dekat dengan seorang wanita. Ia hanya mahasiswa yang tekun belajar dan takut dengan kaum hawa. Teman wanita yang dekat dengannya, bisa dihitung dengan jari. Salah satunya Azizah, itu juga dikarenakan Azizah dulu adalah gadis yang sedikit agak tomboy. Jadi, Ferdy bisa sedikit lebih nyaman dengannya.

Masih ingat jelas dalam ingatan Azizah.

Saat-saat mereka sering menghabiskan waktu bersama ketika habis mata kuliah. Mulai dari makan bersama di kantin, sampai sering sekali mereka menghabiskan waktu bersama untuk menonton bioskop. Banyak juga, teman lain yang menganggap Azizah dan Ferdy sudah berpacaran. Tapi nyatanya tidak, sebagai seorang lelaki Ferdy tidak pernah menyatakan perasaan kepada Azizah. Walaupun mungkin, jika hal itu terjadi akan sulit bagi Azizah untuk menolak. Karena memang, ia juga sudah lama sekali merasakan perasaan nyaman kepada Ferdy. Tapi sebagai wanita, ia tidak mungkin menyatakan terlebih dahulu tentang perasaan itu. Sampai akhirnya, mereka lulus kuliah dan sejak saat itu tidak pernah bertemu kembali. Sampai saat ini.

"Hey? Kamu kok diam? Masih mikirin tentang aku dan Ega?" tanya Galang sontak menyadarkan Azizah dari lamunannya.

Sontak.

Azizah pun langsung terkejut, "Gak, Mas. Cuma mendengar nama teman kamu tadi aku dan teringat pada teman kuliah aku dulu. Tapi pasti, mereka orang yang berbeda. Aku tidak punya teman anak orang kaya, seperti yang sering kamu bilang," sanggah Azizah, "Lalu bagaimana, dia mau menerima aku di sana?"

"Nanti ia kabarkan lagi. Tapi kamu Siap-siap aja resign dari sekolah. Pasti kamu diterima di sana. Ingat, kamu jangan berubah pikiran lagi. Ini demi kita kedepannya. Kamu paham?"

"InsyaAllah, Mas. Aku akan ikut apa yang kamu mau. Ya sudah, aku pamit istirahat dulu. Aku ngantuk."

"Ya sudah, pergi sana."

Ya, obrolan malam itu pun berakhir dengan keputusan Azizah yang mau mengikuti apa yang diinginkan sang suami. Meski memang, ia sendiri tidak yakin dengan keputusan yang dia buat. Yang ada dalam pikirannya saat ini, dia harus percaya dengan keputusan yang dibuat sang suami. Sebagai keharusan, sebagai seorang istri yang baik.

***************************

Pagi pun tiba.

Saat ini, Azizah sedang bersiap-siap untuk berangkat mengajar. Sedangkan Galang, masih terlelap dalam tidurnya. Ya, azizah tahu sang suami pasti akan sangat kesal jika dibangunkan. Jadinya, ia membiarkan saja Galang tertidur dengan pulas.

Hari ini dia sengaja berangkat lebih cepat.

Padahal hari ini dia ada jam mengajar agak siang. Azizah berencana pergi ke supermarket untuk membeli bebarapa bahan makanan yang sudah habis. Azizah mengenakan gamis berwarna hijau muda, lengkap dengan beberapa accessoriesnya. Bisa dikatakan, Azizah yang sekarang jauh lebih menjaga penampilannya. Jauh berbeda, dengan dia ketika masih berkuliah dulu.

Pukul 08:46.

Azizah tiba di salah satu supermarket tempat dia biasa berbelanja. Sampai di sini, semuanya masih biasa saja. Ia tidak tahu, jika nanti dia akan bertemu dengan seseorang yang akan hadir dalam hidupnya ke depan.

Seperti biasanya.

Azizah mulai memilih bebarapa makanan di supermarket. Ia harus detail memilih harga, paling tidak mencari bahan makanan yang jauh lebih murah dari biasanya. Karena memang, jatah uang belanja yang dia terima belakang berkurang. Tidak ingin berpikir terlalu jauh, ia hanya menyadari apa yang sedang terjadi dengan suaminya. Keadaan perusahaan yang sedang diujung tanduk, pasti penyebab dari semuanya.

Saat dia sedang serius memilih bahan makanan.

Terdengar seorang pria bertanya di sampingnya, "Maaf, Mbak. Yang namanya sayur kubis yang mana, ya?" tanya pria tersebut.

Mendengar hal itu.

Azizah pun langsung mengambilkan sebungkus kubis dan memberikan kepada lelaki itu tanpa melihat wajahnya terlebih dahulu. "Ini, Mas," ucap Azizah.

Tidak mendengar jawaban.

Azizah pun langsung melihat ke arah pria itu. Dan apa? Saat ini pria yang tengah berdiri di dekatnya adalah Ferdy. Teman lama, atau mungkin cinta lamanya yang berlalu begitu saja. Ya, bukan hanya Ferdy. Kini Azizah pun langsung terdiam beberapa saat memandang wajah Ferdy yang saat ini terlihat begitu elegan dengan jas biru yang ia kenakan.

"Azizah? Ini beneran kamu?" tanya Ferdy terkejut.

Tidak menjawab, Azizah hanya tersenyum geli.

Entah apa, yang ada di dalam pikiran Azizah sekarang.

"Kenapa? Maaf kalau saya salah orang, maaf sekali lagi," ucap Ferdy dengan wajah memerah. "Ya sudah, saya pamit, Mbak. Makasih sekali lagi," ucap Ferdy sembari membawa sebungkus kubis ditangannya.

"Sebentar, Fer. Itu beneran kamu?" tanya Azizah sembari berusaha menahan tawa.

Sontak.

Ferdy pun langsung menghentikan langkah kakinya dan langsung berputar arah melihat Azizah yang saat ini sudah dia belakangi. "Tuh kan benar, kamu Azizah?" tanyanya sembari mengangkat kedua alis.

"Iya benar, apa kabar kamu?"

Sebuah pertanyaan awal, dari sebuah cerita panjang yang akan terjadi kedepannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status