Share

Part 5 (Awal perbincangan antara Azizah dan Ferdy)

Pertemuan yang tanpa disengaja atau tidak itu, membuat senyum terpancar di wajah mereka masing-masing. Entah, ini disebut pertemuan antara kedua sahabat lama atau justru kembali bertemunya dua hati yang sempat punya cerita indah. Walau dulu, tidak berakhir dengan indah. Tidak bisa dipungkiri, senyuman di wajah mereka berdua memiliki makna yang dalam. Dan hanya mereka, yang dapat merasakan dan menyebut kebahagiaan itu sebagai kebahagiaan apa di diri mereka masing-masing.

Walaupun di sisi Azizah.

Mungkin ia sadar, saat ini ia sudah tidak lagi seperti dulu. Jika dulu, ia sering memukul canda atau bahkan kadang sengaja melompati baju Ferdy layaknya seorang anak kecil yang ingin digendong oleh sang kakak. Tapi kali ini ia sadar, dia bukan lagi azizah yang dulu. Saat ini dia sudah bersuami dan menjadi milik orang lain. Meski tadi, hal itu sempat terlintas kembali di dalam ingatannya. Walau hanya sekilas.

"Alhamdulillah, Baik. Kamiu gimana, Zah?" tanya Ferdy sedikit sungkan dan dengan bibir yang sedikit gemetar. Inilah salah satu yang menjadi penyakit bawaannya, suka ketakutan kalau di depan wanita. Apalagi, penampilan azizah saat ini jauh berbeda dengan gadis tomboy yang dulu ia kenal beberapa tahun lalu. Atau juga, ini dikarenakan perasaan yang lama kembali datang padanya.

"Alhamdulillah, saya juga baik. Ohh ya, memangnya istri kamu kemana? Kok kamu yang belanja bahkan makanan seperti ini? Pakai jas pula," tanya Azizah sembari kembali menutup mulut dengan telapak tangan, menahan tawa.

Terlihat.

Saat ini Ferdy semakin salah tingkah. Ia tidak dapat menahan senyuman manis dari Azizah, yang nyatanya masih mampu membuat hatinya bergetar. "Emmm ... bukan begitu, aku sebenarnya ......"

"Sudah tidak usah dijawab. Aku tahu, kamu pasti jadi suami yang takut dengan istri bukan? Memang kamu tidak berubah dari dulu, Fer. Selalu lemah menghadapi wanita," ucap Azizah memotong perkataan Ferdy.

Tidak menjawab.

Ferdy hanya menundukkan kepala sembari tersenyum kecil. "Ohh ya, kamu ada waktu? Boleh kita mengobrol sebentar? Ya, gak maksa, sih. Tapi disebelah kopinya enak, loh."

Azizah terdiam sesaat.

Kemudian menatap jam di handphonenya. "Setengah jam boleh, tapi aku selesaikan berbelanja sebentar gimana?"

"Ok, gak masalah. Jadi aku tunggu di cafe sebelah, ya?"

"Memang kamu sudah selesai berbelanja? Cek lagi catatan belanja dari istrimu, entar kalo salah kena marah loh," canda Azizah mencoba menggoda Ferdy.

"Sudah cukup, cuma ini saja. Lagian ini titipan seseorang."

"Halah. Masih saja malu-malu. Tidak apa, Fer. Namanya suami takut dengan istri itu selama masih dalam hal wajar tidak masalah. Ya sudah, aku mau lanjut belanja dulu. Kamu tunggu di cafe saja."

"Ok, Zah. Awas kalau kamu tidak datang."

"Siap, Pak Bos!"

*************************

Dengan wajah sumringah.

Ferdy pun langsung berjalan menuju kasir, untuk membayar sayuran yang dia beli. Mungkin, bagi Azizah Ferdy datang ke sini untuk berbelanja seperti orang lain. Dia tidak tahu, jika supermarket ini juga adalah milik Ferdy.

"Pagi,Pak. Maaf, ini mau dibayar, juga?" tanya Mbak kasir karena tahu siapa sebenarnya Ferdy.

"Ya seperti biasa, saya bayar. Ohh ya, kamu tahu wanita berhijab yang mengobrol dengan saya tadi?" tanya Ferdy.

"Ya saya lihat, memangnya kenapa, Pak?"

"Nanti, seluruh barang belanjaan dia masukkan ke tagihan saya saja. Nanti, setelah selesai dari cafe saya balik lagi ke sini."

Sang kasir pun langsung terkejut, "Semuanya, Pak?"

"iya, kenapa? Kamu kurang jelas?"

"Baik, Pak."

"Ok," jawab Ferdy sembari memberikan salah satu dari berbagai macam kartu di dalam dompetnya.

Di cafe yang berada tepat di sebelah supermarket ini.

Yang pasti, memang masih berada di satu gedung yang merupakan milik Ferdy juga. Ia memilih sebuah meja untuk dua orang yang berhadapan langsung dengan dinding kaca menghadap ke arah jalan. Salah satu tempat favorit Ferdy ketika singgah ke cafe ini.

Tidak lama Ferdy datang.

Beberapa karyawan pun langsung memanggil manager cafe, karena mengira kedatangan Ferdy ke sini untuk mengecek perkembangan cafe. Padahal bukan. "Maaf, Pak. Saya a tidak tahu bapak mau datang, mau minum apa, biar saya suru karyawa membuatkan," tanya pria muda, manager yang diminta oleh Ferdy untuk mengelola cafe ini.

"Ohh bukan. Saya datang ke sini karena ada janji sama teman. Nanti saja, saya pesan minuman ketika dia sudah datang," jawab Ferdy sambil membalas chat sang ibu karena akan sedikit terlambat mengantarkan pesanan kubisnya.

"Ohh begitu, saya kira Bapak mau cek laporan cafe."

"Tidak. Tapi saya minta, dia jangan sampai tahu jika saya pemilik cafe ini. Anggap saja, saya seperti pelanggan lainnya. Kamu pahan?"

"Baik, Pak."

"Ok, Bagus. Sekarang bawa kembali berkas-berkas kamu. Sebentar lagi teman saya datang."

"Baik, Pak. Saya permisi dulu."

Benar saja.

Tidak lama terlihat Azizah berdiri tepat di depan cafe, mencari keberadaan Ferdy sembari membawa beberapa kantong belanjaan yang terlihat cukup kesusahan dibawa. Melihat hal itu, Ferdy pun langsung bergegas keluar untuk menemui Azizah. "Loh, kamu kok gak bilang barang belanjaan kamu sebanyak ini? Sini biar aku bantu," ucap Ferdy sembari mengambil beberapa kantong belanjaan di tangan Azizah.

"Tidak usah, Fer. Aku sudah terbiasa ....."

Belum sempat Azizah menjawab, semua kantong sudah berpindah ke tangan Ferdy. "Ya aku tahu, kamu dulunya itu jelmaan cowo. Tapi sekarang kamu kan sudah jadi wanita tulen, aku wajib bantuin kamu, dong?"

"Hah? Apa bedanya?" tanya Azizah sembari mengangkat kedua alisnya.

"Lihat penampilan kamu sekarang, jauh berbeda dengan Azizah yang dulu aku kenal."

"Ya kamu juga sama, sekarang sudah terlihat lebih gagah. Tidak culun seperti dulu, sudah kaya bos besar saja kamu," canda Azizah membalas.

"Emang bener? Tapi gak, sih. Aku cuma staff marketing di perusahaan makanan. Ya memang penampilannya harus rapi bukan?"

"Lah, kamu gak lanjutin perusahaan milik ayah kamu?"

"Gak, Zah. Aku mau berdikari sendiri. Tanpa bantuan orang tua."

"Wihh keren kamu."

"Biasa aja. Jadi, sekarang kita mau mengobrol di sini saja sambil berdiri. Atau mau masuk dan duduk santai sambil menikmati kopi di dalam sana?"

"Kayaknya lebih bagus seperti ini, deh. Sudah lama aku gak nyiksa kamu seperti ini," jawab Azizah sembari melemparkan senyum di wajahnya. Entahlah, bagi Ferdy senyuman itu kembali lagi mampu mengetarkan hatinya. Tapi ia sadar dan sudah tahu, jika memang Azizah kini adalah istri dari sahabatnya sendiri.

"Beneran?" tanya Ferdy sembari mengangkat kedua alisnya.

"Gak, aku cuma becanda. Ya sudah ayo kita duduk. Waktu aku gak banyak, ada jadwal mengajar sebentar lagi."

"Wah? Kamu sudah jadi Cikgu?"

"Iyelah, tapi muredku bukanlah upen ipen. Paham tak?" jawab Azizah sembari berjalan masuk ke dalam cafe dengan tawa lepas.

Jauh berbeda.

Azizah lebih banyak melepaskan senyum bahkan ketika baru beberapa saat ketemu dengan Ferdy. Sesuatu yang seharusnya ia dapatkan di dalam rumah oleh suaminya sendiri. Galang.

Tapi yang ada hanya luka dan omongan kasar yang tidak jarang melukai yang dia dapatkan. Seandainya saja, takdir bisa berkata lain .......

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status