Share

Ada Aku Disini

Sepulang dari rumah Pak Widodo, sama sekali tak ada pembicaraan antara Pak Edwin, Nyonya Mela dan Axele.  Pak Edwin sengaja tidak memilih diam, karena ia tahu jika istri dan putranya masih kesal dengan keputusan yang ia ambil untuk mempercepat pernikahan.

Setibanya di rumah, Axele langsung masuk ke dalam kamar. Padahal Lexio yang sedang berada di teras hendak menggoda kakaknya. Melihat ketegangan di wajah Axele, mama dan papanya, Lexio pun mengurungkan niatnya dan pergi menyusul ke kamar kakaknya.

Tok..tok..tok..

"Siapa?" ucap Axele.

"Aku kak," jawab Lexio.

"Masuk aja, gak aku kunci."

Lexio lalu masuk ke kamar Axele setelah mendapat persetujuan dario pemilik kamar. Lexio dapat melihat kekecewaan dan kekesalan di wajah kakaknya yang sedang duduk di samping ranjang sambil menangkup wajah dengan kedua tangannya.

Lexio lalu berbaring di atas ranjang kakaknya dengan tangan yang ia tindihi kepala sambil melihat dinding atap kamar.

"Gimana kak hasil rapat perjodohan tadi. Calon kakak iparku cantik gak?" tanya Lexio.

"Cih.., sama sekali tidak. Kalau di bandingkan dengan Sofia tidak ada seujung jarinya," jawab Axele.

"WHAT??" Lexio bergegas bangkit dari ranjang dan duduk menyebelahi kakaknya.

"Serius kak?"

"Hmm, memang kamu gak bisa lihat mimik wajah aku," cetus Axele.

Lexio hanya menggeleng gelengkan kepalanya. Ia masih tak percaya dengan ucapan Axele barusan.

'Kamu kenapa?" tanya Axele heran. Ia melihat Lexio seperti sedang berfikir.

"Aku masih gak percaya sih ucapan kamu kak. Soalnya papa bilang kalau wanita yang akan di jodohkan papa itu sangat cantik. Lah kalau sama Kak Sofia aja masih kalah jauh terus kayak apa wajahnya ya kak? Secara Kak Sofia kan B aja," jawab Lexio.

Bughh...

Axele langsung melempar bantal ke wajah adiknya yang sudah berani menghina pacarnya.

"Kak, kok kamu timpuk aku  pakai bantal sih," protes Lexio.

"Ya biar kamu tidak menghina pacar kakak lagi."

"Menghina?" Lexio menjetikkan jarinya ke dahi sambil mengingat ingat lagi perkataannya tadi.

"Oh yang aku bilang Kak Sofia B aja? Aku kan cuma bicara fakta kak. Bagi aku Kak Sofia itu gak terlalu cantik sih. Dia mah cantik skin care doang kali kak. Ya mungkin tipe kita beda kak. Gak usah sensi gitu kenapa."

Axele melirik sekilas mata adiknya, lalu kembali menatap datar ke depan.

"Lexio," lirih Axele.

"Yes brother."

"Apa kamu mau menggantikan aku menikah besok. Jujur aku masih belum bisa jika harus memutuskan hubunganku dengan Sofia. Dan aku juga belum siap jika nanti Sofia kecewa lalu membenciku karena aku menikahi wanita lain," ucap Lexio.

"APA." kedua bola mata Lexio seakan mau copot mendengar permintaan kakaknya.

"Tolong aku Lexio," ucap Axele kembali. "Kamu kan tidak sedang memiliki hubungan dengan siapa pun. Jadi tidak akan ada yang tersakiti dengan perjodohan ini."

Lexio menarik nafasnya sejenak lalu mengeluarkan pelan pelan.

"Maaf kak. Bukannya aku tidak mau, tapi jika aku mau menggantikan posisi kakak, apa kak Axele sudah siap untuk tidak mendapat sepersen pun harta papa. Aku sempat mendengar perdebatan mama dan papa kemarin malam. Jika memang dari awal aku yang di jodohkan, aku sama sekali tidak keberatan kak. Lagipula papa pastI menginginkan yang terbaik buat kamu. Jadi menurut aku, terima sajalah kak perjodohan ini. Siapa tahu suatu saat kak Axele bisa mencintai wanita pilihan itu," ucap Lexio.

"Itu tidak akan pernah terjadi. Jika kamu memang tidak mau membantuku, baiklah. Aku kan tetap menikahi wanita itu. Tapi jangan harap aku akan memperlakukan dia dengan baik."

"Kak Axele, jangan bicara seperti itu kak. Lebih baik kakak mencoba untuk.."

"Sudah Lexio, Aku ingin sendiri. Cepat keluar, daripada aku melampiaskan kemarahan ku sama kamu."

"Baiklah kak. Aku keluar. Aku harap kakak ikhlas menerima jodoh dari papa. Sekali lagi maaf kak, karena aku tidak bisa membantu kakak."

Sebelum menutup pintu, Lexio masih menatap Axele yang mulai membantingi beberapa barang di dekatnya.,

Meski merasa iba, tapi Lexio tahu persis jika keputusan papanya ini demi kebaikan kakaknya.

"Aku berharap Kak Axele tidak bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Karena aku juga tidak tega dengan wanita pilihan papa yang menjadi korban kemarahan kakak nantinya," batin Lexio.

****

Satu minggu berlalu, dan hari ini adalah akad nikah Axele dan Laudia digelar. Bukan pesta pernikahan yang mewah seperti keinginan papanya. Axele sengaja tidak mau mempublish pernikahannya dan bersedia menikh dengan syarat tidak mengadakan pesta besar dan mengundang awak media.

Itu semua Axele lakukan hanya demi menjaga hati kekasihnya yang akhirnya mau menerima alasan Axele menerima perjodohan papanya.

Laudia sudah bersiap menunggu kedatangan calon suaminya di dalam kamar. Dan kini Pak Edwin beserta keluarga sudah tiba di rumah Pak Widodo.

"Tolong bawa Laudia keluar ya," titah Pak Widodo pada perias yang mendandani putrinya.

"Baik pak."

Laudia pun langsung diajak keluar dari kamar dan duduk di depan penghulu dimana Axele sudah duduk terlebih dulu disana.

Saat Laudia keluar dari kamar, Axele sama sekali tak berkedip menatap kecantikan Laudia. Ia masih tak percaya, saat pertemuan pertamanya Laudia nampak seperti gadis biasa. Tapi sekarang ia bak putri cinderella.

Bukan hanya Axele, tapi Lexio pun sama. Kenapa kakaknya bisa berkata jika wanita pilihan papanya sangat buruk padahal kenyataannya Laudia jauh jauh diatas Sofia.

"Arghh, Kak Axele ini buta kali ya. Wanita secantik ini di bilang jelek. Emang perlu periksa mata tuh Kak Axele. Dasar bodoh. Kalau aku yang dijodohkan, gak usah mikir langsung aku bilang yes lah," gumam Lexio.

Ternyata Laudia juga merasakan hal yang sama dirasakan oleh Axele. Ketampanan Axele meluluh lantahkan hatinya. Bahkan jantung Laudia lebih berdetak hebat dibandingkan saat pertemuan pertamanya dengan Axele.

"Mas Axele, kamu begitu tampan dan gagah mas. Aku beruntung bisa menjadi istri kamu. Dan aku sama sekali tidak menyesal menerima perjodohan kita ini mas," batin Laudia.

Sekarang Laudia dan Axele sudah duduk bersebalahan. Tangan Pak Widodo lalu menjabat tangan Axele dan membacakan ijab qobul.

Cukup satu kali berkata, suara SAH pun terdengar memenuhi isi ruangan.

Laudia pun langsung mencium punggung tangan Axele yang dibalas dengan sebuah kecupan dari Axele di kening Laudia.

Semua nampak bahagia, hanya Nyonya Mela yang malas melihat pemandangan menjijikan ini. Andai dulu dia menyetujui hubungan Axele dan Sofia, dia tidak akan mendapat menantu kere dan pelayan seperti Laudia.

Nyonya Mela menyesal telah meminta suaminya agar mencari istri untuk putranya Axele. Pekerjaan Sofia yang modeling membuat Nyonya Mela sedikit keberatan. Harapannya ingin mempunyai menantu anak pejabat atau keluarga terpandang untuk Axele bukan malah anak dari orang miskin seperti ini. Tahu begini dia lebih setuju jika Axele menikah dengan Sofia daripada Laudia.

Kini Laudia dan Axele sudah duduk bersimpuh di hadapan Pak Edwin dan Nyonya Mela. Hanya Pak edwin saja yang memberi petuah untuk anak dan menantunya.

Selesai meminta restu dengan orang tua Axele, mereka berdua duduk bersimpuh di kaki Pak Widodo.

"Semoga pernikahan kamu dan Laudia langgeng. Dan hanya maut yang bisa memisahkan kalian ya nak. Bapak titip Laudia. Tolong kamu gantikan tugas bapak untuk menjaganya," ucap Pak Widodo.

"Baik pak. Axele akan menjaga Laudia," jawab Axele singkat.

Belum sempat Laudia meminta restu pada bapaknya, Pak Widodo langsung tergeletak sambil memegang dadanya.

"BAPAK," teriak Laudia.

"Widodo kamu kenapa Wid," ucap Pak Edwin.

"Lexio cepat kamu siapkan mobil ke rumah sakit. Cepat Lexio," Pak Edwin kembali bersuara dengan nada yang lebih tinggi.

Axele pun juga ikut mendekati tubuh bapak mertuanya. Ia mengecek denyut nadi di tangan PAk Widodo.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Laudia, bapak kamu sudah meninggal," ucap Axele.

Laudia langsung mendekati tubuh bapaknya sambil berteriak dan menangis histeris.

"BAPAK!! Jangan tinggalin Laudia pak," seru Laudia.

Hati Axele pun tersentuh. Ia merangkul pundak istrinya dan menyandarkan kepalanya di bahunya.

"Sabar Laudia. Ikhlaskan bapak ya. Sekarang ada aku yang menjaga kamu. Jangan sedih lagi ya," ucap Axele.

"Iya mas."

Laudia lalu menarik tangan bapaknya sambil menciumnya sebagai penghormatan seorang anak untuk orang tuanya.

"Bapak Laudia janji akan jadi istri yang baik untuk Mas Axele sesuai pesan bapak kemarin," ucap Laudia dalam hati sembari mencium kening bapaknya untuk terakhir kali.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status