Share

Love Me Please, My Husband
Love Me Please, My Husband
Penulis: Cintya Devi

Rencana Perjodohan

Claudia Kirana Widodo, gadis berusia 20 tahun yang bekerja sebagai waitres di salah satu restoran ternama. Laudia nama sapaannya, adalah seorang anak tunggal yang harus bekerja keras demi membantu pengobatan sang ayah yang sekarang sering sakit-sakitan semenjak kematian ibunya satu tahun yang lalu.

Laudia begitu sayang dengan ayahnya. Bahkan hampir  tak pernah Laudia menolak apapun keinginan ayahnya.

"Laudia kamu nanti pulang kerja jam berapa?" tanya Pak Widodo saat melihat Laudia tengah bersiap berangkat kerja.

"Sore pak ,paling jam 4 aku udah sampai rumah," jawab Laudia sambil mencium punggung tangan ayahnya.

"Gak lembur kan nak?"

"Enggak pak. Memang ada apa pak?"

"Nanti kamu juga akan tahu."

Laudia memicingkan sebelah matanya. Dirinya begitu penasaran dengan teka teki dari ayahnya barusan. Namun saat melihat jam di dinding, Laudia bergegas pergi bekerja sebelum dia terlambat yang konsekuensinya nanti uang tips bulanannya akan di potong.

"Issh bapak pakai main teka teki silang. Sekarang Laudia pamit kerja dulu ya pak. Assalamualaikum," ucap Laudia.

"Walaikumsalam. Hati hati di jalan Laudia."

"Iya pak," Laudia berteriak dari pintu luar.

Sesaat setelah Laudia pergi, Pak Widodo menghubungi seseorang yang tak lain sahabat semasa sekolahnya dulu.

"Hallo Win, nanti kamu jadi kemari bukan?" ucap Pak Widodo.

"Jadilah Wid. Nanti akan aku ajak istri dan anakku ke rumah kamu."

"Baiklah aku tunggu. Tapi apa kamu yakin ingin menjodohkan anak kita? Kamu tahu kan, aku ini orang gak punya. Gak pantas jika aku berbesanan dengan kamu seorang pengusaha kaya raya."

"Haissh..Kamu bilang apa sih Wid. Kamu lupa ,dulu aku juga orang gak punya. Dan saat aku bisa jajan kamu selalu mentraktirku dan selalu membagi apa yang kamu punya denganku. Aku tal lupa semua itu Wid."

"Tapi Win, kalau anak kamu menolak perjodohan ini bagaimana?"

"Tidak akan. Terus kalau anak kamu yang menolak bagaimana?" tanya Pak Edwin balik.

"Tidak akan juga. Karna Laudia tidak pernah menolak keinginanku."

"Bagus deh kalau begitu. Nanti malam aku ke rumahmu. Aku sudah tidak sabar ingin menikahkan putraku dengan putrimu. Aku yakin Axele akan terpesona dengan kecantikan putrimu Wid."

"Arghh kamu terlalu berlebihan memuji Laudia."

"Apanya yang berlebihan, itu faktanya Wid. Eh sudah dulu ya, aku mau ada meeting bersama klien. Nanti malam kami pasti datang tepat waktu."

"Oke Win aku tunggu kedatangan kalian."

Setelah menutup telpon, Pak Widodo memandang foto Laudia di ponselnya. Ia mengusap usap layar ponselnya sambil menitihkan air mata.

"Bapak harap setelah kamu menikah dengan putranya Edwin, hidup kamu tidak lagi susah nak. Dan kamu tidak perlu bekerja terlalu keras, karna suami kamu pasti akan memenuhi semua kebutuhan kamu. Bapak hanya ingin yang terbaik untuk kamu," batin Pak Widodo.

Di Perusahaan Winsel Aditama Group ..

Pak Edwin masuk ke ruang kerja Axele dan kebetulan disana ia melihat putranya sedang menelpon seseorang.

"Nanti aku telpon lagi ya baby," lirih Axele pelan lalu dengan segera ia mematikan panggilannya dengan Sofia, pacarnya.

Axele bergegas berdiri. Menghampiri papanya yang baru saja melangkah masuk kedalam ruang kerjanya.

"Ada apa pah ,kok tumben sampai datang kemari. Kenapa gak minta Axele untuk ke ruang kerja papa?" tanya Axele.

"Duduklah Xel, ada yang ingin papa bicarakan sama kamu."

Axele mengeryitkan dahinya sambil menaikkan satu alisnya. "Bicara soal apa pah?" Axele mulai penasaran. Papanya yang memasang wajah serius, membuat Axele malah bingung sendiri.

"Duduk dulu lah Xel. Masak mau bicara sambil berdiri?" titah Pak Edwin.

"Iya pah."

Sesaat kemudian Axele duduk disamping papanya. Mulutnya masih tertutup rapat, tak berani mendesak papanya untuk memulai pembicaraan.

Pak Edwin menyilakan sebelah kakinya ke atas dengan tangan mengelus elus dagunya.

"Xel, tahun ini usia kamu berapa?"

"Masuk 29 pah."

Pak Edwin hanya manggut manggut. "Kamu anak nomor berapa?"

"Satu lah lah. Kan anak papa cuma ada dua. Axele dan Lexio. Ada apa sih pah ,kok malah muter muter gini. Langsung aja deh ke intinya," sewot Axele. Dia sudah tahu, pasti papanya akan menanyakan tentang rencana pernikahannya.

Pak Edwin kembali mengangguk-anggukan kepalanya. "Xel, papa ingin kamu menikah."

Axele mendengus kesal. Tebakannya benar kan, jika papanya akan menanyakan hal itu kembali.

"Pah, tapi kan Axele dan Sofia..," belum sempat Axele memberi penjelasan, papanya langsung memberi pernyataan.

"Papa akan menjodohkan kamu dengan anak sahabat papa."

Duerr...

Axele seperti tersambar petir di siang bolong. Tentu ,dengan tegas Axele langsung menolak rencana papanya. Pertama ini sudah tahun milenial, bukan lagi Siti Nurbaya. Gak jaman lagi buat jodoh jodohan. Kedua, Axele sudah punya Sofia. Mana bisa ia meninggalkan Sofia begitu saja. Mendapatkannya saja butuh waktu berapa tahun, dan sekarang dia harus melepaskannya begitu saja. Oh tentu tidak bisa. Pikirnya.

"Gak pah, Axele gak mau. Lagian Axele sudah punya Sofia," bentak Axele.

Plokk...Plokk..Plokkk..

"Cih, Sofia?" Pak Edwin memasang senyuman masam kearah Axele, lalu kembali melanjutkan ucapannya.

"Berani kamu menolak keinginan papamu Axele?" ucapnya.

"Ya tentu pah. Karna Axele bukan lagi anak kecil yang masih bisa papa atur."

"Oh jadi kamu sudah merasa dewasa?" Pak Edwin menatap sinis putranya dengan sedikit senyum getir ia pasang di bibirnya.

"Ya jelaslah. Umur Axele hampir 29. Itu tandanya Axele sudah cukup dewasa untuk menentukan apa yang baik untuk Axele dan apa yang tidak," jawab Axele ketus.

"Oke ,no problem. Jika itu mau kamu, biar nanti Lexio yang menggantikan perjodohan dengan anak sahabat papa. Tapi jangan salahkan papa jika hanya ada nama Lexio di dalam hak waris nantinya."

Glek...

Nafas Axele mulai naik turun. Tangannya juga mengepal. Amarah pada papanya semakin meluap. Papanya selalu begini, tak pernah bisa berubah. Ketika ia menginginkan sesuatu, pasti itu harus tercapai.

"Papa rasa sudah tidak ada yang perlu papa bicarakan dengan kamu disini. Nanti papa akan telpon Lexio jika sudah pulang dari kampus. Dan papa akan minta dia untuk menikah dengan anak sahabat papa itu," ucap Pak Edwin.

Axele di buat bingung dengan keadaan ini. Ia tak mau menyakiti hati wanita yang sudah susah payah dapatkan selama ini. Tapi jika ia menolak, sudah di pastikan Axele tidak akan mendapat sepeser pun uang dari papanya. Axele tahu betul gimana sifat papanya. Sekali bilang itu ya itu. Tidak akan pernah dirubah lagi.

"Arghhh..,". Axele mengacak kasar rambutnya. Frustasi sendiri memikirkan permintaan papanya.

"Pah tunggu pah," seru Axele.

Pak Edwin menyunggingkan senyuman liciknya saat memunggungi tubuh Axele. Dan sesaat ia kembali membalikan badan.

"Ada apa Axele?" Pak Edwin menaikkan sebelah alisnya.  Pura pura tidak tahu alasan Axele memanggilnya kembali.

"Oke oke. Axele mau menerima perjodohan ini," ucap Axele terpaksa.

Pak Edwin begitu senang mendengar ucapan Axele. Ia pun langsung memeluk tubuh Axele sambil mengelus elus punggungnya."

Nah, ini baru anak papa. Nanti malam kita ke rumah calon istrimu ya Xel," ucapnya kembali.

"Hmmm. Terserah papalah. Axele nurut," jawab Axele sambil memutar kedua bola matanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status