Share

Hadiah Dari Papa

Mobil Axele mulai memasuki halaman rumah. Dan kedua mata Laudia memandang takjub melihat rumah mewah papa mertuanya.

"Mas, ini rumah kamu?" ujar Laudia lirih.

"Iya. Aku tahu kamu pasti kagum dan terkejut bukan melihat rumah papa."

"It--itu mas. Aku hanya.."

Sambil tertawa, Axele langsung menyela perkataan Laudia.

"Tidak perlu kamu jawab, aku sudah tahu jawabannya. Dari awal menikah, kamu pasti sudah bahagia bisa bersanding dengan anak pengusaha terkenal dan kaya kayak aku. Sudah ayo turun, dan ingat jangan bilang apapun pada papa dan mama soal Sofia. Kamu mengerti Laudia?"

Laudia hanya mengangguk sambil menahan air yang hampir jatuh dari kedua kelopak matanya.

"Iya mas aku mengerti."

"Bagus. Aku senang karena kamu mau mengikuti keinginanku," ucap Axele sambil mengelus-elus pucuk rambut Laudia.

Saat Axele keluar, pecah sudah tangis Laudia. Mengapa nasibnya menjadi wanita yang tersakiti. Menikah karena perjodohan, mencintai suami sendiri tapi suaminya malah memiliki hubungan dengan wanita lain , kehilangan bapaknya dan terakhir di hina dan di rendahkan oleh suaminya sendiri. Lengkap sudah penderitaannya sekarang.

Axele kembali mengetuk jendela mobil. Dan meminta Laudia untuk segera turun.

"Kamu itu ngapain aja di dalam. Cepat kita masuk, papa pasti sudah menunggu kita di dalam," cetus Axele.

"Iya mas."

Axele berjalan lebih dulu di depan Laudia. Perlakuannya sekarang semakin membuat hati Laudia sakit. Seharusnya Axele berjalan seiringan selayaknya pasangan suami istri lainnya. Bukan malah berjalan di depan, dan menganggap Laudia sebagai pembantu.

Karena tak melihat ke depan, Laudia tidak sadar jika Axele sudah berdiri di depan pintu rumah secara tiba tiba.

Bugh..

"Eh maaf mas," ucap Laudia.

"Makanya kalau jalan matanya di gunain. Sini kopernya biar aku yang bawa. Dan jangan lupa kita harus bersikap seromantis mungkin di depan papa."

"Baik mas."

Axele menarik tangan Laudia, berjalan seiringan, lalu merangkul pinggang kecilnya.

"Malam mah,pah," sapa Axele. Ternyata sedari tadi papa dan mamanya sudah menunggu kedatangan mereka berdua.

"Malam sayang. Kamu darimana saja seharian ini? Kok baru sampai rumah?" tanya nyonya Mela.

"Iya Xel. Papa dan mama sangat khawatir sama kamu dan Laudia. Makanya papa sampai menyuruh Lexio untuk menemui kalian," sahut Pak Edwin.

"Maaf pah, mah. Axele hanya ingin menemani Laudia di rumah. Tadi dia sempat down. Dan Axele tidak tega melihat kesedihan Laudia. Makanya Axele menemaninya seharian di rumah," jelas Axele.

"Apa benar begitu Laudia?" tanya Pak Edwin yang langsung di angguki oleh Laudia.

"Bagus Axele, papa senang melihat kamu mulai bisa menerima dan mencintai istrimu. Dari awal papa sudah yakin, jika tak sulit bagi Laudia mengambil hati kamu," ucapnya kedua kali. Axele dan Laudia hanya membalas perkataan Pak Edwin dengan sebuah senyuman.

Nyonya Mela masih menggeleng tak percaya. Tumben sekali Axele betah di sana. Di rumah kumuh,kecil,panas dan bau. Argh jika di ingat, rasanya geli dan jijik mengingat rumah milik Pak Widodo, besannya.

"Apa Axele sudah mulai menyukai gadis kampungan ini? Kok bisa sih Xel. Mama harap ini cuma mimpi dan kamu sungguh tidak jatuh cinta dengan Laudia," batin Nyonya Mela kesal.

Axele lalu memberikan kopernya pada Bi Arum

Pak Edwin kemudian mengajak Axele dan Laudia untuk pergi makan malam bersama.

Ternyata disana sudah ada Lexio. Dan kini formasi sudah lengkap. Laudia mulai melayani semua anggota keluarga suaminya.

"Lihat istrimu Xel. Dia melayani bukan hanya kamu saja tapi kita semua. Terima kasih ya Laudia," ucap Pak Edwin. Memang ia tidak salah pilih menantu, batinnya.

Axele sama sekali tak bergeming. Sesering apapun papanya memuji Laudia itu tidak akan merubah perasaan Axele pada Sofia.

Di tengah makan malam, Axele menerima sebuah pesan dan rupanya itu pesan dari Sofia.

[My Girl] : Sayang, ingat pesanku! Jangan pernah kamu menyentuh wanita itu apalagi tidur seranjang dengannya. Jika sampai itu terjadi, aku pastikan hubungan kita akan berakhir.

Bibir Axele sedikit melebar. Kecemburuan yang di perlihatkan Sofia malah membuat Axele bahagia. Rupanya Sofia juga sangat mencintainya hingga Sofia takut kalau sampai Axele benar benar melakukan hubungan suami istri dengan Laudia.

Tak butuh waktu lama, Axele segera membalas pesan kekasih gelapnya itu.

[Axele] : Tenang saja baby. Aku bersumpah tidak akan menyentuhnya. Karena aku hanya kecanduan dengan wangi tubuhmu saja. Jika kamu tidak percaya, aku akan datang malam ini ke apartemen kamu dan menghabiskan malam yang panjang bersama kamu.

Diatas ranjang empuk miliknya, Sofia tersenyum puas dengan jawaban Axele. Ketakutannya langsung hilang, karena Sofia yakin jika Axele akan tetap setia bersamanya.

[My Girl] : Jangan kemari. Aku tidak ingin mama dan papamu curiga. Kamu tetaplah di sana. Aku percaya sama kamu.

Axele terlihat bahagia saling bertukar pesan dengan Sofia. Namun bodohnya ia lupa jika dirinya sedang bersama makan malam bersama keluarganya.

Rupanya tingkah Axele tak luput dari pengamatan Pak Edwin dan Nyonya Mela.

"Kamu kenapa Xel kok ketawa ketawa sendiri. Memabg sedang chatingan dengan siapa?" tanya Pak Edwin menyelidik.

"Oh," Axele segera meletakkan kembali ponselnya di atas meja.

"Ini Doni pah, teman kuliah Axele waktu kuliah di Perancis dulu. Dia bilang mau mengajak Axele untuk bertemu besok malam," ucap Axele.

Laudia cuma diam mendengar kebohongan demi kebohongan terus ia dengan dari mulut Axele. Sebenarnya Laudia juga sudah tahu jika suaminya sedang sibuk chatingan dengan Sofia, kekasihnya.

Cemburu? Sangat jelas Laudia cemburu pada Laudia. Benar jika Raga Axele ada bersamanya, tapi hatinya sama sekali tidak.

Laudia pura pura tutup telinga. Jujur hatinya sakit. Kenapa dia harus memiliki perasaan untuk Axele. Jika di bilang ini salah juga tidak ,karena yang di cintai Laudia itu suaminya sendiri bukan suami orang.

Lexio cuma bisa menatap iba kakak iparnya. Sama halnya dengan Laudia, Lexio juga tahu jika Axele tengah asyik bertukar pesan dengan Sofia.

"Kasihan kamu Laudia. Aku bisa melihat ada rasa kecewa di mata kamu untuk kak Axele. Kamu tidak perlu takut Laudia. Jika Kak Axele selalu menyakiti kamu, aku akan selalu ada untuk menghibur kamu," batin Lexio.

Selesai makan malam, Pak Edwin tiba tiba menyodorkan amplop berwarna coklat ke arah Axele.

"Ini apa pah?" tanya Axele penuh rasa penasaran.

"Buka saja Xel. Papa yakin kamu akan menyukainya."

Krek..

Segera Axele mengambil isi di dalam amplop itu. Dan..

Glek..

"Tiket pesawat ke Italia?" ucap Axele lirih.

"Iya Xel, itu tiket pesawat kalian bulan madu. Papa sudah persiapkan semuanya dari tiket pesawat, kamar hotel dan guide untuk kamu berkeliling Italia. Papa harap sepulang dari sana kalian berdua akan membawakan cucu sebagai oleh oleh buat papa dan mama."

Deg..

Sekarang Laudia juga ikut menatap papa mertuanya. Sesekali ia melirik ke samping , dan dia bisa melihat ada rasa marah dan kecewa di mata Axele.

"Terus bagaimana dengan urusan perusahaan pah? Siapa yang akan mengurus perusahaan jika Axele pergi?" tanya Axele. Ia mencoba mencari alasan untuk membatalkan rencana gila papanya lagi yang semakin membuatnya sakit kepala.

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan perusahaan. Kan masih ada papa dan Lexio. Papa tidak menerima penolakan. Besok pesawat kalian akan take off jam 10 pagi. Sebaiknya setelah makan malam ini ,kalian berkemas agar besok tidak ketinggalan pesawat."

"Baik pah," jawab Axele terpaksa. Tak ada pilihan lain bagi Axele selain menerima hadiah pernikahan dari papanya. sekarang ia hanya memikirkan alasan apa yang akan ia berikan pada kekasihnya nanti.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status