Share

Meleleh dan Mencair

24

Sepanjang perjalanan menuju pusat perbelanjaan aku bergumam mengikuti lirik lagu yang baru ditugaskan Mbak Yeni untuk dihafalkan. Sekali-sekali aku akan melirik ke sopir cantik yang tengah menggoyang-goyangkan kepala dan mengetuk-ngetukkan jemari ke setir.

Bila pandangan kami bertemu, aku akan menyunggingkan berbagai model senyuman. Dimulai dari mengulum senyum, tersenyum lebar, tersenyum dengan memperlihatkan sedikit gigi, dan terakhir melebarkan bibir hingga semua gigi terpampang.

"Kamu tuh, ya, dari tadi cengengesan mulu!" protes Aleea.

"Aku lagi sedekah ke kamu, Lea," kilahku.

"Sedekah apaan?"

"Senyum, kata pak ustaz, senyum itu juga sedekah."

"Ibadah kaleee!"

"Udah gantikah?"

"Dari dulu emang gitu. Kamu aja yang ngaco!"

"Jangan marah-marah, Lea sa ...." Aku cepat-cepat menghentikan ucapan dan merapatkan bibir sambil mengalihkan pandangan ke depan.

"Sa apa? Sapu?"

Aku tersenyum lebar sambil menoleh, kemudian berkata, "Mau bilang sayang, tapi takut kamu ngomel-ngomel.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status