Leon dan Veronica masih menatap Zehra dengan selidik. Mereka memang tahu tentang apa yang terjadi pada Zehra dan Altan. Namun, untuk masalah pernikahan kontrak Zehra dengan Jovan, mereka tidak tahu karena Laura dan Jovan tentunya menyembunyikan semua itu dan hanya orang-orang terpercaya yang tahu. "Memangnya kalian siapanya, Zehra? Masa enggak tahu Zehra sudah hamil dan melahirkan," ujar Elvira menatap pada Leon dan Veronica yang masih menunggu jawaban dari Zehra, namun, suara dering dari handphone Elvira, membuat semua orang sedikit teralihkan dari memandang Zehra. "Ya, Beti, apa? Andrew demam?" Mendengar nama anaknya disebut Elvira, Zehra menjadi cemas. "Nyonya, ada apa dengan De ...." Zehra merapatkan bibirnya saat lupa akan perjanjiannya dengan Laura. "Maksud saya, ada apa, kenapa Nyonya begitu cemas?" "Cucuku, sakit, Zehra. Saya harus ke rumah sakit dulu." Elvira langsung berlari tanpa ingin mengatakan lagi karena cemas akan keadaan sang cucu. "Devano sakit?" batin Ze
Elvira terkejut melihat Jovan membawa Zehra ke ruangan Andrew. "Zehra? Kamu di sini?" Jovan menoleh pada Zehra yang juga menatapnya. Setelah beberapa pertimbangan, Jovan pikir lebih baik Andrew mendapatkan ASI dari ibu kandungnya. Apalagi Laura pun tidak benar-benar menyayangi Andrew. "Kebetulan saya juga baru melahirkan, Nyonya. Jadi saya pikir lebih baik saya memberikan asi saya untuk De-- Andrew." Zehra menoleh pada Andrew yang masih menangis dalam gendongan Susi. "Baiklah, sebaiknya kamu beri cucuku ASI dulu, Zehra. Nanti kita ngobrol lagi." Jovan lega karena nyatanya sang mommy mengizinkan. "Mommy mengizinkannya?" Elvira membawa Andrew pada Zehra. "Demi kesehatan cucuku, Jo. Kenapa tidak? Lagipula Mommy tahu kalau Zehra wanita baik." Zehra meraih Andrew dari Elvira dengan memeras air matanya. "Sayang, hiks!" Zehra mulai memberikan ASI-nya setelah sebelumnya berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter. Sebab, ASI Zehra sudah 10 hari tidak di berikan pada sang bu
"Apa maksudmu, Jo? Kamu membelanya?" Laura menggelengkan kepala, lalu menoleh pada Zehra dan hendak kembali menarik tubuhnya, tapi Jovan tidak membiarkannya. "Sudah aku bilang jangan sakiti dia lagi, Laura!" Lagi Jovan membentak Laura demi membela Zehra. Amarah Jovan sudah tidak bisa di tahan lagi. Apa yang dilakukan Laura kali ini membuat pria blasteran Inggris itu tidak terima. Sebab, Laura sudah keterlaluan karena mengabaikan putranya. "Siapa pria itu, Ver?" Leon menatap Jovan penuh curiga. "Aku juga enggak tahu, Leon. Aku pun baru kembali ke Indonesia kemaren. Sepertinya kita banyak melewati hal penting dalam hidup Zehra." Leon membenarkan ucapan Veronica. Leon yakin ada banyak hal yang dirinya tidak tahu. Pria itu menyesal karena harus membiarkan Zehra melewati hal-hal sulit itu sendiri. "Om, terima kasih. Andrew sekarang sudah tidur nyenyak. Saya permisi dulu, saya harap Om bisa bicarakan ini dengan Nyonya Laura. Saya tidak mau Nyonya Laura salah paham." Jov
"Jo." Elvira menghampiri sang putera yang terdiam menatap kosong ke arah jauh. Jovan termenung setelah melihat Zerha bersama Leon. "Bagaimana dengan Andrew, Moms?" Elvira merangkul tangan Jovan dengan penuh cinta. "Laura sedang menjaganya." Jovan sedikit memalingkan wajahnya mendengar ucapan Elvira. Jovan merasa tidak percaya lagi dengan apa yang dilakukan oleh Laura pada Andrew. Pria dewasa itu seolah muak dan tidak ingin mendengar tentang Laura yang biasanya hanya berakting. Apalagi setelah Jovan meminta seseorang memeriksa CCtv di rumahnya. Jovan terkejut karena nyatanya Laura sering mengabaikan Andrew. "Moms, bagaimana perasaan Mommy saat jauh dariku? Maksudnya ... jika aku tidak bisa bertemu dengan Mommy walau dalam satu hari." Elvira menoleh dan menatap Jovan penuh arti. "Tentu saja sangat menyakitkan. Seorang Ibu yang mencintai anaknya pasti akan tersakiti jika tidak bertemu dengannya. Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Jovan meremas jari-jarinya teringat pada
"Jo, mana Zehranya? Kok kamu malah diam di sini?" Jovan tersadar. "Em, iya, Moms." Zehra dan Leon pun menoleh pada arah suara ribut dari Elvira dan Jovan. Jovan dan Leon saling menatap. Leon sampai meremas jari-jarinya melihat pria yang pernah hidup bersama wanita pujaannya. "Om, ada apa?" Zehra menoleh pada Elvira. "Nyonya?" Elvira sedikit mengerut mendengar panggilan Zehra pada Jovan. Ingin sekali Elvira mempertanyakan itu. Namun, ingat cucunya sangat butuh Zehra, Elvira harus mengurungkan keingintahuannya itu dan akan bertanya nanti. "Zehra, Andrew haus sepertinya." Dengan segera, Zehra bangkit dari duduknya. "Le, kita lanjut obrolannya nanti, apa kamu tidak masalah?" Leon menoleh pada Jovan dan Elvira yang terlihat cemas. "Enggak apa-apa, Ze. Aku akan menunggumu." "Le, sebaiknya kamu pulang. Kamu pasti cape bukan?" Leon merangkul tangan Zehra. "Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan habis di culik." Mata Jovan terbelalak mendengar ucapan Leon. "Apa? Dicul
"Maaf, Nyonya. Keadaan Tuan Altan semakin memburuk. Dan kondisinya akan semakin memburuk lagi jika tidak segera melakukan operasi donor jantung." "Daddy, hiks!" Zehra menatap sang daddy yang terbaring semakin lemah. Tak ada yang bisa mereka lakukan selain hanya menangis dan meratapi nasib itu. Zehra menyeka air matanya. "Nyonya, bagaimana? Apa operasinya bisa secepatnya dilakukan? Keadaan Tuan Altan sudah tidak memungkinkan untuk bertahan lagi." "Astaghfirullah, apa yang harus aku lakukan? Semua harta Daddy sudah dibekukan. Darimana aku bisa mendapatkan biaya untuk operasi donor jantung Daddy?" Zehra keluar ruangan sang Dady, lalu duduk di bangku tunggu pasien dengan menyenderkan tubuhnya yang lelah. Dengan pikiran kusutnya, Zehra beranjak mengambil beda pipih miliknya. "Aku coba hubungi Uncle Jack lagi, deh. Semoga Uncle Jack kali ini aktif dan membantuku membiayai operasi Daddy." Sekian detik Zehra kembali menunggu panggilannya diangkat, namun, nyatanya pemilik nome
"Kita ke rumah sakit? Siapa yang sakit, Sayang?" Laura tak menghiraukan pertanyaan dari Jovan. Wajahnya begitu bahagia saat Zehra mengatakan bersedia melakukan perjanjian gila dengannya. Laura langsung membawa Jovan menemui Zehra agar apa yang direncanakan cepat terkabul. "Duduk, Sayang," ucap Laura pada Jovan dengan senyum cerianya. "Ini Zehra. Jadi, aku ...." Jovan begitu marah mendengar ucapan demi ucapan dari mulut Laura. "Kamu gila, Laura!" sentak Jovan, membuat Zehra pun meremas jari-jarinya karena takut mendengar sentakan itu, apalagi saat Jovan menolaknya dengan jelas. "Aku tidak akan pernah melakukannya, Laura. Laura mencekal tangan Jovan untuk menghentikan langkah pria itu. "Honey, tunggu!" Jovan menatap Laura begitu tajam. "Kamu gila, Laura. Kamu lebih rela suamimu menikah lagi daripada kamu merelakan pekerjaanmu dan mengabulkan keinginanku? Kamu tidak mencintaiku, La. Cintamu hanya sebatas ucapan saja!" Laura memeluk Jovan dari belakang saat sang suami henda
"Mommy, Bagaimana keadaan, Daddy?" Dewi, daddy dari Zehra sedikit terkejut karena Zehra tidak jadi dibawa pulang oleh Jovan. "Zehra, kamu tidak jadi ikut suamimu, Nak?" Zehra menghela nafasnya, lalu duduk di samping sang mommy. "Besok mereka ke sini lagi. Tuan Jovan memintaku untuk menemani Mommy dulu malam ini." Dewi mengangguk mengiyakan walau masih belum rela jika sang putri harus menjadi istri kedua dari Jovan. Apalagi saat tahu jika nanti Zehra harus memberikan anaknya pada Laura. Namun, Dewi pun tak bisa berbuat apa-apa untuk melarang sang putri melakukan semua itu karena mereka memang tidak punya pilihan. Zehra merangkul tangan Dewi yang menatapnya begitu sendu. "Sudah, Mommy jangan terlalu banyak berpikir tentangku. Aku ini masih muda, aku hanya cuma menjadi istri kedua sampai melahirkan anak Tuan Jovan. Setelah itu aku bisa bebas hidup dengan jalanku sendiri." "Zehra, hiks!" Dewi kembali memeluk putrinya dengan pilu. "Mommy hanya bisa berdoa, semoga Tuan Jovan m