Share

Maaf Om, Aku Mencintaimu
Maaf Om, Aku Mencintaimu
Author: Ida Andriani

MOAM# 01. Tawaran gila

"Maaf, Nyonya. Keadaan Tuan Altan semakin memburuk. Dan kondisinya akan semakin memburuk lagi jika tidak segera melakukan operasi donor jantung."

"Daddy, hiks!"

Zehra menatap sang daddy yang terbaring semakin lemah. Tak ada yang bisa mereka lakukan selain hanya menangis dan meratapi nasib itu. Zehra menyeka air matanya.

"Nyonya, bagaimana? Apa operasinya bisa secepatnya dilakukan? Keadaan Tuan Altan sudah tidak memungkinkan untuk bertahan lagi."

"Astaghfirullah, apa yang harus aku lakukan? Semua harta Daddy sudah dibekukan. Darimana aku bisa mendapatkan biaya untuk operasi donor jantung Daddy?" Zehra keluar ruangan sang Dady, lalu duduk di bangku tunggu pasien dengan menyenderkan tubuhnya yang lelah.

Dengan pikiran kusutnya, Zehra beranjak mengambil beda pipih miliknya. "Aku coba hubungi Uncle Jack lagi, deh. Semoga Uncle Jack kali ini aktif dan membantuku membiayai operasi Daddy."

Sekian detik Zehra kembali menunggu panggilannya diangkat, namun, nyatanya pemilik nomer itu tak ingin bicara dengan gadis itu. "Agrh! Kalian tidak punya hati!"

Zehra tak ingin putus asa. Digulirnya kembali nomor-nomor saudara sang mommy juga sang daddy. Dengan harapan masih ada saudara yang masih memiliki hati nurani untuk membantunya. "Aunty Merry, bismilah semoga Aunty Merry mau membantuku."

Lagi, Zehra harus kembali kecewa karena lagi-lagi pemilik nomer itu tak ingin bicara dengannya. Air mata Zehra kembali mengalir deras begitu saja. Dunia seakan benar-benar meninggalkan keluarganya ketika mereka berada di posisi terendah seperti saat ini karena kasus korupsi yang dialami oleh Altan, daddy Zehra.

"Aku pastikan kalian akan menyesal karena membuat Daddy menungguku, hiks!" rutuk Zehra dengan dada yang kembang kempis menahan amarah.

Zehra pun memutuskan untuk pergi dari rumah sakit mencari bantuan. Satu persatu saudara dari Dewi juga Altan telah Zehra datangi dan hubungi. Namun, tak ada satu pun dari mereka yang mau membantunya dengan alasan takut terseret kasus yang tengah dihadapi daddy Zehra.

"Aku harus kuat demi Daddy, aku yakin pasti ada jalannya." Zehra kembali melangkahkan kaki menuju satu perusahaan yang selama ini memiliki kerja sama dengan perusahaan sang daddy sangat baik. "Saya mohon, Tuan. Saya janji akan segera mengembalikan uang itu ketika saya sudah memiliki uang."

"Maafkan kami, Nona. Tapi, bagaimana mungkin kami percaya jika Anda akan segera mengembalikan uang kami dalam waktu dekat jika sampai saat ini Anda saja tidak memiliki pekerjaan? Setidaknya harus ada jaminan agar kami bisa percaya, Nona."

Zehra mengepalkan tangannya mendengar ucapan salah satu rekan bisnis sang daddy yang dikira begitu dekat, nyatanya memang orang asing. "Tapi Tuan adalah rekan bisnis Daddy yang begitu dekat, bukan? Tidakkah Anda merasa kasihan pada daddyku?"

Zehra tak ingin membuang-buang waktu, karena Zehra sadar masih ada hal yang lebih penting dari itu. Zehra kembali menaiki motor maticnya meninggalkan kediaman perusahaan itu. Hatinya lelah, tapi gadis itu harus kuat demi sang daddy.

Jam terus berputar. Jiwa dan raga Zehra pun sudah letih berjalan kesana kemari mencari bantuan untuk sang daddy. Namun, nyatanya sampai detik itu juga belum ada orang yang mau menolongnya.

"Ya Allah, kenapa semua ini datang bertubi-tubi? Apa aku akan kuat? Aagrh!!"

Brak!!

Motor Zehra terjatuh tertabrak mobil karena tidak lihat kanan kiri saat di pertigaan. Zehra mengerjapkan matanya yang mulai kunang-kunang. Sekilas terlihat seorang wanita juga pria menghampiri Zehra sebelum akhirnya mata Zehra terpejam.

Setelah beberapa menit Zehra memejamkan mata, gadis itu akhirnya tersadar. "Daddy!" Dada Zehra kembang kempis karena memimpikan sang daddy. "Astaghfirullah, alhamdulilah ... ini hanya mimpi."

Dengan segera, Zehra beranjak dari baringannya. "Daddy."

"E eh, tunggu!" Wanita itu menahan tubuh Zehra. "Apa kamu sudah baikan?"

Zehra mengamati wanita dewasa yang terlihat sangat cantik dengan baju bahkan lipstik mahalnya. "Aku sudah tidak apa-apa, Nyonya."

Wanita itu terlihat tersenyum, lalu memberikan handphone milik Zehra. "Ooh syukurlah, aku minta maaf karena tidak melihatmu nyebrang tadi. Ini, sejak tadi handphonemu berdering."

Zehra segera mengambil handphonenya. "Mommy?" Zehra langsung kembali menghubungi nomor sang mommy karena takut ada hal penting tentang daddynya. "Moms, maaf aku--apa?"

Wanita tadi ikut terkejut mendengar sentakan Zehra. "Ada apa? Apa ada terjadi sesuatu pada keluargamu?"

Zehra menatap wanita cantik itu dengan sendu. "Aku harus pergi, daddyku kritis."

Gadis berpasmina hitam itu beranjak dan langsung menaiki motor maticnya dengan tidak peduli pada keadaanya. "Daddy, hiks!"

Zehra tidak peduli pada lututnya yang terluka. Gadis itu berlari ke ruangan sang daddy dengan deraian air mata. Langkahnya berakhir gontai melihat dokter dan para suster tengah mengecek keadaan sang daddy.

"Daddy."

"Nyonya, Tuan Altan sudah bisa bertahan lama lagi. Kondisinya sudah kritis. Jika tidak melakukan operasi sekarang, maka nyawanya ...." Ucapan sang dokter terhenti mendengar teriakkan Zehra menghampiri sang daddy.

"Tidak, Dokter! Tolong selamatkan daddyku, hiks!" Zehra memeluk tubuh sang mommy yang hanya bisa menangisi nasib mereka.

"Mungkin kita harus ikhlas, Zehra, hiks!"

"Tidak, Mommy, hiks! Aku tidak mau kehilangan Daddy."

"Sepertinya aku bisa membantumu, gadis muda."

Zehra menoleh pada arah suara wanita yang tiba-tiba masuk ke ruangan Altan. Anak dan istri dari Altan itu saling lirik antara senang dan tidak percaya. Siapa wanita itu? Mengapa dia mau membantu mereka?

"Nyonya, Anda ke sini?" Zehra menatap wanita itu heran karena mengikutinya sampai ke rumah sakit.

Wanita cantik yang ternyata adalah wanita yang sudah menabrak Zehra tadi, tersenyum tipis melihat raut sendu dari Zehra dan dan ibunya. Wanita itu pun membawa Zehra dan Dewi ke tempat lain untuk berdialog. Setelah suasana tenang, bibir seksi wanita itu mulai berbicara.

"Sebelumnya, perkenalkan ... namaku, Laura." Wanita bernama Laura itu mengulurkan tangan lembutnya pada Zehra. "Apa kamu tidak mengenalku?"

Zehra menggelengkan kepalanya dengan membalas uluran tangan Laura. "Maaf, mungkin Anda wanita baik yang sudah mengobati tadi."

Bibir seksi wanita itu tersenyum tipis mendengar jawaban Zehra. "He he. Baiklah, lupakan! Siapa namamu?"

"Zehra."

"Zehra? Cantik, tapi lebih cantik namaku, he he. Okey, jadi begini ...."

Laura pun mulai membicarakan maksud dan tujuannya berbicara dengan Zehra. Tak ada yang ingin Zehra ucapkan selain kata gila mendengar penuturan Laura. Bagaimana mungkin seorang istri lebih memilih suaminya menikah lagi dengan wanita lain untuk mendapatkan keturunan sebab alasan dirinya tidak mau memberikan keturunan itu.

"Astaghfirullah!" Zehra tersentak mendengar penuturan Laura tentang apa yang harus disetujuinya sebelum Laura membantu Zehra. "Anda gila, Nyonya! Saya tidak mau!" sentak Zehra yang langsung berdiri meninggalkan wanita itu.

"Kamu yakin, Zehra? Aku akan membiayai semua operasi daddymu tidak kamu bersedia," ujar si wanita yang membuat langkah Zehra terhenti.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status