Share

MOAM# 03. Sadar diri

"Mommy, Bagaimana keadaan, Daddy?"

Dewi, daddy dari Zehra sedikit terkejut karena Zehra tidak jadi dibawa pulang oleh Jovan. "Zehra, kamu tidak jadi ikut suamimu, Nak?"

Zehra menghela nafasnya, lalu duduk di samping sang mommy. "Besok mereka ke sini lagi. Tuan Jovan memintaku untuk menemani Mommy dulu malam ini."

Dewi mengangguk mengiyakan walau masih belum rela jika sang putri harus menjadi istri kedua dari Jovan. Apalagi saat tahu jika nanti Zehra harus memberikan anaknya pada Laura. Namun, Dewi pun tak bisa berbuat apa-apa untuk melarang sang putri melakukan semua itu karena mereka memang tidak punya pilihan.

Zehra merangkul tangan Dewi yang menatapnya begitu sendu. "Sudah, Mommy jangan terlalu banyak berpikir tentangku. Aku ini masih muda, aku hanya cuma menjadi istri kedua sampai melahirkan anak Tuan Jovan. Setelah itu aku bisa bebas hidup dengan jalanku sendiri."

"Zehra, hiks!" Dewi kembali memeluk putrinya dengan pilu. "Mommy hanya bisa berdoa, semoga Tuan Jovan memperlakukanmu dengan baik. Mommy hanya bisa mengatakan ... kamu harus kuat. Tidak mudah menjadi istri kedua, Nak."

Zehra tersenyum tipis mendengar ucapan sang mommy Zehra pun mendorong tubuh Dewi dengan pelan. "Hey, apa maksud Mommy? Itu kan jika aku mencintai Tuan Jovan, he he."

Dewi menatap wajah sang putri dengan kalut. Entah mengapa firasatnya sebagai seorang ibu sedikit khawatir pada nasib putrinya. Dewi takut jika ternyata baik Zehra maupun Jovan akan memiliki kenyamanan satu sama lain yang membuat mereka sulit untuk memilih dan terjebak pada cinta yang rumit.

"Moms,, aku ini hanyalah istri kontrak. Tuan Jovan tidak mungkin mencintaiku karena dia begitu mencintai istrinya. Begitupun dengan aku yang sama sekali belum mengenal siapa pria itu."

"Bagaimana jika ternyata nanti kalian nyaman satu sama lain? Cinta akan datang seiring berjalannya kebersamaan, Zehra. Mommy--"

"Sstt!! Sudah ah. Sekarang Mommy istirahat ya. Semoga besok Daddy sudah sadar."

Pada akhirnya Dewi tidak ingin membuat sang putri semakin khawatir pada nasib pernikahan kontraknya. Sebagai seorang ibu, mungkin Dewi hanya bisa berdoa dan berharap yang terbaik untuk putrinya. Sesungguhnya, karena setiap ujian dan cobaan akan ada hikmah indah di baliknya.

"Mom, Mommy istirahatlah di sofa itu, biar aku yang jaga Daddy."

Zehra duduk di samping sang daddy, lalu mengecupi punggung tangan dan memeluk tangan itu dengan pejaman matanya yang sudah lelah. Zehra akhirnya terlelap sampai gadis itu tidak sadar hari sudah berganti dengan cepat karena mungkin kondisi tubuhnya yang sudah lelah.

Zehra menghabiskan waktunya dengan terus berada di sisi sang daddy sambil menunggu Jovan menjemputnya. "Daddy, aku sayang Daddy. Cepat sembuh, ya. I love you, Dad."

Dewi ikut memeluk tubuh sang putri dengan masih tidak percaya karena sebentar lagi Zehra harus pergi ke rumah Jovan. "Daddy juga sangat menyayangimu, Nak. Terima kasih karena sudah menyelamatkan Daddy."

Zehra mengangguki ucapan Dewi, lalu menarik tubuh sang mommy ke dalam dekapannya bersama tangan Altan. "Aku sayang kalian."

Suara ketukan pintu membuyarkan kesedihan Zahra. Dewi segera beranjak dan membuka pintu itu. Nampak pria gagah nan tampan yang sudah berstatus suami Zehra itu tengah tersenyum tipis pada Zehra dan beralih pada Altan.

"Tuan Jovan sudah datang, Zehra."

Mendengar nama suaminya, Zehra menoleh dan menghampiri Jovan lalu mengecup punggung tangannya. "Tuan."

Jovan menoleh pada Altan. "Bagaimana keadaan daddymu?"

"Semalam sudah sadar. Tapi, Daddy kembali tidur karena kondisinya memang belum stabil," ujar Zehra yang langsung diangguki oleh Jovan, seketika Zehra pun menundukkan wajah saat Jovan menatapnya.

"Apa kamu keberatan jika aku membawamu malam ini?"

Zehra mengangkat wajahnya, lalu menoleh pada Dewi. Tangannya meremas jari-jari lentiknya cemas, tapi, walau bagaimanapun Zehra harus siap, bukan? Setelah beberapa detik, akhirnya Zehra mengangguk.

Zehra pamit pada Dewi dan Altan yang masih menggunakan alat-alat medis. Pikiran Zehra masih gamang. Selama dalam perjalanan pun, tak ada yang ingin dikatakan oleh gadis itu.

"Maaf, Zehra. Aku membawamu ke rumahku, bersama Laura," ucap Jovan saat baru sampai di depan sebuah rumah mewah miliknya.

Zehra membelalakkan matanya. "Apa?"

Jovan ke luar mobil lalu membukakan pintu Zehra. "Aku harap kamu bisa mengerti."

Pada akhirnya Zehra menyadari posisinya. Jovan mencintai istrinya. Mana mungkin pria itu akan lebih memilih mengabulkan permintaannya daripada keinginan istri yang dicintainya.

"Ya Allah, kenapa ini sedikit menyakitkan?" batin Zehra yang baru saja memasuki kehidupan Jovan dan Laura. Bagaimana nanti jika Zehra harus menyaksikan semua yang dilakukan oleh sepasang suami istri itu?

"Honey, kalian sudah datang?" Laura langsung menghamburkan pelukannya pada Jovan, yang juga langsung dihujani kecupan penuh cinta dari sang suami.

Zehra merutuki dirinya yang malah harus melihat adegan itu sehingga dirinya harus merasakan kecanggungan diantara mereka. Zehra pun memalingkan wajahnya agar tidak melihat kembali adegan yang menyesakkan itu. Gadis itu harus sadar diri tentang posisinya di rumah itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status