Share

75. Bahagia di Atas Luka

Pukul lima sore Naren sudah siap untuk melakukan misi selanjutnya. Dia melirik jam sekilas, kemudian membuka pintu kamar. Di luar semua orang berkumpul kecuali Ardina.

"Pak, izin ke luar sebentar. Kalau ada apa-apa hubungi saja," pamit Naren yang mendapat anggukan dari Ferdila.

Lelaki itu mempercepat langkahnya karena harus menjemput sosok paling penting. Mobil hitam keluar dari halaman rumah dan melaju dengan kecepatan sedang. 

Tepat satu kilometer dari rumah, seorang perempuan berdiri sambil melipat kedua tangan di depan dada. Rambutnya bergelombang dengan mata diolesi eye linear. Cantik, pikir Naren.

"Lama banget," gerutu perempuan itu ketika Naren berhenti tepat di depannya. 

Keduanya sama-sama duduk di depan karena sudah akrab sejak dulu. Siapa lagi perempuan itu kalau bukan sahabatnya. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi karena harus segera sampai ke gudang sebelum magrib tiba.

"Apa Ferdila tidak curiga?" 

"Tidak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status