Hujan begitu lebat mengguyur kota hari itu para karyawan yang akan meninggalkan kantor terpaksa menunggu sampai reda. Hanya berapa yang menerobos agar bisa bertemu dengan keluarga di rumah. Aisha menikmati secangkir teh hangat yang belum sempat ia minum sejak tadi, pekerjaan yang menumpuk membuatnya lupa akan teh di sampingnya.Wina yang cuti karena demam tinggi sehingga semua pekerja harus di handle seorang sendiri. Walau rencana untuk mengunjungi sang sahabat pupus mengingat hujan yang tak jua reda.Menghilangkan kejenuhan Aisha membuka berkas yang tersisa di atas tumpukan setidaknya agar sedikit mengurangi untuk esok hari."Alhamdulillah, selesai," Merenggangkan ototnya yang terasa kaku, tersadar jika waktu sudah malam dan hujan pun sudah reda gegas Aisha meninggalkan ruang kerjanya memperhatikan seluruh meja, jika semuanya sudah kembali ke tempat yang seharusnya dan terkunci. Antisipasi adalah cara yang ampuh, sebab Aisha tidak tahu kapan seseorang datang berniat tidak baik pada
"Bu, sudah ya, sebaiknya pulang sudah malam. Sebentar lagi taksi online datang.""Mana sini duitnya. Ibu tidak mau di bohongi sama kamu, kayak adikmu itu ngasih cek taunya nyuruh preman buat rampok."Kesabaran Aisha semakin menipis beruntung di saat bersamaan taksi yang di tunggu telah tiba lebih cepat dari perkiraan."Aku tidak peduli ibu mau ngomong apa. Buat kami pantang untuk mengambil apa yang sudah pernah kami berikan. Silahkan ibu masuk, aku sudah membayarnya,""Pak, antar ke alamat yang sesuai di aplikasi ya, ambil kembalinya." "Dasar mantu tidak tahu diri. Mertua pulang bukannya di kasih uang ini malah ngasih sopir yang jelas-jelas tidak ada hubungannya. Beruntung anakku menceraikan kamu!!"Bukan hanya Aisha yang menggelengkan kepala mendengar umpatan Bu Winarti. Sopir taksi itu pun tak kalah terkejutnya melihat tingkah dan ucapan yang terlontar dari wanita di kursi penumpang yang ternyata hanya mantan mertua."Yang sabar, mbak,""Ya, pak. Saya yakin stok kesabaran saya mak
Pertengkaran yang selalu terjadi dalam rumah tangga Ferdi dan Esti membuat Bu Winarti meminta pada Ferdi untuk menceraikannya agar bisa fokus meminta maaf pada Aisha dan rujuk dengannya."Ibu, sudah ya, jangan paksa aku untuk rujuk sama Aisha. Apa ibu tidak capek terus-menerus melakukan hal ini?""Ibu cuma ingin melihat kamu bahagia. Kamu lihat Esti kayak apa, anak aja tidak di urus, sama ibu ngelawan terus. Apa ini istri yang baik?""Ibu ingin aku bahagia? Ibu tidak lupa kan, Esti itu istri pilihan ibu. Dia wanita yang ibu siapkan untuk melahirkan anakku, sekarang kenapa ibu yang tidak suka? Kenapa bisa berubah pikiran? Ibu menghadirkan Esti dalam rumah tanggaku sekarang ibu juga minta supaya aku menceraikan Esti dan balik lagi sama Aisha?""Ya, kamu jangan nyalahin ibu juga. Kan ibu kasih tau alasan kenapa ibu minta kamu nikah sama Esti, ibu pengen cucu–""Kemauan ibu sudah aku turuti, Ahmad cucu ibu. Jangan ngeluh menjaganya dia cucu dan menantu yang ibu harapkan. Tadi ibu tanya in
"Belum nak, tadi Khandra membantu bunda untuk melaporkan pada polisi. Memeriksa CCTV apakah ini unsur kesengajaan atau memang benar-benar kecelakaan. Kita tunggu dokter menjelaskan keadaan Ayah,""Dra, kamu sudah tahu siapa pelakunya?""Kita tunggu kabar dari kepolisian ini masih menyelidiki apakah benar ini kesengajaan atau tidak, sebagian CCTV di sana rusak itu yang membuat kita kesulitan untuk mencari tahu penyebabnya. Kamu jangan khawatir kita pasti menemukan pelakunya dan kita bisa tahu apa penyebab dia melakukan ini, apa benar-benar karena kecelakaan atau sebaliknya."****Setelah menunggu beberapa saat akhirnya mereka bisa bertemu dengan Rayyan. Walau tubuhnya masih lemah namun Rayyan masih bisa menjelaskan apa yang terjadi padanya meski dengan suara terbata."Sebaiknya sekarang Ayah istirahat jangan memikirkan hal lain. Biarkan pihak kepolisian yang mencari tahu penyebab kecelakaan yang menimpa ayah. Jika ini unsur kesengajaanmaka kita akan mengusutnya,""Iya sayang lagi pula
Aisha berusaha untuk membuka matanya yang terasa berat. Aroma tidak sedap tercium namun ada sesuatu yang terasa berat di tubuhnya, tersadar jika tangannya terikat pantas tak bisa bergerak."Aku di mana, ini?"Aisha berusaha untuk mencari cara agar bisa melepaskan diri dari ikatan yang membelenggu tangannya meski hal itu justru semakin memperkuat dan pergelangan tangannya mengalami luka. Berusaha untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi hingga sampai ia terikat di dalam sebuah rumah yang berdinding bambu."Sudah bangun, kamu?"Wanita berjilbab itu mengangkat wajahnya ingin melihat siapa yang memiliki suara yang amat ia kenali. Walau ingin menepis namun pada nyatanya wanita pemilik suara itu tersenyum miring kearahnya."Tante? Kenapa Tante melakukan ini?""Hahaha, menurut kamu kenapa aku bisa melakukan ini padamu?""Aku tidak tahu niat dan tujuan tante melakukan ini padaku. Selama ini aku tidak pernah ikut campur dengan urusan Tante selama itu tidak mengusik keluargaku tapi nyatanya
Rayyan mengikuti langkah Ajeng ke kamar lagi. Sejenak terdiam kembali menatap wajah sendu Ajeng. Rayyan tahu ada sesuatu yang di sembunyikan oleh istrinya."Sayang, kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku?"Rayyan memejamkan mata sejenak melihat sikap Ajeng begitu kentara bahwa ia sedang menyembunyikan sesuatu yang besar."Kamu sendiri akan menceritakannya padaku, atau aku harus mencari tahu sendiri?" sambung Rayyan."Mas, kamu mikir apa? Apa wajahku terlihat sedang menyembunyikan sesuatu dari kamu? Aku ingin kamu secepatnya sembuh mas. Kamu tahu aku tidak bisa melihatmu seperti ini,""Sayang, lihat aku. Apa dengan mengalihkan pembicaraan ini aku tetap tidak bertanya? Katakan apa yang terjadi?"Ajeng menghela napasnya sikap tenang yang ia tunjukkan pada Rayyan adalah sebaliknya. Hatinya begitu khawatir putrinya di luar sana tengah berjuang seorang diri tanpa bisa menolongnya.Di genggaman tangan Rayyan menyalurkan kegundahan hatinya, Meksi bibirnya tetap tersenyum. Ajeng tidak ingin
Kursi yang di duduki Aisha jatuh ke samping, sejenak terdiam menetralkan detak jantungnya yang terpacu cepat dan tubuhnya yang semakin tak bertenaga."Kalian ngapain? Periksa di dalam apa yang di lakukan wanita itu!"Dua pria itu bergegas berdiri dan melihat ke arah kamar yang digunakan untuk menyekap Aisha. Tak lama mereka kembali di hadapan Wulan."Gimana?""Wanita itu jatuh, sepertinya mau minum boss. Kakinya aja kan yang di lepas talinya sama bos jadi dia jatuh,"Wulan hanya menggelengkan kepala mendengar laporan dari orang suruhannya. Mereka hanyalah seorang preman kampungan yang sebenarnya tidak memiliki nyali bahkan hanya untuk pekerjaan yang mudah bagi Wulan tapi tidak untuk mereka yang selalu gagal melakukannya."Kalian pergi, biarkan dia sendiri. Aku ingin tahu apa yang bisa dia lakukannya,""Jangan ada yang membantunya, jika kalian mendengar apapun cukup kalian lihat setelah itu tutup lagi. Awas kalau di antara kalian ada yang menyentuhnya kalau sampai kalian melakukannya
Tubuhnya terus berguling ke bawah begitu tinggi hingga Aisha tak mampu lagi menahan kesadaran bibirnya bergumam sebelum matanya terpejam."Ayah, bunda, maafkan aku. Oma, kakek, Arga, aku –""Khandra, tolong aku –"Tubuhnya terbentur kayu besar sebelum kembali meluncur ke bawah entah apa yang terjadi setelahnya gelap gulita. Begitu gelap Aisha rasakan hingga tubuhnya melayang.Wulan begitu marah saat melihat tubuh Aisha hilang setelah jatuh ke jurang. Takdir yang mengenaskan, Wulan tak perlu lagi memikirkan dirinya yang akan tertangkap. Baginya kini terbebas tanpa ada yang mencium apa yang sudah di lakukannya. "Boss gimana ini? Aku tidak ingin di tangkap polisi.""Kita pergi dari sini. Hubungi teman mu, kita secepatnya pergi, kamu tahu jalan pintasnya?""Ya, jalannya pintas yang tidak di ketahui oleh orang lain. Ayok boss,"Mereka pergi dengan cepat entah kenapa Wulan merasa akan ada yang datang ke sana. Benar saja mereka telah jauh terdengar suara gaduh di dan suara seseorang memangg