Share

Part 14 Terpaksa Masak

"Dengar ya kamu, jangan mentang-memtang suamimu pergi kamu mudah aja keluar masuk kamar seperti ini..."

Belum ada 6 jam pasca keberangkatan Randi, ibu mertuaku sudah langsung menyeramahiku perkara aku langsung bergegas masuk kamar.

"Ada yang bisa aku bantu, Ma?"

"Masak sana, bersih-bersih rumah. Pokoknya kamu jangan cuma makan tidur disini!" Ucapnya.

Ia membentakku sehingga asisten rumah tangga yang tadi ada di belakang juga turut keluar.

"Nah ini Bi, coba diajarin cara bersih-bersih rumah." Tunjuk Airin kepadaku pada saat berbicara dengan asisten rumah tangga di sini.

"Malam ini, biar dia aja yang masak. Mau lihat apa sih yang buat Randi secinta ini sampai melawan orang tuanya..." Sindir Airin.

"Ma.. Maaaf tapi aku gak bisaa...." Aku menjawab pelan.

"Gak bisa? Apa? Kata kamu gak bisa?"

"E... enggak Ma. Oke Ma, aku izin ke dapur dulu..." Alihku. Jelas saja harga diriku sudah tidak ada di rumah ini. Memiliki mertua yang kejam seolah menjadi mimpi buruk disisa hidupku.

Aku berjalan ke dapur, lalu dari belakang Bi Asih, asisten rumah tangga disini mengikutiku.

"Non, biar bibi aja ya. Non liatin aja..." Justru Bi Asih jauh lebih baik dibandingkan Airin sebagai ibu mertuaku.

"Gak gak Bi. Nanti kalo mama tau, aku bisa diomelin lagi hehhe..." Aku sedikit tersenyum sembari membuka kulkas yang pertama kali baru ku sentuh.

"Non bisa masak tapi?" Ia memastikan.

"Aku bisa nonton Youtuk Bi. Mungkin kalo ikutin langkah-langkahnya nanti masakanku jadi enak.."

"Ibu sama Bapak sukanya makan steak balado, capcay, dan pudding untuk desertnya..." Bi Asih memberikan klu yang mungkin bisa sangat berguna untukku ikuti.

"Bi Asih, tolong kesini dong!" Teriak Airin dari ruang tengah yang sepertinya tau niat Bi Asih untuk membantuku.

"Non, nanti bibi kesini lagi. Pokoknya jangan terlalu pedas ya masaknya, Bapak gak suka yang terlalu pedas. Kematangan dagingnya rare aja..." Beberapa pesan dari Bi Asih telah ku catat melalui ponsel.

Ku keluarkan beberapa kebutuhan masakku dari dalam kulkas dengan listnya bersumber dari Youtuk. Jujur saja ini kedua kalinya aku masak setelah makananku dibuang oleh tante Alexa karna rasanya yang sumrawut. Ya mungkin pada saat itu, aku tidak melihat tutorial Youtuk jadi wajar berakhir gagal, namun sekarang aku harus melihat dengan saksama mulai dari bahannya apa, komposisinya gimana, apinya gimana.

Setelah bahan makanan terkumpul, kini aku mulai mengikuti tutorial dari Youtuk. Sudah sekitar satu jam aku berada dipinggiran api, dengan waktu yang terus berputar dan saat ini menunjukkan pukul 18.30.

"Hey, masih lama banget masaknya?" Airin kembali teriak dari ruang tengah.

Aku diperlakukan seperti budak bukan lagi seperti pembantu. Namun, lagi aku tidak punya daya karna ini keputusan pahit yang sudah aku ambil dan tau dari awal mau menikah.

"Sebentar Ma..." Jawabku singkat sembari membalikkan daging steak yang tengah aku oven.

Selang 2 menit kemudian, Bi Asih menghampiriku.

"Non, 30 menit lagi makanan sudah harus ada di meja. Bibi bantu masak capcaynya ya...." Bi Asih melihat aku sama sekali tidak berprogress secara signifikan, ya kalo dilakukan secara satu per satu memang benar tidak akan selesai semua di waktu yang tinggal 30 menit.

"Non, kok steaknya di oven........" Bi Asih membalikkan badannya ke arahku dan menunjuk oven yang masih menyala.

"Kalo tutorialnya di oven Bi. Yang benar diapain?" Aku sudah cukup panik karna gak tanggung-tanggung daging yang tersedia adalah A5 dengan harganya jutaaan. Bahkan ini kali pertamaku juga melihat A5.

"Haduh Non, harusnya di pan seared....." Bi Asih mematikan oven.

Aku tidak kalah paniknya.

"Haduh, ya sudah Bi. Aku aja yang terusin pan searednya, bibi tolong bantu aku buat capcaynya yaaaa. Pudding pudding gimana Bi?" Aku pun juga baru keingat kalo pudding sama sekali belum ku sentuh dan untuk di waktu 30 menit jujur aja gak akan cukup.

"Non belum mulai buat puddingnya di awal tadi?" Pertanyaan Bi Asih benar tapi memang aku yang masih baru ini sama sekali tidak kepikiran.

"Haduh, belum Bi. Aku pesan online aja ya...." Mungkin ini adalah satu satunya solusi yang bisa menolongku.

"Iya non, baiknya seperti itu aja, karna waktu kita memang gak keburu...."

Aku langsung bergegas mengeluarkan daging yang berada di dalam oven, lalu menyalakan kompor, menuangkan sedikit mentega lalu memasukkan daging steak tersebut ke dalamnya.

Setelah memastikan 5 daging itu masuk ke dalam pan untuk di pan seared, aku langsung mengambil ponselku dan mencari beberapa toko kue terdekat untuk membeli jus dan pudding. Ada beberapa pilinan toko, namun dengan rating tertinggi berada cukup jauh.

"Ah yang ini aja deh. Gue gak punya cukup waktu sekarang..." pikirku dan langsung memesan.

"Non, ini bau apa nih gosong nih non......" Bi Asih seketika lari dan mematikan kompor tempat aku melakukan pan seared.

"Ha? tadi baru banget aku masukin bi......" Aku merasa diriku benar, dan pikirku juga gak mungkin gosong karna baru saja aku masukkan.

"Duh non, untung belum gosong semuanya....."

Tapi memang valid juga aroma gosongnya tercium di hidungku.

"Haduh bi, gimana ini......" Aku panik melihat steak yang tadi dipikiranku tidak lagi sama.

"Non, gak keburu juga kalo mau masak lagi. Jadi sekarang fokus buat sambal baladonya lagi ya...." Bi Asih mencoba menenangkanku.

"Atau sudah non, biar bibi aja yang terusin..." Ucapnya. Mungkin ia juga punya kekhawatiran jika aku masak bumbu balado lagi mungkin akan kacau juga karna sama sekali aku tidak punya background memasak.

Akhirnya aku hanya memasak steak yang gagal dan sisanya di ambil alih oleh Bi Asih.

"Bi, maaf yaa....." Aku melirik ke arahnya. Jujur merasa tidak enak dan ada juga perasaan gagal disini.

"Udah non jangan dipikirin. Sekarang non ke tengah atau ke atas aja. Ini biar bagian bibi yang beresin.

Tapi, aku pun tidak beranjak dari dapur ini. Aku menemani dan melihat bagaimana Bi Asih masak. Jelas saja masakannya enak, ia sangat jago multitasking dengan beberapa kompor yang menyala, teknis memegang spatula yang gak perlu diragukan lagi. Ia benae-benar hebat.

Tepat pukul 19.00, aku membantu Bi Asih membawakan makanan yang sudah siap.

"Ini kok aromanya gak enak banget ya....." Sindir Airin sembari melihat beberapa lauk yang sudah terpampang di atas meja bulat.

Aku masih berdiri dan hanya bisa diam.

"Eh kamu, kalo saya nanya tuh jawab jangan diam aja...." Airin melihat tatapanku yang menunduk.

"Apa-apaan ini!" Ia melemparkan steak yang sudah aku masak. Sontak, aku kaget....

"Ke... ke... kenapa Ma?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status