Share

Bab 20: Siapa, Ya?

Aku mematikan mesin motor tanpa berniat untuk turun. Bukannya bersikap tidak sopan, hanya saja ini bentuk penegasan terhadap Bang Hasan, jika aku tidak bisa berbicara dalam waktu lama, apalagi di lorong seperti ini.

Pemuda itu mengerutkan kening karena melihat sikap acuh yang kutunjukkan saat ini. “Abang mau bicara apa? Sudah hampir gelap, kenapa ada di sini? Kasihan Anisya nyariin di rumah,” ingatku padanya. Sempat kulihat Anisya yang terus mengomel karena tidak dibawa Bang Hasan. Bisa dibayangkan, bagaimana mengamuknya gadis itu jika tahu, suaminya malah nyempil di sini.

“Jangan mengalihkan pembicaraan, Zahrah!”

“Aku tidak mengalihkan pembicaraan, Bang. Tapi bener, kan? Sudah lewat jam enam sore, tiga puluh menit lagi adzan magrib dan Abang malah di sini,” jelasku sembari melirik jam mungil yang melingkar di lengan.

“Kamu menghindari Abang? Kenapa melihat ke sembarang arah begitu, Zahrah? Orang yang kam

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status