Share

Bab 46: Luka di Atas Luka

“Abang tidak ingin menjelaskannya sekarang?” tanyaku begitu aku menutup daun pintu rumah.

Bang Hasan yang menggendong Husein hanya berdiam diri di depan pintu kamar kami. Bibirnya terkatup sempurna sampai aku tidak bisa menebak apa yang ada di benaknya. Tidak cukup sampai di situ, Bang Hasan pun enggan menoleh padaku meski untuk sejenak.

“Abang ....”

“Besok, besok Abang jelaskan. Sebaiknya, malam ini kita istirahat dulu, Zahrah,” elaknya. Sesuatu yang sudah kutebak saat melihatnya mengajakku gegas pulang ke rumah.

Bang Hasan tentu akan bertahan dengan pikirannya, dan menganggap jika keputusannya adalah yang terbaik. Akan tetapi, bagiku semuanya tentu berbeda. Anak kecil yang akan dibawa Bang Hasan ke dalam kehidupan kami, aku tentu berhak untuk tahu tentang siapa dia dan dari mana asalnya.

“Itu anaknya Abang, kan?” Sesak terasa di dalam dada.

Aku hampir saja menumpahkan air mata saat mendapati

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status