Share

Bab 48: Secuil Kisah

Kupeluk erat Bang Hasan saat melihatnya terdiam usai menyibak sedikit kisah. Tubuhnya mendadak dingin, keringat sebesar biji jagung berhamburan di pelipis, hingga membasahi kerah kemeja kerjanya hari ini.

Bang Hasan mulai memilin jemarinya di pangkuan untuk kesekian kali. Gugup terasa jelas dari setiap pergerakannya. Seakan tidak ingin membuka tabir itu, Bang Hasan tertawa kecil sendirian. Hanya beberapa detik, sebelum kemudian bibirnya merapat lagi, dan suamiku bersiap untuk menguak lebih banyak kisah yang selama ini disimpannya seorang diri.

“Abang, jadi sering diajak ke rumah. Makan malam di sana bersama dia dan istrinya. Kadang, Abang menolak karena merasa tidak nyaman. Istrinya kerap kali berpakaian terbuka saat Abang datang, dan teman Abang tidak menegur sama sekali. Selain itu, tatapannya ke arah Abang mulai berbeda dan jelas membuat Abang risih. Sesekali, dia tersenyum, senyum penuh napsu. Ekor matanya meruncing, Abang mulai merasa aneh dengan wanita itu. ”

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status