Share

Bab 47: Permulaan Luka

Kami duduk bersisian setelah menghabiskan sekian waktu dalam keheningan. Ekspresi Bang Hasan yang tiba-tiba berubah menjadi sedih, membuatku memilih menyerah dan memutuskan untuk menenangkannya lebih dulu. Setidaknya, sampai Bang Hasan bersedia berbicara lebih jauh.

Tanganku bersedekap di dada yang membusung, sedangkan Bang Hasan duduk dengan jemari yang terpilin di pangkuan. Tidak ada yang berbicara, hanya ada helaan napas yang mengudara, dan aku masih belum sanggup untuk membuka suara.

“Abang tidak tahu harus memulainya dari mana ....” Begitulah ucapan Bang Hasan kemudian.

Dia menghela napas sedalam mungkin, sampai dadanya yang bidang membusung, mengalahkanku yang sejatinya seorang wanita. Aku paham, sesuatu yang disimpannya sekian lama, telah membuat dirinya sakit dan tersiksa sampai mengenang pun mampu membuatnya terluka.

“Soal ini, Abang juga tidak jujur sepenuhnya pada mamak dan yang lain,” imbuhnya lagi.

Bang Hasan me

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status