Share

Napas Buatan Salah Sasaran

Pukul dua belas malam, Dinda masih dalam duduk di tepi ranjangnya dengan hati bimbang. Padahal mereka telah sampai ke rumah satu jam yang lalu. Haruskah ia yang lebih dulu meminta izin untuk masuk ke kamar Dr.Andra? Atau ia tunggu dulu sang dokter yang memanggil?

Setengah jam berlalu, nyatanya Dinda tak berani masuk lebih dulu. Akhirnya ia memutuskan mengambil air putih untuk membasahi kerongkongannya yang kering karena tegang.

Ceklek!

Pintu kamarnya terbuka, bersamaan dengan terbukanya pintu kamar Andra yang berseberangan dengan kamarnya. Matanya langsung bertemu dengan mata coklat terang Andra.

Sang dokter sangat tampan dengan sweater biru tua dan celana putihnya. Rambutnya tampak sedikit kusut dan basah.

Bibir menawan laki-laki mengukir senyum. "Aku mau pinjam hairdryer," ucapnya.

"Oh," Dinda langsung masuk kembali dan mencari hairdryer miliknya. Jantungnya nyaris serasa jatuh saat bertemu tatap dengan lelaki yang memang sedang dipikirkannya. Kini degupnya begitu kencang, sampai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status