Share

Bab 34c

“Dik....” panggil Gilang saat mereka berdua sudah duduk di gerbong kereta. Bawaan yang berjibun membuatnya terpaksa meletakkan dus itu sebagian di kaki, untungnya mereka mendapatkan duduk paling depan.

“Kamu masih punya tabungan kan?” tanya Gilang tanpa menunggu jawaban Sekar.

Sekar menoleh. Satu alisnya terangkat. Sementara mulutnya mencebik.

"Makanya kalau menikah itu sering-sering ngobrol. Nggak mikirin wanita lain yang sudah melepehmu," guman Sekar dalam hati.

Terhitung tiga minggu menikah, tapi mereka berdua memang belum pernah serius membahas masa depan. Setiap hari bertengkar hal nggak penting. Salah paham. Komunikasi belum pernah berusaha dijalin dan dibicarakan serius.

Tak seperti teori di buku-buku islami atau ceramah-ceramah ustadz tentang membina rumah tangga islami. Apalagi keduanya mantan aktivis organisasi yang mestinya lebih mahir mengenai planning.

Gilang berpikir berkeluarga itu beda sama organisasi. Masak iya pake AD/ART. Masak iya dikit-dikit harus rapat atau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
iyaa nmpk kali gk cinta sma sekar , egois gilang nya bgs sekar kmren sma arfan, dia yg sndiri yg pgn nikahi sekar koq mlh itung2an gedek bgt ma cerita nya
goodnovel comment avatar
Mizcell 2021
heem kak. tp nek sy ya gk setuju misal sekar minta gilang menganggap lunas hutangnya karena kan itu hutang orang tua sekar bahkan bude bulek pakde pakleknya. jd seharusnya bukan sekar aja yg nanggung. jd wajar kslau gilang minta di ganti. nah kalau sudah di ganti untuk masa depan mereka,
goodnovel comment avatar
Rina Wati
ngenas lihat Gilang nih,,sdh suami istri msh jg itung hutang,,gimana mau langgeng,,ya kl sdh nikah itu jgn hitung2an,,yg ada saling menanggung bersama beban yg ada di rumahtangga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status