Share

Menjadi Istri Gelap Kakak Angkatku
Menjadi Istri Gelap Kakak Angkatku
Penulis: minaya

Salah Masuk Kamar

“S-siapa....” Chalista menegang ketika melihat siluet seorang yang tertimpa cahaya bulan di pojok kamarnya. Suaranya gemetar tanpa bisa ditahan.

Wanita berusia 23 tahun itu baru saja pulang dari Indonesia malam ini dan langsung masuk ke dalam kamarnya di lantai 3 untuk merebahkan diri. Ia tidak peduli dengan lampu kamar yang tidak mau menyala.

Namun, apa yang ada di kamarnya itu? Hantu? Atau pencuri?

Ting!

Chalista semakin menegang ketika mendengar suara dentingan gelas, atau botol? Yang jelas, itu suara benda terbuat dari kaca. Napas berat seseorang pun terdengar samar-samar.

Dengan gerakan cepat, Chalista hendak berlari keluar ruangan dan berteriak sekencang mungkin, tapi dirinya terlambat. Sosok itu, yang diketahui Chalista sebagai seorang pria, sudah menarik tangannya lebih dulu.

“Tol—"

Brak!

“AKHH!!!”

Pria itu menghimpit Chalista tepat di ambang pintu hingga pintu itu tertutup rapat kembali. Napas gadis itu menjadi tidak teratur dan jantungnya hampir copot.

“Akhirnya kamu datang, Sayangku.” Suara serak pria itu, yang bercampur dengan aroma alkohol yang menyengat, membuat Chalista membeku.

Chalista sangat mengenal suara itu, suara yang sudah 3 tahun tidak dia dengar karena harus ke Amerika untuk menempuh pendidikannya.

“K-Kak Rafael…,” lirih Chalista dengan suara yang sangat pelan.

Sungguh, Chalista tidak bisa mencerna keadaan ini.

Kenapa kakak angkatnya itu bisa ada di kamarnya? Bukankah ia sedang sibuk mempersiapkan acara pernikahannya?

Napas panas Rafael mulai menyentuh leher Chalista dan ujung bibirnya memberikan kecupan singkat di sana.

“Lepas--”

Belum sempat Chalista menyelesaikan ucapannya, Rafael sudah menarik tangannya lagi dan melemparnya ke kasur.

“KAK!! Apa yang kamu lakukan?!” pekik gadis itu ketika Rafael mulai menindihnya.

‘Nggak! Kita nggak boleh melakukan ini!’ Chalista sudah memberontak, berteriak, dan berusaha menyadarkan Rafael dengan segala cara, tapi pria itu tidak mau berhenti.

Rumahnya yang sepi karena mama dan papa angkatnya masih berada di Solo untuk perjalanan bisnis, menjadi saksi bisu tangis Chalista malam itu.

***

“Chalista! Astag—”

Mata Chalista refleks terbuka saat mendengar suara berat Rafael memanggil namanya. Gadis itu pun langsung duduk di kasur sambil memeluk selimut erat-erat.

Dalam keadaan kamar yang sudah terang karena sinar matahari itu, Chalista akhirnya menyadari kalau ini adalah kamar Rafael. Bukan kamarnya. Namun, bayangan malam tadi masih menyisakan rasa sakit untuk Chalista.

Di hadapannya, Rafael menatapnya dengan wajah pucat dan terkejut. “Kamu….”

Rafael melirik dirinya sendiri, lalu ke arah Calista yang masih memeluk selimut. Pria itu menggeram pelan sambil menyugar rambutnya. Ekspresinya terlihat marah, dan Chalista juga mendengar pria itu mengumpat pelan.

“Sial!”

Air mata mulai turun membasahi pipi Chalista setelah mendengar kata itu. Gadis malang itu menangis terisak-isak karena pikirannya kembali ke kejadian kemarin.

Chalista awalnya berharap, kepulangannya ke Indonesia disambut dengan suasana hangat keluarga angkatnya. Namun, malah mendapat pengalaman pahit ini. Terlebih dengan Rafael, kakak angkatnya sendiri.

Chalista adalah seorang anak yatim piatu yang diadopsi oleh keluarga Adijaya semenjak dia berumur 15 tahun. Namun, sebagai kakak angkatnya, Rafael terlihat sangat dingin, dan tak pernah menunjukkan ketertarikannya terhadap Chalista.

Itu mungkin yang membuat ayahnya menyuruh Chalista kuliah di luar negeri. Yaitu supaya Chalista tidak mengganggu karier dan percintaan Rafael.

Dan kejadian semalam menjadi trauma besar untuk Chalista, dan ia semakin yakin kalau Rafael memang membencinya.

“K-Kak Rafael jahat!” ucap Chalista dengan suara bergetar. Gadis itu hanya duduk di ujung kasur sambil memeluk selimut dan menenggelamkan kepalanya.

Rafael tidak menjawab, hanya meremas rambutnya sendiri sambil menggeram, terdengar sangat emosi.

Rafael pasti kesal dan merasa jijik dengan Chalista. Dua hari lagi, ia akan menikah dengan wanita yang dijodohkan dengannya. Pernikahan mereka pasti terancam batal kalau tunangannya tahu apa yang terjadi malam tadi.

Dan yang lebih parah, kerja sama bisnis kedua keluarga akan hancur gara-gara Chalista.

“Aku akan bertanggung jawab,” ucap Rafael tegas.

Seketika, Chalista berhenti menangis dan menatap Rafael dengan matanya yang memerah. “Tanggung jawab? Apa maksudmu, Kak? Kamu mau menikah dua hari lagi, dan aku adalah adikmu, jadi apa maksudmu bertanggung jawab?!” pekik Chalista.

Rafael tidak menjawab, mungkin bingung harus menjawab apa karena ucapan Chalista 100 persen benar. Melihat ekspresi kakak angkatnya itu, hati Chalista semakin diremas. Hancur sudah hidupnya.

Tok! Tok!

“Rafa, kamu udah bangun, Nak?” tiba-tiba terdengar suara mama angkatnya dari luar kamar. Sontak, keduanya langsung menahan napas.

Jantung Chalista berdetak semakin cepat. Padahal semalam keadaan rumah masih sangat sepi, dan pelayan mengatakan kalau orang tua angkatnya baru pulang besok sore.

Rasa takut mendominasi Chalista sekarang, hingga membuatnya meremas selimut lebih erat. Sungguh, ia tidak tahu harus berbuat apa, selain menangis karena ketakutan.

‘Apa yang harus kulakukan….’

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status