Share

2. SATU PILIHAN TERAKHIR

Nur menunduk dengan isakan yang masih terdengar dari bibirnya. Setelah melihat adegan paling menakutkan dalam hidup, kini Nur harus berhadapan dengan si suami jahat.

Bryan menatap Nur dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wajahnya familiar, tapi Bryan lupa pernah lihat dimana.

"Siapa kamu?" Bryan tidak marah, dia justru berusaha terdengar ramah. Khas psikopat.

"Sa... Saya... Nur, Pak." Jawaban terbata Nur membuat Arya yang berdiri di sebelah Bryan menjadi keringat dingin.

Alis mata Bryan terangkat, berusaha mengingat sesuatu. Dan ya, Bryan ingat! Bukankah Nur adalah nama tunangan dari koleganya kemarin yang bernama Surya?

Semalam saat baru datang di kediaman Surya, Bryan sempat salah masuk ruangan. Di dalam sana dia melihat sekelompok warga desa yang menjadi saksi pertunangan Surya dan seorang gadis bernama Nur. Meski Surya bisa dikatakan cukup tampan, Bryan tidak melihat adanya rasa suka pada gadis di sebelahnya.

Sekali lagi Bryan memperhatikan penampilan Nur. Tidak buruk. Mungkin, perempuan ini bisa jadi pengganti Diana. Ya, meski usianya terlihat masih sangat muda.

"Kamu sengaja mendorong istri saya ya?!" tuduh Bryan tanpa bukti, kini dia berdiri tegap tepat di hadapan Nur.

Kepala Nur menggeleng cepat. "Enggak Pak, nggak mungkin saya melakukan itu. Bapak jangan tuduh saya macam-macam," hampir menangis Nur menjelaskan.

Dari balik tubuh Bryan, Arya mengusap wajahnya kasar. Kenapa jadi seperti ini? Nur membuat posisinya menjadi sulit. Di satu sisi, Arya ingin membela Nur. Tapi dia sendiri adalah tangan kanan Bryan.

"Di dalam CCTV, kamu bisa jadi pelaku yang membuat Diana lompat." Kalimat yang lebih mirip ancaman terdengar di telinga Nur. "Kamu akan saya laporkan ke pihak berwajib, dan dijatuhi hukuman penjara bertahun-tahun. Kamu siap?"

Nur menggeleng. "Tapi memang bukan saya pelakunya Pak. Saya bahkan nggak kenal dengan Bu Diana. Kalau memang Bapak mau bawa saya ke pihak berwajib, baik saya akan ikut. Toh tidak ada bukti apapun pada diri saya."

Bryan sempat terpaku. Berani juga gadis ini. Bagaimana kalau taruhannya yang lain. "Saya akan laporkan kepada Surya, bahwa tunangannya melarikan diri... Kemudian membunuh orang."

Nur tersentak, bagaimana lelaki ini tahu tentang Surya. "Enggak Pak, tolong jangan bawa saya ke Surya lagi. Saya sudah kabur sejauh ini," Nur sedikit takut dengan ancaman kedua.

"Belum lagi kalau saya laporkan ke Nenek kamu, kira-kira Beliau akan sekaget apa ya?" Bryan seolah membuka semua kartu mati Nur.

Semakin lama, ancaman lelaki ini semakin gila. Nur tidak mau mengikutinya, dia putuskan untuk mengambil resiko yang paling minim. "Kalau begitu kita ke pihak berwajib saja Pak," ujar Nur pada akhirnya.

Sedikit terkejut dengan keberanian Nur, Bryan menyuruh anak buahnya untuk mengurung Nur di dalam ruangan kosong yang hanya berisikan kasur tipis.

Debu yang masuk ke dalam hidung membuat Nur nyaris sesak nafas.

Malam kembali datang, setelah seharian Nur dikurung, akhirnya pintu dibuka. Arya muncul dan mengikat tangan Nur dengan tali yang tidak kuat.

"Maaf ya Nur, kamu malah jadi susah begini," bisik Arya.

Nur menghembuskan nafas kasar. "Mungkin ini dosa karena aku sudah kabur dan ninggalin si tua bangka Surya."

"Nur, usia Surya baru 35 tahun. Masih termasuk mud..." Arya dengan lembut mengingatkan. Dibawanya Nur ke luar ruangan, entah mau kemana.

"Dan usiaku baru 18 tahun, Mas!" sela Nur sebelum Arya berkata bahwa Surya masih muda. Usia baru 35 katanya, tapi sudah menikah sebanyak 2x.

Arya tidak menyahut lagi, susah memang kalau bicara dengan anak muda yang selalu membara seperti Nur. Apapun akan dia sela tanpa berpikir matang terlebih dahulu.

Kapal mereka sudah berlabuh, Nur dibawa masuk ke dalam mobil hitam dengan Arya yang diberi tugas mengawal. Tentu setelah Nur diberi kesempatan untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.

Di dalam mobil Nur tidak bertanya apapun, dia takut kalau ada penyadap. Jadi lebih baik berlagak tidak kenal Arya demi keselamatan mereka berdua.

"Gilaaaaa!" Nur nyaris melengking jika tidak menahan suaranya. Tangannya memang sudah dilepas, namun kini mereka berdiri di depan Lapas. Nur tidak pernah membayangkan bahwa dia akan masuk perjara setelah lulus SMA.

Bryan berjalan keluar dari dalam Lapas bersama dengan seorang petugas. Entah mereka membicarakan apa, karena selanjutnya Nur dan Arya harus mengikuti Bryan berjalan ke bagian dalam.

BRUK!

Kedatangan mereka disambut oleh adegan baku hantam beberapa wanita. Yang memukul terlihat lebih senior, dengan tubuh tinggi dan terlihat sangar. Suara riuh terdengar di sekitar mereka.

"Ngebunuh orang kok minta di penjara? Ya balas mati lah!" katanya sinis. Pukulan pun melayang ke arah narapidana baru.

Nur mengenggak saliva dengan susah payah. Bulu kuduknya meremang. Bagaimana kalau dirinya dimasukkan ke dalam sana? Bisa-bisa yang dibawa ke hadapan Eyang hanyalah jasad Nur yang sudah hancur lebur.

Relfeks Nur memegang lengan panjang pakaian Bryan. Berharap masih dapat pengampunan jika bicara sekarang.

"Apa?!" tanya Bryan dengan nada angkuh.

"Bawa saya ke Surya lagi aja, Pak." Biarpun memalukan, Nur berharap penawaran tadi belum kadarluasa.

Sepasang alis tebal Bryan mengerenyit menghadapi gadis plin plan. "Atau saya ada pilihan lagi. Satu pilihan terakhir," Bryan berkata dengan dramatis.

"Apa Pak?""

"Bekerja untuk saya. Dalam hal apapun dan dengan perjanjian karena saya tidak suka dikhianati. Bagaimana?"

"Itu namanya saya keluar dari mulut harimau dan masuk mulut buaya Pak. Lagipula bekerja dengan Bapak kelihatannya penuh tekanan batin." Nur berbicara tanpa menatap Bryan yang wajahnya sudah memerah.

"Kalau begitu semua keputusan ada ditanganmu. Silahkan dipilih baiknya yang mana," Bryan kembali berbicara dengan nada santun dan senyum samar, membuat beberapa petugas yang lewat sungkan padanya.

BRAK!

Lagi-lagi ada adegan pemukulan. Auaranya membuat Nur merinding sekaligus sudah memutuskan akan memilih yang mana.

"Saya pilih yang terakhir saja Pak," sentak Nur dengan wajah merah menahan tangis.

Dari belakang, Arya menarik ujung kemeja Nur dan membuat Nur menoleh sedikit. Tentu Arya menolak dengan pilihan Nur, tapi mau bagaimana lagi. Nur sudah berjanji akan kembali lagi ke desa, tentu dengan dirinya yang masih hidup.

"Tunggu sebentar," Bryan berbicara pada petugas untuk meminjam sebuah ruangan.

Nur, Arya, dan 2 orang lelaki yang sejak tadi juga mengikuti Bryan digiring masuk ke dalam ruangan yang berisi satu meja serta enam kursi.

"Langsung kita legalkan saja perjanjiannya. Kalau keluar dari sini, saya yakin kamu akan kembali bimbang," Bryan si paling tidak mau buang waktu meminta salah satu dari 2 lelaki tadi untuk membuka berkas yang sudah disiapkan sebelumnya.

Surat perjanjian dengan nama, tanggal lahir dan usia yang dikosongkan. Identitas Nur memang belum diketahui oleh Bryan.

Pada 2 lembar kertas bermaterai itu tidak menjelaskan pekerjaan jenis apa yang akan Nur lakukan. Nur agak ambigu dan takut kena zonk sebenarnya, namun dia anak muda yang cukup bertanggung jawab dengan pilihannya.

Setelah merasa isinya tidak ada yang terlalu aneh, Nur menuliskan nama 'NURSYILA SHANUM' dan membubuhkan tanda tangannya pada materai. Diikuti dengan tanda tangan seorang 'BRYAN AL GHIFARI' di sebelahnya.

"Memang saya harus bekerja sebagai apa, Pak?" tanya Nur yang sampai detik ini masih mengira paling dirinya hanya dijadikan pelayan atau kacung.

"Istri kedua."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status